Top 3 Dunia: Risiko Lumpuh Wajah Vaksin Sinovac Hingga Kemenangan Taliban
Reporter
Tempo.co
Editor
Eka Yudha Saputra
Rabu, 18 Agustus 2021 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tiga berita terpopuler dunia sepanjang Selasa, 17 Agustus 2021, di antaranya studi menemukan vaksin Sinovac berisiko tinggi sebabkan lumpuh wajah, kaburnya Presiden Afganistan ke Tajikistan setelah Afganistan dikuasai Taliban, dan karier politik Joe Biden yang diprediksi terancam karena kejatuhan Afganistan.
Tiga berita terpopuler internasional tersebut dirangkum dalam Top 3 Dunia.
1. Studi: Vaksin Corona Sinovac Berisiko Lebih Tinggi Sebabkan Lumpuh Wajah
Sebuah studi menemukan vaksin Sinovac dan Pfizer untuk Covid-19 diduga sama-sama meningkatkan risiko penyakit lumpuh wajah atau bell's palsy. Namun, penerima vaksin Sinovac lebih tinggi mendapatkan risiko penyakit tersebut dibandingkan Pfizer.
Dalam jurnal yang diterbitkan The Lancet Infectious Diseases, risiko meningkat setelah pemberian dosis pertama vaksin Covid-19 Sinovac.
Meski terdapat efek samping, menurut jurnal tersebut, dampak menguntungkan vaksin dalam melindungi Covid-19 lebih besar.
Studi dilakukan terhadap 451.000 orang lebih. Ada 28 kasus lumpuh wajah atau bell's palsy setelah pemberian vaksin Sinovac. Angkanya lebih tinggi dibandingkan pemberian vaksin Pfizer-BioNtech yaitu 16 kasus. Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
2. Mengapa Presiden Afganistan Ashraf Ghani Kabur Ke Tajikistan?
Presiden Afganistan, Ashraf Ghani, diberitakan kabur ke Tajikistan pada Ahad, 15 Agustus 2021, setelah gerilyawan Taliban mengepung Kabul dan mendudukinya. Tidak ada yang menyangka ia akan keluar dari Afganistan, bahkan Taliban dan orang-orang terdekatnya sekalipun. Mereka mengira Ghani akan melakukan perlawanan di saat-saat terakhir.
Tajikistan adalah sebuah negara yang terkurung daratan di benua Asia bagian Tengah. Negara yang secara astronomisnya terletak di antara 36°-41° LU dan 67°-75°BT ini berbatasan dengan Cina di sebelah timur, Uzbekistan di sebelah barat, Afganistan di sebelah selatan dan berbatasan dengan Kirgizstan di utara.
Ashraf Ghani menyatakan alasan dia pergi dari Afganistan sebagai upaya menghindari pertempuran dengan Taliban yang bisa membahayakan jutaan penduduk di Ibu Kota Kabul. Dilansir dari Reuters, Ghani menuliskan hal itu dalam unggahan di media sosial Facebook. "Saya memilih untuk pergi demi menghindari pertumpahan darah," tulis Ghani. Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
3. Afganistan Kalah dari Taliban, Karier Politik Joe Biden Diprediksi Terancam
Jatuhnya Afganistan ke tangan Taliban diyakini pihak oposisi akan berdampak politis ke pemerintahan Presiden Amerika Joe Biden. Ia dianggap turut bertanggung jawab atas kekalahan tersebut. Seperti diketahui, agresi Taliban menguat usai Joe Biden memutuskan menarik pasukan Amerika dari Afganistan.
Salah satu pihak yang menyakini hal tersebut adalah anggota parlemen dari Partai Republik, Mike McCaul. Ia berkata, partainya kemungkinan besar akan mencoba membingkai situasi Afganistan - Taliban sebagai kasus di mana keputusan Joe Biden mengancam keamanan nasional.
Dengan menarik pasukan Amerika, kata McCaul, Joe Biden secara tidak langsung memperkuat posisi Taliban di Afganistan. Semakin kuat Taliban, maka semakin besar pula kemungkinan mereka melakukan aksi terorisme lagi ke Amerika mengingat sejarah panjang yang dimiliki keduanya. Bagaimana respons politisi AS lain tentang kemenangan Taliban di Afganistan? baca berita selengkapnya di sini.
Baca juga: Presiden Jerman Sebut Kekacauan di Bandara Kabul Memalukan bagi Barat
TEMPO