Lembaga Australia Tuduh Kebijakan Cina Membuat Angka Kelahiran Uighur Turun

Jumat, 14 Mei 2021 07:00 WIB

Seorang guru menerangkan pelajaran kepada siswa di SMA No. 1 Urumqi di Daerah Otonom Uighur Xinjiang, Cina, 16 Maret 2020. Pekan lalu, Cina mengatakan bahwa puncak wabah COVID-19 di negara tersebut saat ini sudah berakhir karena kasus baru terus menurun dan situasi pandemi secara keseluruhan tetap pada tingkat rendah di seluruh Cina. Xinhua/Wang Fei

TEMPO.CO, Jakarta - Laporan lembaga pemikir Australia pada Rabu menyimpulkan kebijakan koersif Cina di Xinjiang telah menyebabkan penurunan tajam angka kelahiran etnis Uighur dan minoritas lainnya.

Laporan Australian Strategic Policy Institute (ASPI), yang mengutip data resmi Cina, mengatakan telah terjadi penurunan tajam angka kelahiran resmi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Xinjiang sejak 2017, ketika Cina memulai kampanye untuk mengontrol angka kelahiran di wilayah tersebut.

Tingkat kelahiran Xinjiang turun hampir setengah dari 2017 hingga 2019, dan wilayah-wilayah di mana populasinya didominasi Uighur atau kelompok minoritas lainnya mengalami penurunan yang jauh lebih tajam daripada wilayah lain, kata lembaga yang didanai pemerintah Australia, dikutip dari Reuters, 13 Mei 2021.

Cina menyatakan bahwa perubahan tingkat kelahiran terkait dengan perbaikan kesehatan dan kebijakan ekonomi dan menolak tuduhan genosida.

"ASPI memalsukan data dan mendistorsi fakta," kata Hua Chunying, juru bicara kementerian luar negeri Cina, dalam jumpa pers harian di Beijing, Kamis.

Advertising
Advertising

Populasi Uighur Xinjiang tumbuh lebih cepat daripada Han antara 2010 dan 2018, dan kebijakan pengendalian kelahiran Xinjiang tidak menargetkan satu pun kelompok etnis minoritas, kata Hua Chunying.

Orang-orang berbaur di kota tua Kashgar, Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, Cina, 22 Maret 2017. [REUTERS / Thomas Peter]

Analisis ASPI didasarkan pada data pemerintah Cina, termasuk angka populasi regional yang dirilis pada Maret.

"Analisis kami didasarkan pada pekerjaan sebelumnya dan memberikan bukti kuat bahwa kebijakan pemerintah Cina di Xinjiang mungkin merupakan tindakan genosida," katanya.

Laporan ASPI mengatakan tingkat kelahiran di wilayah-wilayah dengan populasi penduduk asli 90 persen atau lebih menurun rata-rata 56,5 persen dari 2017 hingga 2018, jauh lebih banyak daripada daerah lain di Xinjiang dan Cina selama periode yang sama.

Denda, pengasingan, atau ancaman pengasingan, adalah di antara metode yang digunakan oleh pihak berwenang untuk mencegah kelahiran, katanya.

Ada seruan di antara beberapa negara barat untuk penyelidikan apakah tindakan Beijing di Xinjiang merupakan genosida.

Pemerintah Amerika Serikat dan parlemen di negara-negara Barat termasuk Inggris dan Kanada menggambarkan kebijakan Cina di Xinjiang sebagai genosida.

Menurut Konvensi Genosida PBB tahun 1948, perlu ada bukti niat Beijing untuk menghancurkan populasi etnis untuk sampai pada kesimpulan itu.

Kelompok hak asasi manusia, peneliti, mantan penduduk dan beberapa anggota parlemen barat, mengatakan pihak berwenang Xinjiang telah secara sewenang-wenang menahan sekitar satu juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya di jaringan kamp sejak 2016.

Pemerintah Cina awalnya membantah kamp penahanan Uighur itu ada tetapi sejak itu mengatakan bahwa itu adalah pusat pelatihan kejuruan yang dirancang untuk memerangi ekstremisme agama, dan bahwa semua orang di pusat tersebut telah "lulus".

Baca juga: Cina Minta Negara Anggota PBB Tidak Hadiri Acara Amerika Soal Muslim Uighur

REUTERS

Berita terkait

Berkunjung ke Optus Stadium Perth Australia yang Megah

7 jam lalu

Berkunjung ke Optus Stadium Perth Australia yang Megah

Optus Stadium Perth bukan hanya tempat untuk acara olahraga, tetapi juga tuan rumah berbagai konser musik, pertunjukan, dan acara khusus lainnya

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

10 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

18 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

22 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

22 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

23 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

1 hari lalu

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

Indonesia dan Australia menghadapi beberapa tantangan yang sama sebagai negara yang secara historis bergantung terhadap batu bara di sektor energi

Baca Selengkapnya

Aktivitas Seru dan Unik di Pulau Rottnest Perth Australia, Selfie dengan Quokka hingga Melihat Singa Laut Berjemur

1 hari lalu

Aktivitas Seru dan Unik di Pulau Rottnest Perth Australia, Selfie dengan Quokka hingga Melihat Singa Laut Berjemur

Pulau Rottnest di sebelah barat Perth, Australia, menawarkan berbagai aktivitas yang seru dan unik.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya