Kisah Wartawan Tempo di Afghanistan, Mudahnya Punya AK-47 Saat Taliban Tak Ada

Selasa, 24 Agustus 2021 08:00 WIB

Seorang pejuang Taliban berlari ke arah kerumunan di luar bandara Kabul dengan membawa RPG-7, di Kabul, Afghanistan, 16 Agustus 2021. RPG-7 adalah granat berpeluncur roket anti tank yang diluncurkan dari pundak yang banyak diproduksi. REUTERS TV/via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi wartawan Tempo Qaris Tajudin, Afghanistan pasca kejatuhan Taliban di tahun 2001 ibarat kawasan tak bertuan. Belum adanya pemerintahan definitif membuat senapan menjadi "alat komunikasi" sehari-hari di sana. Pembunuhan dan perempokan pun kerap terjadi karena hal-hal sepele. Salah satunya terjadi pada toko sepatu di sebuah kota kecil yang berbatasan dengan Mandar, Pakistan.

Pada suatu hari, di toko tersebut, enam orang pelayan toko ambruk dalam keadaan perut bolong ditembak. Darah mereka terus mengucur, menggenangi lantai toko sepatu. Sang penembak, dengan santai, tidak berkomentar apapun usai melepaskan serangan. Ia hanya mencangklongkan senapan AK-47 ke pundaknya dan melenggang pergi.

Penembakan itu terjadi karena perkara sepele: ukuran sepatu yang salah. Sang penembak, yang merupakan tentara Aliansi Utara, tidak puas dengan sepatu yang ia dapat dan memintanya ditukar. Pemilik toko ogah menukarkan sepatu yang sudah dipakai jalan. Tidak suka atas perlakuan yang diterima, senapan AK-47 sang penembak menyalak. Enam orang ambruk seketika. Tak salah menyebut Afghanistan di tahun 2001, saat Taliban jatuh, bak Wild West di film koboi.

"Saat itu, senjata dipegang oleh siapa saja dan bisa diarahkan kepada siapapun pun. Kelompok Aliansi Utara yang memenangi peperangan atas Taliban bisa bertempur satu sama lain setiap waktu," ujar Qaris Tajudin dalam kisahnya soal perjalanan ke Afghanistan.

<!--more-->

Pasukan Taliban berpatroli dengan membawa senjata RPG-7 dan senapan mesin M249 di Kabul, Afghanistan, 16 Agustus 2021. REUTERS/Stringer


Memperoleh AK-47 dan RPG bukan perkara sulit di Afghanistan saat itu. Siapapun bisa membelinya. Di Jalalabad, sebuah toko dibuka khusus untuk berdagang dan mereparasi AK-47. Alhasil, ketika Qaris menelusuri jalanan kota Kabul, sangat mudah menemukan setiap lelaki memanggul senapan AK-47 plus mortir jenis RPG. Padahal, tidak semua dari mereka adalah tentara atau memiliki pengalaman bertempur.

Penasaran, Qaris sempat iseng bertanya terhadap salah satu guru di Afghanistan apakah dirinya memiliki AK-47. Dengan santai, sang guru menjawab dirinya punya. Lucunya, ia memperlakukan AK-47 seperti duit, menyimpannya di balik kasur atau bantal yang ia pakai tidur.

"Ya, saya punya. Saya simpan di bawah batal yang saya pakai. Sekadar buat jaga-jaga" ujar guru bernama Daud itu. Daud menyimpan Kalashnikov tua, sisa senjata tentara Soviet yang dulu memerangi Afganistan.

Tahu banyak orang memiliki senapan AK-47 plus pertempuran bisa terjadi sewaktu-waktu, Qaris ekstra hati-hati dalam memilih tempat menginap selama meliput di Afghanistan. Ia sempat nyaris mati ditembak AK-47 dalam perjalanan menuju Kabul dan ogah mengalaminya lagi.

Salah satu pemandu Qaris di Afghanistan, Habibullah, menyarankannya untuk tidak tinggal di hotel yang dijadikan pos militer Aliansi Utara. Menurut Habibullah, itu bendera merah. Para panglima perang (warlord) di sana bisa sewaktu-waktu memulai pertempuran di sana, syukur-syukur kalau hanya random checking.

"Keadaan tak aman. Ayo kita menyingkir dari sini," ujar Habibullah saat menemani Qaris di Asadabad, Afghanistan. Qaris menurut, menumpang mobil pick up dengan pengawalan delapan orang yang, lagi-lagi, mencangklong senapan AK-47.

Benar saja, ketika Qaris tiba di Kabul, desingan AK-47 dan RPG terdengar saban malam. Penduduk berkata kepada Qaris, itu bukan suara pertempuran Aliansi Utara dengan Taliban, tetapi antar kelompok Aliansi Utara. Qaris bahkan sempat diperingatkan untuk tidak memasuki Kabul jika ingin selamat.

"Sebaiknya jangan karena terlalu banyak orang yang mati di jalan," kata Mardan. Saat Taliban masih berkuasa, dari tahun 1996-2001, pria muda itu rajin ke Kabul untuk mencuci foto. Saat itu, tempat cuci foto hanya ada di Kabul.

<!--more-->

Pejuang Taliban berdiri di luar Kementerian Dalam Negeri dengan menenteng senapan M16 di Kabul, Afghanistan, 16 Agustus 2021. M16 adalah kesimpulan dari senjata senapan serbu yang lebih modern dan lebih maju. Kinerjanya lebih unggul dibanding AK-47. REUTERS/Stringer

Qaris beruntung dirinya tak menjadi korban selama meliput di Afghanistan. Beberapa kompatriotnya, sesama wartawan, tewas di sana. Pada 20 November 2001, dua wartawan Reuters, satu wartawan Italia, dan satu wartawan Spanyol tewas diberondong peluru. Ketika itu, mereka bersama sekitar 12 wartawan dicegat di Serobi, kota kecil sekitar 50 kilometer sebelum Kabul.

Rekomendasi warlord, minimal koneksi, adalah cara paling aman untuk bertahan hidup di wild west Afghanistan. Semakin luas wilayah kekuasaan seorang panglima, rekomendasinya semakin baik. Jika tidak, katebelece itu hanya berlaku di satu kota tapi menjadi kertas sampah di kota lain.

Qaris sudah merasakan sendiri manfaat koneksi ke warlord. Ketika mujahidin menodongkan AK-47 kepadanya dalam perjalanan ke Kabul, koneksi pemandunya dengan warlord setempat menciutkan niat sang mujahidin untuk menembaknya. Jika tidak, mungkin laporan soal Taliban dari Afghanistan tak akan selesai.

Sekarang, ketika Taliban kembali menguasai Afghanistan setelah dua dekade, AK-47 bukan senjata yang sering terlihat lagi. Pemandangan AK-47 digantikan senapan M-16. Nah, apakah akan ada desingan senapan tiap malam, itu yang diharapkan tidak terjadi. Taliban janji menghadirkan Afghanistan yang aman, tapi banyak yang meragukan.

Baca juga: Kisah Wartawan Tempo di Afghanistan, Dari Nyaris Ditembak Hingga Mau Dinikahkan

ISTMAN MP

Berita terkait

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

2 hari lalu

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

Pengadilan Australia menjatuhkan hukuman hampir enam tahun penjara kepada eks pengacara militer yang ungkap tuduhan kejahatan perang di Afghanistan

Baca Selengkapnya

Banjir Musnahkan Desa-desa di Afghanistan, Korban Tewas Jadi 315 Orang

4 hari lalu

Banjir Musnahkan Desa-desa di Afghanistan, Korban Tewas Jadi 315 Orang

Afghanistan dilanda banjir parah yang menyapu desa-desa dan menyebabkan ribuan orang mengungsi.

Baca Selengkapnya

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

5 hari lalu

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

Korban tewas akibat banjir bandang dahsyat di Afghanistan utara telah meningkat menjadi 153 orang di tiga provinsi

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

12 hari lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

13 hari lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

13 hari lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

52 hari lalu

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

Serangan mematikan di Moskow yang diklaim oleh afiliasi ISIS menyebabkan 137 orang tewas dan sekitar 100 orang terluka.

Baca Selengkapnya

Dua Polisi Tewas Ditembak KKB di Papua, Dua Pucuk AK-47 Dirampas

57 hari lalu

Dua Polisi Tewas Ditembak KKB di Papua, Dua Pucuk AK-47 Dirampas

Dua anggota polisi berpangkat Brigadir Dua diduga tewas ditembak oleh KKB pimpinan Aibon Kogoya di Papua

Baca Selengkapnya

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

8 Maret 2024

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

Indonesia bekerja sama di antaranya dengan UNICEF memberikan bantuan vaksin polio bOPV ke Afghanistan

Baca Selengkapnya

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

6 Maret 2024

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

Lima anggota unit pasukan khusus elit SAS Inggris ditangkap karena dicurigai melakukan kejahatan perang di Suriah

Baca Selengkapnya