Anggota G7 Capai Konsensus Soal Kasus HAM dan Nilai Ekspor Cina

Minggu, 13 Juni 2021 08:00 WIB

Presiden AS Joe Biden dan istrinya, Jill Biden saat menemui Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan istrinya, Carrie Johnson di Carbis Bay, Cornwall, Inggris, 10 Juni 2021. Joe dan Jill Biden mengunjungi Inggris untuk menghadiri pertemuan KTT G7. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Menghadapi Cina menjadi salah satu fokus utama dalam KTT G7 yang berlangsung di Cornwall, Inggris, pekan ini. Dikutip dari kantor berita Reuters, negara anggota G7 bahkan telah mencapai konsensus perihal praktik nilai ekspor yang tidak adil dari Cina serta pelanggaran HAM yang dilakukan negeri tirai bambu itu.

"Saya bisa mengatakan telah tercapai kata mufakat perihal ketersediaan untuk merespon pelanggaran HAM dan kebebasan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang kami anut," ujar salah seorang diplomat di G7, yang enggan disebutkan namanya, Sabtu, 12 Juni 2021.

Diplomat itu melanjutkan bahwa G7 kali ini berbeda dengan sebelumnya. Pada final communique tiga tahun lalu, kata ia, Cina tidak sekalipun disinggung.

Mengacu pada struktur legal Organisasi Dagang Dunia (WTO), designasi "non-market economy" pada Cina memungkinkan rekan dagangnya seperti Amerika untuk menggunakan kerangka khusus perihal nilai ekspor. Tujuannya, untuk merespon apakah nilai ekspor dari Cina terlalu rendah atau tidak di mana akan mematikan persaingan.

Dari kiri ke kanan: Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Perdana Menteri Italia Mario Draghi, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Kanselir Jerman Angela Merkel berpose untuk foto bersama di KTT G7, di Carbis Bay, Inggris, 11 Juni 2021. [Patrick Semansky/Pool via REUTERS]


Jika hal tersebut terbukti, bahwa Cina mematok harga terlalu terhadap ekspornya hingga tak adil, maka kebijakan anti-dumping bisa diberlakukan untuk "menormalkan" nilainya.

Dalam KTT G7, yang berlokasi di Cornwall, Inggris, Amerika dan sekutu-sekutunya sepakat bersatu untuk menghadapi pengaruh Cina yang menguat. Salah satu respon mereka adalah membuat inisiatif Build Back Better World (B3W) yang menawarkan kerjasama infrastruktur untuk memangkas angka US$40 triliun yang dibutuhkan negara berkembang untuk terus maju per 2035.

Di satu sisi, inisiatif tersebut juga untuk menandingi rencana jalur sutra modern Cina yang dinamai Presiden Xi Jinping sebagai Belt and Road Initiative. Project tersebut pertama kali diluncurkan Xi Jinping pada 2013 lalu di mana meliputi pembangunan dan investasi yang mengcover Asia hingga Eropa.

Sebanyak 100 negara telah bergabung dengan inisiatif tersebut dan akan berperan dalam pembangunan infrastruktur seperti jalur kereta api, pelabuhan, jalan tol, dan sebagainya. Hal inilah yang dianggap negara anggota G7 bisa memperkuat pengaruh Cina jika tidak direspon.

Baca juga: Negara G7 Janji Sumbang 1 Miliar Dosis Vaksin Covid-19 untuk Negara Miskin

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

14 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

2 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

3 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya