Bank-bank di Kabul Dibuka Kembali, Pertama Kalinya Sejak Taliban Berkuasa

Reporter

Tempo.co

Kamis, 26 Agustus 2021 20:02 WIB

Seorang pria Afghanistan berdiri di bawah sebuah poster besar yang menampilkan pemilihan calon presiden Ashraf Ghani Ahmadzai, pusat, dengan wakil presiden-nya Rashid Dostum, kiri, dan Sarwar Danish di Kabul, Afghanistan (24/3). Ghani, mantan pejabat Bank Dunia, yang merasa nyaman mendiskusikan keuangan dengan ekonom terkemuka di dunia ekonomi karena dia berada di hustings di Kandahar, tempat kelahiran Taliban, telah terpilih sebagai calon wakil presiden Jenderal Rashid Dostum, seorang panglima perang Uzbek kuat etnis . Meskipun masa lalu kekerasan itu Dostum telah muncul sebagai pemimpin tunggal di belakang Afghanistan etnis Uzbek. (AP/Anja Niedringhaus)

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah lebih dari seminggu ditutup sejak Taliban berkuasa, bank-bank di Kabul, Afghanistan mulai dibuka kembali. Akibatnya ratusan orang yang ingin menarik uang tunai mengantre hingga menimbulkan kerumunan.

Sejak Taliban menguasai Kabul, lembaga keuangan di ibu kota negara itu tutup pada 15 Agustus 2021, atau tepat sebelum bekas Presiden Ashraf Ghani melarikan diri.

Penutupan itu karena khawatir akan kedatangan Taliban yang dapat memicu pertumpahan darah serta penjarahan. Namun bank-bank tetap tutup karena keputusan Amerika Serikat yang membekukan dana simpanan bank sentral Afghanistan dalam bentuk cadangan emas dan uang tunai di Federal Reserve.

Lembaga Moneter Internasional atau IMF juga memotong akses ke dana US$ 460 juta yang sebelumnya akan dialokasikan pekan ini. Pembatalan terjadi beberapa hari setelah puluhan ribu orang berbondong-bondong ke bank dan ATM di seluruh ibu kota untuk menarik uang mereka sebanyak mungkin.

Di negara yang mengandalkan transaksi dengan uangn tunai seperti di Afghanistan, minimnya persediaan uang kertas membuat masyarakat ketakutan. Massoud, 35 tahun, telah menghabiskan 10 hari terakhir di Kabul. Dia bertanya-tanya bagaimana menafkahi keluarganya di provinsi utara Kunduz.

Advertising
Advertising

Dia memiliki 20.000 Afghan atau setara US$ 232 yang disimpan di bank sebelum Taliban berkuasa. Namun untuk menarik simpanannya itu dia harus menghabiskan waktu beberapa hari.

“Kami dikepung berkali-kali. Kami harus berjuang tanpa makanan dan air. Karena pemerintah memutuskan menyerah dan pergi, kami dibiarkan tanpa memiliki uang tunai," ujarnya.

Selain uang tunai yang langka di Afghanistan, lahan pekerjaan juga banyak yang hilang. "Kami tidak tahu apakah kami akan memiliki pekerjaan lagi untuk memberi makan keluarga," ujarnya.

Seorang penasihat ekonomi dan pebisnis yang namanya dirahasiakan mengatakan kepada Al Jazeera bahwa semua pembatalan dan sanksi akan membuat situasi keuangan kian tak menentu. Taliban harus menemukan cara untuk mendapatkan kembali kepercayaan dan memasuki pasar global.

Baca: Taliban Minta Perempuan Afghanistan Untuk di Rumah dan Tidak Bekerja

AL JAZEERA

Berita terkait

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

37 hari lalu

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

Serangan mematikan di Moskow yang diklaim oleh afiliasi ISIS menyebabkan 137 orang tewas dan sekitar 100 orang terluka.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

55 hari lalu

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

Indonesia bekerja sama di antaranya dengan UNICEF memberikan bantuan vaksin polio bOPV ke Afghanistan

Baca Selengkapnya

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

56 hari lalu

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

Lima anggota unit pasukan khusus elit SAS Inggris ditangkap karena dicurigai melakukan kejahatan perang di Suriah

Baca Selengkapnya

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

2 Maret 2024

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

Badai salju hebat di Afghanistan menyebabkan 15 orang tewas dan ribuan ternak mati.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno: Dewan HAM PBB Harus Tangani Pelanggaran HAM Israel atas Palestina

27 Februari 2024

Menlu Retno: Dewan HAM PBB Harus Tangani Pelanggaran HAM Israel atas Palestina

Menlu Retno mendesak Dewan HAM PBB untuk menangani pelanggaran hak asasi manusia berat yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.

Baca Selengkapnya

Taliban Bebaskan Ekstrimis Anti-Imigran Austria, Lansia 84 Tahun

26 Februari 2024

Taliban Bebaskan Ekstrimis Anti-Imigran Austria, Lansia 84 Tahun

Taliban membebaskan Herbert Fritz, seorang ekstrimis anti-imigran berusia 84 tahun. Ia sedang membuat artikel wisata di Afghanistan.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Angkat Isu Hak Perempuan di Konferensi PBB tentang Taliban

20 Februari 2024

Menlu Retno Angkat Isu Hak Perempuan di Konferensi PBB tentang Taliban

Menlu Retno Marsudi mengangkat isu hak-hak perempuan Afghanistan dalam konferensi PBB di Doha, Qatar yang membahas Taliban.

Baca Selengkapnya

Jelang Pemilu Pakistan, Calon Independen Ditembak Mati

1 Februari 2024

Jelang Pemilu Pakistan, Calon Independen Ditembak Mati

Ini menjadi pembunuhan kedua terhadap kandidat terkait dengan partai mantan PM Pakistan Imran Khan

Baca Selengkapnya

Lebih dari 7,5 Juta Balita Terima Vaksin Polio di Afghanistan

1 Februari 2024

Lebih dari 7,5 Juta Balita Terima Vaksin Polio di Afghanistan

Lebih dari 7,5 juta anak balita akan menerima vaksin polio di 21 dari 34 provinsi di Afghanistan

Baca Selengkapnya

Pesawat Sewaan yang Angkut Pengusaha Rusia Jatuh di Afghanistan, Dua Tewas

22 Januari 2024

Pesawat Sewaan yang Angkut Pengusaha Rusia Jatuh di Afghanistan, Dua Tewas

Enam warga Rusia yang naik pesawat carter dari Thailand, jatuh di Afghanistan.

Baca Selengkapnya