Ekonomi Hancur, Taliban Minta Pejabat Pemerintahan Afghanistan Kembali Bekerja

Reporter

Tempo.co

Rabu, 25 Agustus 2021 12:30 WIB

Anggota pasukan Taliban berjaga-jaga di pos pemeriksaan di Kabul, Afghanistan 17 Agustus 2021. [REUTERS/Stringer]

TEMPO.CO, Jakarta - Komandan Taliban meminta para pejabat pemerintahan Afghanistan untuk kembali bekerja ketika orang-orang bersembunyi takut akan pembalasan kelompok tersebut.

Ashraf Haidari, seorang ekonom di kementerian keuangan Aghan, sedang menunggu dengan cemas di rumah ketika ada telepon dari Taliban. Seorang komandan Taliban memerintahkannya kembali bekerja sehingga dia bisa membantu menjalankan negara begitu pasukan asing pergi.

Seperti ribuan orang lain yang bekerja untuk pemerintahan yang didukung Barat, yang tersapu oleh penaklukan kilat Taliban, Haidari khawatir dia mungkin menjadi korban pembalasan.

Di ujung lain telepon adalah seorang komandan Taliban, mendesak Haidari untuk kembali ke kementeriannya di mana dia bekerja mengalokasikan dana ke 34 provinsi negara itu, dikutip dari Reuters, 25 Agustus 2021.

"Dia mengatakan jangan panik atau mencoba bersembunyi, para pejabat membutuhkan keahlian Anda untuk menjalankan negara kami setelah orang asing gila pergi," Haidari, menteri berusia 47 tahun, mengatakan kepada Reuters.

Advertising
Advertising

Untuk menyesuaikan dengan norma-norma pemerintahan Taliban sebelumnya, ketika mereka secara brutal menerapkan interpretasi ketat terhadap hukum Islam, Haidari menumbuhkan janggut. Setelah panggilan telepon pada Ahad, dia menukar jasnya dengan jubah tradisional Afghanistan untuk bertemu dengan bos barunya.

Reuters berbicara dengan tiga pejabat tingkat menengah lainnya di kementerian keuangan dan bank sentral Afghanistan yang mengatakan mereka telah diberitahu oleh Taliban untuk kembali bekerja, karena negara itu menghadapi pergolakan ekonomi dan kekurangan uang tunai.

Sohrab Sikandar, yang bekerja di departemen pendapatan kementerian keuangan, mengatakan dia tidak melihat rekan perempuannya sejak dia kembali ke kantor.

Haidari, ekonom di kementerian keuangan, mengatakan dia tidak memberi tahu keluarganya ketika dia meninggalkan rumahnya pada Senin untuk hari pertamanya bekerja di bawah pemerintahan Taliban untuk menghindari kepanikan.

Di kantor dia disambut oleh tiga pejabat Taliban yang mengatakan kepadanya bahwa dia akan segera bergabung dengan rekan-rekan lainnya dan bahwa mereka perlu fokus untuk mengirim uang ke provinsi-provinsi.

Seorang pejabat, yang mengatakan dia bertanggung jawab atas keamanan kementerian, mengatakan kepada Haidari bahwa istirahat salat adalah wajib.

"Mereka tidak membawa senjata di dalam gedung dan salah satu dari mereka mengatakan 'kami bisa belajar dari keahlian Anda'," kata Haidari.

Tidak seperti beberapa warga negara yang mati-matian berusaha meninggalkan Afghanistan, Haidar berencana untuk tetap tinggal.

Seorang bayi diserahkan kepada tentara Amerika Serikat melewati kawat berduri di tembok pembatas bandara di Kabul, Afghanistan, 19 Agustus 2021. OMAR HAIDARI/via REUTERS

Selama pemerintahan Taliban 1996-2001, perempuan dilarang bekerja, harus menutupi wajah mereka, dan ditemani oleh kerabat laki-laki jika ingin keluar rumah.

Juru bicara Taliban telah berusaha untuk meyakinkan warga Afghanistan bahwa mereka tidak keluar untuk membalas dendam, dan mereka akan mengizinkan perempuan untuk bekerja, selama pekerjaan mereka konsisten dengan hukum Islam.

Namun laporan penggeledahan dari rumah ke rumah, perempuan yang dipaksa keluar dari pekerjaan dan pembalasan terhadap mantan pejabat keamanan dan etnis minoritas telah membuat orang waspada. Taliban telah berjanji untuk menyelidiki pelanggaran yang dilaporkan.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kepada wartawan di Kabul pada hari Selasa bahwa sudah waktunya bagi orang untuk bekerja untuk negara mereka. Dia mengatakan Taliban sedang mengerjakan prosedur bagi pekerja pemerintah perempuan untuk kembali ke pekerjaan mereka tetapi untuk saat ini mereka harus tinggal di rumah karena alasan "keamanan".

Kehancuran yang meluas selama perang 20 tahun antara pasukan pemerintah yang didukung AS dan Taliban, penurunan pengeluaran lokal karena meninggalkan pasukan asing, mata uang yang jatuh dan kurangnya dolar memicu krisis keuangan.

Seorang pejabat bank sentral Afghanistan, yang mengatakan dia telah kembali bekerja dan ingin tetap anonim mengatakan kepada Reuters, bahwa Taliban sejauh ini hanya memanggil beberapa pejabat, terutama di kementerian keuangan dan dalam negeri.

Para pemimpin Taliban telah memulai pembicaraan tentang pembentukan pemerintahan yang mencakup diskusi dengan beberapa mantan musuh dari pemerintahan sebelumnya, termasuk mantan Presiden Hamid Karzai.

Kantor berita Pajhwok melaporkan bahwa pejabat Taliban telah ditunjuk untuk berbagai jabatan termasuk gubernur Kabul, penjabat menteri dalam negeri dan keuangan, dan kepala intelijen.

Baca juga: Taliban Peringatkan AS Setop Evakuasi Dokter dan Insinyur Afghanistan

REUTERS

Berita terkait

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

6 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

10 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

38 hari lalu

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

Serangan mematikan di Moskow yang diklaim oleh afiliasi ISIS menyebabkan 137 orang tewas dan sekitar 100 orang terluka.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

56 hari lalu

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

Indonesia bekerja sama di antaranya dengan UNICEF memberikan bantuan vaksin polio bOPV ke Afghanistan

Baca Selengkapnya

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

57 hari lalu

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

Lima anggota unit pasukan khusus elit SAS Inggris ditangkap karena dicurigai melakukan kejahatan perang di Suriah

Baca Selengkapnya

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

2 Maret 2024

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

Badai salju hebat di Afghanistan menyebabkan 15 orang tewas dan ribuan ternak mati.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno: Dewan HAM PBB Harus Tangani Pelanggaran HAM Israel atas Palestina

27 Februari 2024

Menlu Retno: Dewan HAM PBB Harus Tangani Pelanggaran HAM Israel atas Palestina

Menlu Retno mendesak Dewan HAM PBB untuk menangani pelanggaran hak asasi manusia berat yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.

Baca Selengkapnya

Taliban Bebaskan Ekstrimis Anti-Imigran Austria, Lansia 84 Tahun

26 Februari 2024

Taliban Bebaskan Ekstrimis Anti-Imigran Austria, Lansia 84 Tahun

Taliban membebaskan Herbert Fritz, seorang ekstrimis anti-imigran berusia 84 tahun. Ia sedang membuat artikel wisata di Afghanistan.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Angkat Isu Hak Perempuan di Konferensi PBB tentang Taliban

20 Februari 2024

Menlu Retno Angkat Isu Hak Perempuan di Konferensi PBB tentang Taliban

Menlu Retno Marsudi mengangkat isu hak-hak perempuan Afghanistan dalam konferensi PBB di Doha, Qatar yang membahas Taliban.

Baca Selengkapnya

Cerita Mahasiswa Afganistan Lulus Magister Unpad dengan IPK 4,00

8 Februari 2024

Cerita Mahasiswa Afganistan Lulus Magister Unpad dengan IPK 4,00

Abdul Qayoum Safi asal Afganistan lulus dari Magister Ilmu Komunikasi Unpad dengan IPK tertinggi 4,00.

Baca Selengkapnya