Ledakan Bom Mobil Guncang Sekolah SMA di Kabul Afganistan, 58 Orang Tewas

Minggu, 9 Mei 2021 13:00 WIB

Orang-orang berdiri di lokasi ledakan bom mobil di Kabul, Afganistan 8 Mei 2021. [REUTERS / Stringer]

TEMPO.CO, Jakarta - Ledakan bom mobil di luar sekolah di Kabul, Afganistan, pada Sabtu, menewaskan 58 orang pada Ahad dan melukai 150 lainnya.

Bom mobil terjadi pada Sabtu malam, mengguncang lingkungan Dasht-e-Barchi yang dihuni mayoritas Muslim Syiah.

Komunitas Syiah, minoritas agama di Afganistan, telah menjadi sasaran di masa lalu oleh militan ISIS, sebuah kelompok militan Sunni.

Seorang saksi mata mengatakan semua korban kecuali tujuh atau delapan korban adalah siswi yang pulang setelah menyelesaikan sekolah, dikutip dari Reuters, 9 Mei 2021.

Presiden Afganistan Ashraf Ghani pada Sabtu menyalahkan serangan itu pada gerilyawan Taliban, tetapi juru bicara Taliban membantah terlibat, mengatakan kelompok itu mengutuk setiap serangan terhadap warga sipil Afganistan.

Advertising
Advertising

Kementerian Dalam Negeri Afganistan mengatakan tiga ledakan terjadi di dekat SMA Sayed -ul-Shuhada, serangan bom mobil dan dua ledakan bom rakitan yang ditanam di daerah tersebut.

Serangan bom mobil di luar SMA Sayed-ul-Shuhada di barat Kabul pada Sabtu sore disusul dengan dua serangan roket, TOLO News melaporkan. Teror bom mobil itu terjadi saat siswa meninggalkan sekolah.

"Ledakan bom mobil terjadi lebih dulu, dan kemudian dua ledakan lagi terjadi di dekat sekolah putri di Kabul," kata Ibrahim, seorang guru sekolah.

Seorang siswi sekolah yang terluka menunggu transportasi dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, setelah ledakan di Kabul, Afganistan 8 Mei 2021. [REUTERS / Stringer]

Keluarga para korban menyalahkan pemerintah Afganistan dan kekuatan Barat karena gagal mengakhiri kekerasan dan perang yang sedang berlangsung.

Mayat masih dikumpulkan dari kamar mayat saat penguburan pertama dilakukan di barat kota Kabul. Beberapa keluarga masih mencari kerabat yang hilang pada hari Minggu, berkumpul di luar rumah sakit untuk membaca nama yang ditempel di dinding, dan memeriksa kamar mayat.

"Sepanjang malam kami membawa mayat anak perempuan dan anak laki-laki ke kuburan dan berdoa untuk semua orang yang terluka dalam serangan itu," kata Mohammed Reza Ali, yang telah membantu keluarga para korban di rumah sakit swasta.

"Mengapa tidak membunuh kita semua untuk mengakhiri perang ini?" katanya.

Ledakan bom mobil itu terjadi seminggu setelah pasukan AS dan NATO yang tersisa mulai keluar dari Afganistan, dengan misi untuk menyelesaikan penarikan pada 11 September, yang akan menandai berakhirnya perang terpanjang di Amerika.

Baca juga: Bom Meledak di Afghanistan Saat Warga Sedang Buka Puasa

REUTERS | TOLO NEWS

Berita terkait

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

16 jam lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

17 jam lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

7 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

10 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

Temuan Mortir Buatan Yugoslavia di Kalideres, Polisi: Masih Aktif

11 hari lalu

Temuan Mortir Buatan Yugoslavia di Kalideres, Polisi: Masih Aktif

Mortir itu ditemukan oleh seorang warga Kamal, Kalideres yang hendak mencuci kaki di keran air depan rumahnya.

Baca Selengkapnya

Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Aparat Sebut Ada Kendala di Lapangan

11 hari lalu

Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Aparat Sebut Ada Kendala di Lapangan

Pemerintah masih terus mengupayakan pembebasan Pilot Susi Air, Philips Mark Mehrtens. Belum ada perkembangan signifikan.

Baca Selengkapnya

TPNPB Kembali Tuding TNI Jatuhkan Bom di Papua Demi Selamatkan Pilot Susi Air

14 hari lalu

TPNPB Kembali Tuding TNI Jatuhkan Bom di Papua Demi Selamatkan Pilot Susi Air

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) kembali menuding TNI melakukan pengeboman untuk menyelamatkan pilot Susi Air

Baca Selengkapnya

AS Dilaporkan Setujui Penjualan Ribuan Bom ke Israel ketika Tujuh Relawan WCK Tewas

29 hari lalu

AS Dilaporkan Setujui Penjualan Ribuan Bom ke Israel ketika Tujuh Relawan WCK Tewas

Gedung Putih menyetujui penjualan senjata baru ke Israel ketika pada hari yang sama sekutu dekat AS itu membunuh tujuh relawan WCK di Gaza

Baca Selengkapnya

AS Diam-diam Kembali Setujui Pengiriman Bom dan Pesawat Tempur Senilai Miliaran Dolar ke Israel

33 hari lalu

AS Diam-diam Kembali Setujui Pengiriman Bom dan Pesawat Tempur Senilai Miliaran Dolar ke Israel

The Washington Post melaporkan Amerika Serikat telah mengizinkan pengiriman bom dan pesawat tempur senilai miliaran dolar ke Israel.

Baca Selengkapnya

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

58 hari lalu

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

Lima anggota unit pasukan khusus elit SAS Inggris ditangkap karena dicurigai melakukan kejahatan perang di Suriah

Baca Selengkapnya