Jurnalis AS Mengaku Disiksa Pasukan Junta Myanmar Saat Ditahan

Senin, 28 Juni 2021 08:00 WIB

Wartawan AS Nathan Maung berbicara usai dideportasi dari Myanmar setelah lebih dari tiga bulan ditahan junta militer, dalam gambar yang diambil di Virginia, AS, 26 Juni 2021. [REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Jurnalis Amerika Serikat mengatakan dirinya ditinju, ditampar, dipukuli, dan ditutup matanya selama lebih dari seminggu interogasi oleh pasukan junta Myanmar, dalam wawancara setelah dideportasi ke Amerika Serikat usai ditahan tiga bulan lebih di Myanmar.

Nathan Maung, 44 tahun, pemimpin redaksi media online Kamayut Media, ditahan pada 9 Maret dalam sebuah penggerebekan dan dibebaskan pada 15 Juni, dikutip dari Reuters, 27 Juni 2021.

Dia mengatakan rekannya Hanthar Nyein, yang masih dalam tahanan, telah disiksa lebih keras, seperti orang lain yang dia temui di penjara.

Seorang juru bicara junta tidak menanggapi permintaan komentar atas kesaksian Nathan Maung, satu dari ribuan orang lainnya yang telah ditahan sejak tentara menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.

Junta militer mengatakan para tahanan diperlakukan sesuai dengan hukum.

Advertising
Advertising

"Tiga sampai empat hari pertama adalah yang terburuk," kata Nathan Maung dalam wawancara telepon dari Virginia pada hari Jumat, mengatakan kepada Reuters.

"Saya dipukul dan ditampar beberapa kali. Tidak peduli apa yang saya katakan, mereka hanya memukuli saya. Mereka menggunakan kedua tangan mereka untuk menampar gendang telinga saya berkali-kali. Mereka meninju tulang pipi saya di kedua sisi. Mereka meninju bahu saya. Saya tidak diizinkan berdiri. Kaki saya bengkak. Saya tidak bisa bergerak lagi," katanya.

Demonstran menunjukkan salam tiga jari selama protes untuk solidaritas terhadap Pasukan Pertahanan Rakyat Mandalay, di Yangon, Myanmar 22 Juni 2021, dalam tangkapan layar yang diperoleh Reuters dari video media sosial.[REUTERS]

Nathan Maung, yang lahir di Myanmar dan melarikan diri ke Amerika Serikat sebagai pengungsi pada 1990-an, mengatakan dia ditangkap di kantor Kamayut Media dan dibawa untuk ditanyai tentang publikasinya, perannya di sana, dan bagaimana cara kerjanya.

"Mereka memborgol tangan saya ke belakang, menutup mata saya dengan kain dan menutupinya dengan kain lain," katanya.

"Mereka tidak mengizinkan saya tidur sekitar tiga atau empat hari. Interogasi tanpa henti. Tidak ada waktu untuk tidur," katanya.

Nathan mengatakan pemukulan berkurang pada hari keempat, setelah mereka mengetahui bahwa dia adalah warga negara AS.

"Pada hari kedelapan, seorang kolonel datang, dia membuka kain penutup mata saya," kata Nathan Maung.

Nathan Maung bertemu dengan pejabat AS setelah pembebasannya dan mereka membantu dia dan keluarganya, kata kedutaan besar AS.

Laporan itu mengungkapkan keprihatinan mendalamnya yang berkelanjutan atas penahanan jurnalis AS Danny Fenster, yang ditahan lebih dari sebulan lalu dan saudara lelakinya mengatakan bahwa dia diizinkan untuk berbicara dengan kedutaan besar AS untuk pertama kalinya minggu lalu.

Nathan Maung mengatakan bahwa kolonel telah merekam kesaksiannya dan bertanya apakah dia memiliki pernyataan yang harus dibuat, dimana editor meminta agar hak asasi manusianya dihormati dan bahwa dia memiliki seorang pengacara untuk membela diri dari tuduhan apapun.

Kolonel telah mengatakan kepadanya bahwa dia tidak didakwa dengan kejahatan apa pun dan bahwa dia akan dibebaskan ketika situasinya sudah tenang, kata Nathan Maung.

Selama penahanannya, Nathan Maung mengatakan dia telah bertemu orang lain yang telah dianiaya dan mendengar orang berteriak, memohon, dan berteriak dari gedung lain.

"Beberapa orang mengalami siksaan yang lebih buruk dari kami. Ada seseorang bersama saya di sebuah ruangan selama dua hari. Tubuhnya penuh memar dan luka. Mereka meletakkan tangannya yang diborgol di atas meja dan memukul tangannya.

"Tulangnya tidak patah, tapi dia terluka parah dan kulitnya robek."

Kamayut Media menghentikan publikasi setelah penangkapannya, tetapi Nathan Maung mengatakan dia berencana untuk melanjutkan pekerjaannya.

Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan hampir 5.200 orang masih dipenjara setelah ditahan sejak kudeta militer. AAPP mengatakan pasukan keamanan junta Myanmar telah menewaskan sedikitnya 881 orang sejak kudeta, tetapi junta Myanmar membantah angka itu.

Baca juga: Pasukan Pertahanan Rakyat Myanmar Nyatakan Perang Terhadap Junta Militer

REUTERS

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

3 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

4 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

7 hari lalu

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

Lebanon akan menerima yurisdiksi Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk mengadili kejahatan perang Israel di wilayahnya sejak Oktober lalu.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

9 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

11 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

11 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Cerita Pembuat Konten Tega Siksa Anak Monyet Ekor Panjang, Dapat Cuan dari WNA

13 hari lalu

Cerita Pembuat Konten Tega Siksa Anak Monyet Ekor Panjang, Dapat Cuan dari WNA

Polisi telah mengungkap tiga pelaku yang memproduksi video penyiksaan anak monyet ekor panjang. Mereka mendapat pesanan dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

13 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

14 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

15 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya