Peneliti Brasil Temukan Racun Ular Hambat Sel Virus Corona, Potensi Obat Covid?

Reporter

Tempo.co

Kamis, 2 September 2021 11:00 WIB

Seekor ular beludak Jararacussu, yang racunnya digunakan dalam penelitian penyakit virus corona (COVID-19), terlihat di Institut Butantan di Sao Paulo, Brasil 27 Agustus 2021.[REUTERS/Carla Carniel]

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Brasil menemukan molekul dalam racun ular bisa menghambat reproduksi virus corona dalam sel monyet, langkah pertama yang mungkin menuju obat untuk memerangi virus penyebab COVID-19.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Molecules bulan ini, menemukan molekul yang dihasilkan oleh ular beludak Jararacussu menghambat kemampuan virus untuk berkembang biak dalam sel monyet hingga 75%.

"Kami mampu menunjukkan komponen bisa ular ini mampu menghambat protein yang sangat penting dari virus," kata Rafael Guido, profesor Universitas Sao Paulo dan salah satu ilmuwan dalam penelitian tersebut, dikutip dari Reuters, 2 September 2021.

Molekul racun ular itu adalah peptida, atau rantai asam amino, yang dapat terhubung ke enzim virus corona yang disebut PLPro, yang sangat penting untuk reproduksi virus, tanpa melukai sel lain.

Seorang peneliti mengerjakan sampel di dalam laboratorium di Institut Fisika Universitas Sao Paulo untuk sebuah penelitian di mana lembaga tersebut mengklaim telah menemukan penurunan 75% dalam produksi penyakit virus corona (COVID-19) setelah sel-sel bersentuhan dengan bisa ular beludak Jararacussu, di Sao Carlos, Brasil 30 Agustus 2021.[REUTERS/Carla Carniel]

Advertising
Advertising

Telah dikenal karena kualitas antibakterinya, peptida dapat disintesis di laboratorium, kata Guido, membuat penangkapan atau pemeliharaan ular tidak perlu dilakukan.

"Kami prihatin terhadap orang-orang yang pergi berburu Jararacussu di sekitar Brasil, mengira mereka akan menyelamatkan dunia...Bukan seperti itu caranya!" kata Giuseppe Puorto, seorang herpetologis yang menjalankan koleksi biologis Institut Butantan di Sao Paulo. "Bukan racun itu sendiri yang akan menyembuhkan virus corona."

Para peneliti selanjutnya akan mengevaluasi efisiensi dosis molekul yang berbeda dan apakah itu mampu mencegah virus memasuki sel sejak awal, menurut pernyataan dari Universitas Negeri Sao Paulo (Unesp), yang juga terlibat dalam penelitian.

Mereka mengatakan akan menguji substansi dalam sel manusia tetapi tidak memberikan batas waktu.

Ular beludak Jararacussu adalah salah satu ular terbesar di Brasil, berukuran panjang hingga 2 meter, yang juga hidup di Hutan Atlantik pesisir, termasuk Bolivia, Paraguay, dan Argentina.

Baca juga: Negara Bagian India Nekat Mencoba Obat Anti-Parasitik untuk Pasien COVID-19

REUTERS

Berita terkait

Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

31 menit lalu

Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

Sebanyak 39 orang tewas dan 68 lainnya belum ditemukan akibat hujan lebat dan banjir yang melanda Rio Grande do Sul, Brasil.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

16 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Penumpang Ketahuan Bawa Ular saat akan Naik Pesawat, Disembunyikan di Celana

19 jam lalu

Penumpang Ketahuan Bawa Ular saat akan Naik Pesawat, Disembunyikan di Celana

Keamanan bandara menggunakan Advanced Imaging Technology (AIT) untuk mendeteksi kejanggalan pada penumpang itu sebelum naik pesawat.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

22 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya