Penjualan Burqa di Afghanistan Laris Sejak Taliban Berkuasa
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Sabtu, 4 September 2021 19:37 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Penjualan burqa di Afghanistan meningkat tajam sejak Taliban mengambil alih negara ini pada pertengahan Agustus lalu. “Pada pemerintahan sebelumnya, saya mengenakan jilbab atau pakaian lain yang sesuai,” kata Nadia, seorang pelanggan di toko yang menjual burqa. “Sekarang saya ingin membeli burqa karena setelah kedatangan Taliban, mereka mengatakan bahwa wanita harus memakai cadar,” tambahnya.
Burqa adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh. Sedangkan bagian mata hanya ditutupi kain menerawang untuk melihat.
Taliban yang merebut Kabul setelah 20 tahun tersingkir, telah mencoba menghadirkan wajah yang lebih moderat kepada dunia dibandingkan saat mereka berkuasa dulu. Taliban berjanji melindungi hak asasi manusia dan tak menghukum musuh lama.
Penguasa Taliban Afghanistan mengatakan pada Rabu, mereka berencana segera mengumumkan pemerintahan baru. Pengumuman dilakukan di tengah ekonomi negara itu yang diambang kehancuran.
Menurut laporan yang diterima Perserikatan Bangsa-bangsa, Taliban sangat membatasi hak-hak perempuan dan anak perempuan Afghanistan. Hal itu dikatakan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres ketika para ekstremis mulai mengambil alih berbagai wilayah negara itu.
Pada Kamis lalu kaum wanita di Provinsi Herat Afghanistan melakukan unjuk rasa. Mereka menuntut hak-hak dasar bagi perempuan dan anak perempuan, termasuk hak bekerja dan mendapatkan pendidikan.
Sementara itu di Kabul, para pembela hak-hak perempuan Afghanistan dan aktivis sipil berunjuk rasa di depan istana kepresidenan. Mereka meminta Taliban mengizinkan mereka bersekolah dan bekerja.
BacaTaliban Diduga Tembak Wanita Karena Tak Pakai Burqa Saat Keluar Rumah
AL ARABIYA