Seorang pemberontak Tentara Kemerdekaan Kachin berjaga di garis depan pasukan Myanmar dari sebuah pos terdepan di gunung Hpalap, di Kachin utara, Myanmar, 17 Maret 2018. Konflik Kachin telah berlangsung selama 17 tahun. (AP Photo/Esther Htusan)
TEMPO.CO, Jakarta - Pertempuran antara kelompok etnis bersenjata dengan Militer Myanmar berlanjut. Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) mengklaim telah menembak jatuh helikopter Militer Myanmar sebagai balasan atas serangan ke permukiman kelompok etnis bersenjata. Adapun peristiwa tersebut, menurut juru bicara KIA Naw Bu, terjadi pada pukul 10.20 tadi waktu setempat.
"Militer Myanmar meluncurkan serangan udara ke permukiman kami (di dekat Moemauk, Kachin) sekitar pukul 08.00-09.00 tadi. Mereka menggunakan jet tempur serta helikopter. Kami tak ada pilihan selain menembak balik," ujar Naw Bu, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 3 Mei 2021.
Berbagai pihak, termasuk media lokal Myanmar, membenarkan klaim Tentara Kemerdekaan Kachin itu. Portal berita MizzimaDaily mengkonfirmasi kejadian tersebut sekaligus memperlihatkan lokasi terjadinya penembakan. Sementara itu, seorang saksi mata di desa Kachin menyampaikan empat orang tewas dalam serangan udara itu.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pertempuran antara kelompok etnis bersenjata dan Militer Myanmar memanas sejak junta memerintahkan serangan udara ke permukiman mereka pada April lalu. Hal tersebut kemudian memicu serangkaian serangan yang melibatkan kedua kubu.
Sebelum serangan udara di Kachin, Militer Myanmar sempat melakukan serangan serupa ke permukiman kelompok etnis Karen (Karen National Union, KNU) pada bulan lalu. KNU membalasnya dengan menyerang pangkalan Militer Myanmar di perbatasan Thailand yang kemudian dibalas lagi dengan serangan lanjutan ke permukiman warga.
Pangkalan militer Myanmar di tepi Sungai Salween terbakar, di Provinsi Mae Hong Son, Thailand, 27 April 2021. Kelompok pemberontak Persatuan Nasional Karen (KNU) mengklaim berhasil menyerang dan mengambil alih pangkalan militer Myanmar di wilayah perbatasan dengan Thailand. REUTERS/Athit Perawongmetha
Rangkaian serangan yang akarnya pada kudeta Myanmar tersebut telah membuat ribuan warga mengungsi ke negara lain menurut Perserikatan Bangsa-bangsa. Thailand menjadi salah satu tujuan utama mereka. Adapun PBB mengestimasikan bakal ada ribuan warga Myanmar kabur ke negara tetangga jika pertempuran terus berlanjut.
Sejauh ini, berbagai indikator menunjukkan pertempuran akan terus berlanjut. Situasi di Myanmar belum mereda meski dalang kudeta dan pemimpin junta, Jenderal Min Aung Hlaing, telah berkunjung ke KTT ASEAN untuk membahas penyelesaian krisis. Malah, Min Aung Hlaing mulai menghindari konsensus yang dihasilkan KTT itu dengan mengatakan akan menimbang pelaksanaannya jika situasi di Myanmar stabil.
Selama krisis berlangsung, ratusan warga telah tewas dibunuh dan ribuan ditangkap oleh Militer Myanmar. Menurut Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik, total ada 765 warga tewas dan 3400 lebih ditangkap sejak Min Aung Hlaing memerintahkan kudeta pada 1 Februari lalu.
Sebanyak delapan dari 765 korban tersebut tewas dibunuh pada Ahad kemarin. Militer Myanmar melepas tembakan kepada para demonstran yang menamai gerakan mereka sebagai The Myanmar Spring Revolution. Gerakan tersebut diinisasi oleh diaspora Myanmar yang tersebar di berbagai negara.