PBB: Apa yang Terjadi di Myanmar Adalah Bencana Kemanusiaan

Jumat, 11 Juni 2021 20:30 WIB

Seorang pria menggunakan ketapel saat mereka berlindung di belakang barikade selama protes terhadap kudeta militer, di Yangon, Myanmar, Ahad, 28 Maret 2021. Dilaporkan puluhan pendemo terluka dan meninggal saat aparat berupaya membubarkan kerumunan. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Michelle Bachelet, mengatakan krisis di Myanmar telah membuat negeri seribu pagoda itu jatuh ke jurang bencana kemanusiaan. Menurutnya, jika kekerasan di Myanmar tak dihentikan, maka korban dan kerusakan yang disebabkannya akan semakin parah dan sulit untuk dicegah.

"Hanya dalam empat bulan, Myanmar telah berubah dari demokrasi yang rapuh menjadi bencana hak asasi manusia. Kepemimpinan Militer myanmar bertanggung jawab penuh atas krisis ini," ujar Bachelet, dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 11 Juni 2021.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Myanmar dalam kondisi krisis sejak kudeta oleh Jenderal Min Aung Hlaing pada 1 Februari lalu. 860 warga meninggal, 6000 berakhir menjadi tahanan politik, dan kampanye vaksinasi terhenti di saat pandemi COVID-19 masih buruk kondisinya.

Kudeta itu sendiri disebabkan keyakinan Militer Myanmar bahwa partai pemerintah, Liga Nasional untuk Demokrasi, telah bermain curang pada pemilu tahun lalu. Tidak terima partai afiliasinya kalah, Militer Myanmar menangkap Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, membubarkan parlemen, dan mengambil alih pemerintahan.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendesak junta Militer Myanmar mengakhiri kekuasaannya. Negara-negara barat, misalnya, memberikan sanksi terhadap pejabat-pejabat militer dan perusahaan-perusahaan afiliasinya. Contoh lain, ASEAN membentuk lima poin konsensus penyelesaian krisis. Namun, langkah-langkah itu belum memberi hasil.

Sekarang, kekhawatiran terbesar adalah potensi perang saudara. Bachelet berkata, pertarungan antara kelompok etnis bersenjata dan Militer Myanmar telah terjadi di wilayah-wilayah perbatasan. Beberapa di antaranya ada negara bagian Kayah, Chin, dan Kachin. Bachelet khawatir pertempuran yang terjadi akan memperparah situasi di Myanmar.

"Militer Myanmar telah melanjutkan serangan dengan senjata-senjata berat, tak terkecuali serangan udara, terhadap kelompok etnis bersenjata dan masyarakat sipil. Ternyata tidak ada upaya dari junta untuk mengakhiri kekerasan, malah membangun pasukan di area penting,"

"Lebih dari 108 ribu orang telah kabur dari rumah mereka di negara bagian Kayah selama tiga pekan terakhir. Mereka sekarang bertahan di hutan dengan sedikit makanan, air, sanitasi, dan bantuan kesehatan. Mereka membutuhkan bantuan," ujar komisioner PBB itu menegaskan.

Untuk mengakhiri krisis di Myanmar, Bachelet mengatakan komunitas internasional harus bersatu untuk mendesak junta mengakhiri aktivitasnya. Selain itu, ia juga meminta milisi Tentara Pertahanan Rakyat, yang dibentuk untuk melawan Militer Myanmar, melindungi masyarakat sipil.

Baca juga: Amerika Serikat Prihatin Kondisi Myanmar Memburuk

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

20 menit lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

8 jam lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

8 jam lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

9 jam lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

2 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

2 hari lalu

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

Meksiko sebelumnya telah mengajukan banding ke ICJ untuk memberikan sanksi kepada Ekuador karena menyerbu kedutaan besarnya di Quito.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

2 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

4 hari lalu

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

Penetapan Hari Danau Sedunia menjadi satu dari empat poin usulan yang dibawa Indonesia untuk diangkat menjadi resolusi PBB.

Baca Selengkapnya

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

4 hari lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya