Gedung Putih Khawatirkan Kondisi Tunisia Usai Kudeta oleh Presiden Kais Saied

Selasa, 27 Juli 2021 11:35 WIB

Presiden Tunisia Kais Saied (Sumber: Reuters/ Muahmmad Hamed)

TEMPO.CO, Jakarta - Langkah Presiden Tunisia Kais Saied membubarkan pemerintahan, memecat PM Hichem Mechichi, dan membekukan parlemen mendapat respon dari Pemerintah Amerika. Dikutip dari Reuters, Pemerintah Amerika mengaku khawatir akan perkembangan di Tunisia. Mereka berharap situasi di sana segera stabil.

"Kami sudah menghubungi pejabat senior kami di Kementerian Luar Negeri dan pimpinan Tunisia. Kami meminta segala pihak untuk tetap tenang dan beri ruang pada Tunisia menyelesaikan masalah ini secara demokratis," ujar juru bicara Pemerintah Amerika, Jen Psaki, Senin waktu setempat, 26 Juli 2021.

Psaki melanjutkan bahwa Pemerintah Amerika belum mengambil keputusan perihal apakah manuver Presiden Kais Saied adalah kudeta atau tidak. Mengenai hal itu, kata Psaki, Kementerian Luar Negeri Amerika tengah melakukan kajian legal sebelum mengambil keputusan.

Secara terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Ned Price menyatakan penyelesaian konflik di Tunisia harus mengacu pada konstitusi yang telah diperbarui pada 2014 lalu. Selain itu, juga harus mengacu pada nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan kebebasan.

"Kami sudah memperingatkan segala pihak untuk menghindari aksi apapun yang bisa mengganggu diskursus demokrasi atau berujung pada aksi kekerasan."

Supporter merayakan langkah Presiden Tunisia Kais Saied membekukan parlemen dan memeceta PM Hichem Mechichi. Mereka menyebutnya sebagai revolusi, langkah kemanangan, dalam upaya membereskan krisis di Tunisia (Sumber: Reuters/ Zoubeir Souissi)

"Jujur saja, kami terganggu dengan laporan bahwa kantor berita telah ditutup di sana dan kebebasan berekspresi dibungkam. Tunisia tidak boleh mengesampingkan nilai-nilai demokrasinya. Kami akan selalu berpihak pada demokrasi," ujar Ned Price menegaskan.

Per berita ini ditulis, situasi di Tunisia masih belum jelas. Presiden Kais Saied belum menyampaikan apa langkah ia selanjutnya usai membubarkan pemerintahan dan membekukan parlemen. Sementara, Hichem Mechichi mengatakan dirinya tidak akan melawan keputusan yang diambil Saied walaupun inkonstitusional.

Oleh berbagai pihak, apa yang dilakukan Kais Saied pada Ahad pekan lalu tidak sesuai konstitusi yang ada, bahkan bisa disebut "kudeta". Sebab, Presiden Tunisia tidak memiliki wewenang untuk membubarkan pemerintahan ataupun memecat PM. Sebaliknya, PM memiliki posisi setara Presiden Tunisia, namun dengan tugas pokok dan fungsi yang berbeda.

Kais Saied beranggapan berbeda. Menurutnya, konstitus memberinya izin untuk membubarkan pemerintahan. Hal itu, kata ia, diatur di Pasal 80 yang menyatakan Presiden Tunisia boleh mengambil langkah untuk menyelamatkan keamanan dan kedaulatan negara. Walau begitu, Saied tidak menyebutkan apakah dirinya berkonsultasi dengan Parlemen yang diatur di pasal 80 juga.

Baca juga: Pecat PM dan Bekukan Parlemen, Presiden Tunisia Kudeta Pemerintahannya Sendiri

REUTERS | ISTMAN MP

Berita terkait

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

4 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

4 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

5 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

7 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

10 hari lalu

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

Kisah cinta dengan kalangan chaebol juga dialami sejumlah aktris Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

11 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

12 hari lalu

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

Delegasi Indonesia dan Tunisia membahas perjanjian perdagangan bilateral di Tangerang. Indonesia banyak mengekspor sawit dan mengimpor kurma.

Baca Selengkapnya

4 Rudal Iran yang Diwaspadai Amerika dan Sekutunya

15 hari lalu

4 Rudal Iran yang Diwaspadai Amerika dan Sekutunya

Iran memiliki kapasitas teknis dan industri untuk mengembangkan rudal jarak jauh, termasuk Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) atau Rudal Balistik Antarbenua.

Baca Selengkapnya

Kisah Amerika Bantu Iran Kembangkan Nuklir

15 hari lalu

Kisah Amerika Bantu Iran Kembangkan Nuklir

Iran menjadi salah satu negara yang mengembangkan nuklir. Ada jasa Amerika dalam hal itu.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

15 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya