Balas Serangan, Kelompok Etnis Bersenjata Tembak Helikopter Militer Myanmar

Senin, 3 Mei 2021 15:30 WIB

Seorang pemberontak Tentara Kemerdekaan Kachin berjaga di garis depan pasukan Myanmar dari sebuah pos terdepan di gunung Hpalap, di Kachin utara, Myanmar, 17 Maret 2018. Konflik Kachin telah berlangsung selama 17 tahun. (AP Photo/Esther Htusan)

TEMPO.CO, Jakarta - Pertempuran antara kelompok etnis bersenjata dengan Militer Myanmar berlanjut. Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) mengklaim telah menembak jatuh helikopter Militer Myanmar sebagai balasan atas serangan ke permukiman kelompok etnis bersenjata. Adapun peristiwa tersebut, menurut juru bicara KIA Naw Bu, terjadi pada pukul 10.20 tadi waktu setempat.

"Militer Myanmar meluncurkan serangan udara ke permukiman kami (di dekat Moemauk, Kachin) sekitar pukul 08.00-09.00 tadi. Mereka menggunakan jet tempur serta helikopter. Kami tak ada pilihan selain menembak balik," ujar Naw Bu, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 3 Mei 2021.

Berbagai pihak, termasuk media lokal Myanmar, membenarkan klaim Tentara Kemerdekaan Kachin itu. Portal berita MizzimaDaily mengkonfirmasi kejadian tersebut sekaligus memperlihatkan lokasi terjadinya penembakan. Sementara itu, seorang saksi mata di desa Kachin menyampaikan empat orang tewas dalam serangan udara itu.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pertempuran antara kelompok etnis bersenjata dan Militer Myanmar memanas sejak junta memerintahkan serangan udara ke permukiman mereka pada April lalu. Hal tersebut kemudian memicu serangkaian serangan yang melibatkan kedua kubu.

Sebelum serangan udara di Kachin, Militer Myanmar sempat melakukan serangan serupa ke permukiman kelompok etnis Karen (Karen National Union, KNU) pada bulan lalu. KNU membalasnya dengan menyerang pangkalan Militer Myanmar di perbatasan Thailand yang kemudian dibalas lagi dengan serangan lanjutan ke permukiman warga.

Pangkalan militer Myanmar di tepi Sungai Salween terbakar, di Provinsi Mae Hong Son, Thailand, 27 April 2021. Kelompok pemberontak Persatuan Nasional Karen (KNU) mengklaim berhasil menyerang dan mengambil alih pangkalan militer Myanmar di wilayah perbatasan dengan Thailand. REUTERS/Athit Perawongmetha


Rangkaian serangan yang akarnya pada kudeta Myanmar tersebut telah membuat ribuan warga mengungsi ke negara lain menurut Perserikatan Bangsa-bangsa. Thailand menjadi salah satu tujuan utama mereka. Adapun PBB mengestimasikan bakal ada ribuan warga Myanmar kabur ke negara tetangga jika pertempuran terus berlanjut.

Sejauh ini, berbagai indikator menunjukkan pertempuran akan terus berlanjut. Situasi di Myanmar belum mereda meski dalang kudeta dan pemimpin junta, Jenderal Min Aung Hlaing, telah berkunjung ke KTT ASEAN untuk membahas penyelesaian krisis. Malah, Min Aung Hlaing mulai menghindari konsensus yang dihasilkan KTT itu dengan mengatakan akan menimbang pelaksanaannya jika situasi di Myanmar stabil.

Selama krisis berlangsung, ratusan warga telah tewas dibunuh dan ribuan ditangkap oleh Militer Myanmar. Menurut Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik, total ada 765 warga tewas dan 3400 lebih ditangkap sejak Min Aung Hlaing memerintahkan kudeta pada 1 Februari lalu.

Sebanyak delapan dari 765 korban tersebut tewas dibunuh pada Ahad kemarin. Militer Myanmar melepas tembakan kepada para demonstran yang menamai gerakan mereka sebagai The Myanmar Spring Revolution. Gerakan tersebut diinisasi oleh diaspora Myanmar yang tersebar di berbagai negara.

Baca juga: Militer Myanmar Menangkap Jurnalis dan Larang Media Independen Beroperasi

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

2 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

9 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

14 jam lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

22 jam lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

22 jam lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

23 jam lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

2 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

3 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

3 hari lalu

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

Meksiko sebelumnya telah mengajukan banding ke ICJ untuk memberikan sanksi kepada Ekuador karena menyerbu kedutaan besarnya di Quito.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya