Berdamai dengan Corona, Ini Bedanya Strategi Cina dengan AS dan Inggris

Reporter

Tempo.co

Minggu, 8 Agustus 2021 20:31 WIB

Warga mengantre untuk melakukan tes asam nukleat di sebuah taman di Beijing, Cina, 17 Juni 2020. Beijing pun memberlakukan lockdown ketat setelah gelombang kedua Covid-19 muncul di ibu kota Cina itu mencegah penyebarannya ke provinsi lain, termasuk dengan melarang perjalanan keluar dari ibu kota. REUTERS/Thomas Peter

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah ahli menyatakan virus corona atau Covid-19 tidak akan hilang. Dunia diminta berdamai dengan covid-19. Namun ada yang berbeda dalam memperlakukan covid-19 antara negara-negara barat dengan Cina.

Seperti dikutip dari Global Times, para ahli mengatakan bahwa strategi penanggulangan epidemi di Cina berhasil menekan penyebaran virus dalam dua tahun terakhir. Hanya sedikit orang yang terkena dampaknya karena pencegahan dan pengendalian yang tepat.

Zhang Wenhong, pakar penyakit menular di Shanghai baru-baru ini mengatakan mayoritas ahli virologi di dunia setuju bahwa dunia harus belajar hidup dengan virus corona.

Shi Zhengli, seorang ahli virologi Tiongkok yang dikenal sebagai wanita kelelawar setelah mengidentifikasi lusinan virus mirip SARS yang mematikan di gua kelelawar, mengatakan bahwa kita harus melepaskan kepanikan dan bersiap untuk hidup dengan virus corona.

Namun bukan berarti Cina mengabaikan virus corona. Masyarakat Cina mengakui bahwa virus corona tidak akan hilang seperti halnya influenza. Sehingga cara hidup di Cina berusaha membatasi penyebaran virus dan intensitas infeksi ke tingkat terendah dan skala terkecil.

Ini berbeda dengan gagasan hidup dengan virus di Barat, seperti di Amerika Serikat atau Inggris. AS atau Inggris, Di dua negara itu setiap hari ribuan orang terinfeksi dan ratusan meninggal karena penyakit menular.

Advertising
Advertising

“Mengingat tingkat kematian dan penularan virus yang tinggi, Cina percaya pendekatan yang tepat adalah selalu menempatkan nyawa dan kesehatan masyarakat sebagai prioritas utama. Adapun tingkat infeksi dan kematian, semakin rendah semakin baik,” kata ahli pernapasan di rumah sakit Universitas Peking.

Varian Delta membuat kasus covid-19 di Cina kembali melonjak. Dalam beberapa pekan terakhir, varian Delta telah terdeteksi sedikitnya di 16 provinsi dan kota. Kasus muncul di kota besar seperti Beijing, Shanghai dan Wuhan.

Cina langsung bergerak dengan menerapkan pembatasan. Menurut ahli virologi Jin Dongyan dari Unibersitas Hongkong mengatakan gaya Cina sangat ekstrim. "Kami memiliki pepatah, bunuh ketika Anda menangkapnya, kekacauan ketika Anda melepaskan," ujarnya seperti dilansir dari BBC.

Sebagian besar rakyat Cina sudah divaksinasi. Namun tak seperti negara-negara barat yang melonggarkan pembatasan, Cina tetap memberlakukan protokol kesehatan dengan ketat guna mencegah penyebaran corona.

Gaya yang berbeda dengan negara-negara Barat disebut karena Cina kurang percaya diri dengan vaksin buatan mereka. "Tampaknya kurangnya kepercayaan pada vaksin mereka sehingga strategi tetap dilanjutkan," kata Yanzhong Huang, rekan senior untuk kesehatan global di Dewan Hubungan Luar Negeri kepada BBC.

Baca: Mulai 9 Agustus Arab Saudi Izinkan Masuk Jamaah Umrah dari Luar Negeri

GLOBAL TIMES | BBC

Berita terkait

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

1 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

BPOM Pastikan Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Beredar di Indonesia

1 hari lalu

BPOM Pastikan Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Beredar di Indonesia

Koordinator Humas Badan Pengawas Makanan dan Obat (BPOM) Eka Rosmalasari angkat bicara soal penarikan vaksin AstraZeneca secara global.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

2 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Cina kepada Pemimpin terpilih Taiwan: Pilih Damai atau Perang

2 hari lalu

Cina kepada Pemimpin terpilih Taiwan: Pilih Damai atau Perang

Cina menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri, namun Taiwan bersikeras pihaknya sudah memiliki pemerintahan independen sejak 1949.

Baca Selengkapnya

Kalah dari Cina, Biden Naikkan Tarif Impor Termasuk Mobil Listrik

2 hari lalu

Kalah dari Cina, Biden Naikkan Tarif Impor Termasuk Mobil Listrik

Biden memutuskan menaikkan tarif impor produk Cina termasuk mobil listrik dan baterainya.

Baca Selengkapnya

5 Proyek Besar Cina di Era Presiden Jokowi

2 hari lalu

5 Proyek Besar Cina di Era Presiden Jokowi

Hubungan ekonomi Cina-Indonesia disebut mencapai masa keemasan di era Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Mengenal Gejala Virus MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jemaah Haji

2 hari lalu

Mengenal Gejala Virus MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jemaah Haji

Kemenkes mengimbau seluruh jemaah haji mewaspadai MERS-CoV. Kenali asal usul dan gejalanya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

2 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

7 Fakta MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jamaah Haji

2 hari lalu

7 Fakta MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jamaah Haji

Pemerintah meminta seluruh jamaah haji Indonesia mewaspadai MERS-CoV yang ditemukan di Arab Saudi.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

2 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya