Tangkapan layar evakuasi korban terluka ke rumah sakit setelah serangan bom bunuh diri di bandara Kabul, di Kabul, Afghanistan, 26 Agustus 2021. Bom bunuh diri yang didalangi kelompok ISIS-K menewaskan sedikitnya 60 warga sipil dan 13 tentara Amerika Serikat. REUTERS TV/1TV/Handout via REUTERS
Tangkapan layar menunjukkan orang-orang di luar rumah sakit setelah serangan di bandara Kabul, di Kabul, Afghanistan, 26 Agustus 2021. REUTERS TV/via REUTERS
3. Memiliki Ribuan Kombatan di Afghanistan
Keberhasilan ISIS-K merekrut eks-eks Taliban membuat jumlah mereka tumbuh relatif cepat. Menurut data PBB, mereka memiliki 2000-3000 kombatan yang ditempatkan di timur dan utara Afghanistan. Penempatan yang terpencar dikarenakan mereka masih kalah sumber daya dan wilayah dibanding Taliban.
Meski kalah secara sumber daya, peristiwa bom yang menyerang Bandara Hamid Karzai, Kabul menunjukkan bahwa mereka banyak akal. "Hal itu menunjukkan kontra intelijen dan kontra terorisme yang dimiliki Taliban terbatas," ujar peneliti CSIS, Seth Jones, dikutip dari NPR.
Menurut CSIS, ISIS-K telah melakukan 100 serangan per 2018. Beberapa di antara serangan ISIS-K memicu bentrokan atau pertempuran dengan Militer Amerika, Afghanistan, serta Pakistan.