Joe Biden Batalkan Perintah Eksekutif Donald Trump yang Larang TikTok dan WeChat

Kamis, 10 Juni 2021 06:45 WIB

Logo TikTok terlihat di smartphone di depan logo ByteDance yang ditampilkan dalam ilustrasi yang diambil pada 27 November 2019. [REUTERS / Dado Ruvic / Illustration / File Photo]

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joe Biden mencabut perintah eksekutif mantan Presiden Donald Trump yang melarang WeChat dan Tiktok, dan meminta Kementerian Perdagangan AS meninjau ulang ancaman keamanan dari aplikasi tersebut dan lainnya.

Melalui tindakan eksekutif, Donald Trump berupaya memblokir pengguna baru mengunduh aplikasi dan melarang transaksi TikTok dan WeChat.

Pengadilan memblokir perintah eksekutif itu sehingga perintah eksekutif tidak berdampak.

Dikutip dari Reuters, 10 Juni 2021, pejabat Gedung Putih mengatakan tinjauan keamanan nasional AS terpisah dari TikTok yang diluncurkan pada akhir 2019 tetap aktif dan berkelanjutan. Gedung Putih tetap sangat prihatin dengan risiko data pengguna TikTok, kata pejabat pemerintah lainnya.

Perintah Joe Biden mengarahkan Departemen Perdagangan untuk memantau aplikasi perangkat lunak seperti TikTok yang dapat memengaruhi keamanan nasional AS, serta membuat rekomendasi dalam waktu 120 hari untuk melindungi data AS yang diperoleh atau dapat diakses oleh perusahaan yang dikendalikan oleh musuh asing.

Advertising
Advertising

TikTok menolak berkomentar. WeChat tidak segera berkomentar.

Pemerintahan Trump telah mengajukan banding atas perintah pengadilan yang memblokir larangan TikTok dan WeChat, tetapi setelah Biden menjabat pada Januari, Departemen Kehakiman AS meminta untuk menghentikan banding.

Seorang juru bicara Departemen Kehakiman AS menolak berkomentar. Laporan status akan jatuh tempo dalam kasus banding pada hari Jumat.

Perintah Joe Biden mengatakan pengumpulan data dari orang Amerika akan mengancam keamanan nasional karena untuk memberi musuh asing akses ke informasi itu.

Perintah tersebut mengarahkan Departemen Perdagangan untuk mengevaluasi secara berkelanjutan setiap transaksi yang menimbulkan risiko yang tidak semestinya dari efek bencana pada keamanan, atau ketahanan infrastruktur penting atau ekonomi digital Amerika Serikat.

Perintah eksekutif Biden mengharuskan dalam waktu 60 hari bahwa badan intelijen dan Keamanan Dalam Negeri AS memberikan penilaian kerentanan dan ancaman pada data AS yang dikendalikan oleh musuh asing kepada Departemen Perdagangan saat melakukan peninjauan.

Pekan lalu, Biden menandatangani perintah eksekutif yang melarang investasi AS di perusahaan Cina tertentu di sektor teknologi pertahanan dan pengawasan.

WeChat, yang telah diunduh setidaknya 19 juta kali oleh pengguna AS, banyak digunakan sebagai media layanan, game, dan pembayaran.

Michael Bien, pengacara utama untuk WeChat Users Alliance, yang telah menggugat untuk memblokir perintah eksekutif Trump, memuji pemerintahan Biden karena mencabut larangan pada WeChat.

"Larangan WeChat akan menyebabkan penutupan platform utama yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk komunikasi yang diandalkan oleh jutaan orang di Amerika Serikat," ujar Bien.

Perintah eksekutif baru Biden mencabut perintah WeChat dan TikTok yang dikeluarkan Trump pada Agustus, bersama dengan perintah lain pada Januari yang menargetkan delapan aplikasi perangkat lunak teknologi komunikasi dan keuangan lainnya.

Perintah Trump bulan Januari mengarahkan pejabat untuk melarang transaksi dengan delapan aplikasi Cina termasuk Alipay milik Ant Group dan QQ Wallet milik Tencent Holdings Ltd, dan pembayaran WeChat. Tidak ada larangan yang dikeluarkan sampai saat ini.

Pemerintahan Trump berpendapat bahwa WeChat dan TikTok menimbulkan masalah keamanan nasional karena data pribadi sensitif pengguna AS dapat dikumpulkan oleh pemerintah Cina.

Baik TikTok, yang memiliki lebih dari 100 juta pengguna di Amerika Serikat, dan WeChat telah membantah telah melanggar keamanan nasional.

Baca juga: Donald Trump Larang Transaksi Apapun dengan Wechat dan TikTok

REUTERS

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

2 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Twitch Meluncurkan Umpan Penemuan seperti TikTok

6 jam lalu

Twitch Meluncurkan Umpan Penemuan seperti TikTok

Twitch meluncurkan umpan penemuan baru yang mirip seperti TikTok untuk semua penggunanya

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

7 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

8 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

8 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

11 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

12 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

15 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

1 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya