Erdogan Minta Joe Biden Cabut Deklarasi Soal Pembantaian Armenia

Selasa, 27 April 2021 11:00 WIB

Presiden Turki Tayyip Erdogan menghadiri sholat jenazah 11 personel militer yang tewas dalam kecelakaan helikopter yang jatuh di tenggara Turki pada hari Kamis, di Masjid Ahmet Hamdi Akseki di Ankara Turki, 5 Maret 2021. Murat Cetinmuhurdar/Presidential press Office/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akhirnya memberikan pernyataan langsung soal deklarasi Amerika bahwa pembantaian Armenia oleh Ottoman di tahun 1915 adalah genosida. Erdogan menyebut deklarasi oleh Presiden Joe Biden itu mengganggu hubungan bilateral Turki - Amerika.

"Jika Amerika mengatakan (apa yang terjadi ke Armenia) adalah genosida, maka mereka harus bercermin dan menilai diri sendiri. Ingat apa yang terjadi pada suku pribumi di Amerika. Apa yang terjadi jelas,," ujar Erdogan, dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 27 April 2021.

Diberitakan sebelumnya, Joe Biden akhirnya menepati janji kampanyenya dengan mengakui pembantaian warga Armenia oleh Kekaisaran Ottoman di tahun 1915 sebagai genosida. Keputusan itu ia ambil seiring dengan memburuknya hubungan Amerika dan Turki dalam berbagai isu mulai dari Suriah hingga pembelian sistem pertahanan udara dari Rusia.

Peristiwa genosida Armenia itu sendiri berkaitan erat dengan Perang Dunia I. Dalam perang itu Turki Ottoman, yang berada di pihak Jerman dan Kerajaan Austro-Hungarian, khawatir Armenia akan mendukung pihak lawan yakni Rusia. Rusia, pada saat itu, diketahui mengincar Konstantinopel (sekarang Istanbul) yang memegang akses atas laut hitam.

Khawatir warga Armenia yang tinggal di Ottoman akan benar-benar mendukung Rusia, kekaisaran mencap mereka sebagai ancaman nasional. Tak lama setelah itu, pembantaian dimulai dengan jumlah korban mencapai jutaan. Beberapa di antaranya tewas karena kelaparan atau kehausan ketika deportasi besar-besaran terhadap warga Armenia di Anatolia.

Presiden AS Joe Biden berbicara tentang sektor lapangan pekerjaan dan ekonomi di Gedung Putih di Washington, AS, 7 April 2021. [REUTERS / Kevin Lamarque]


Erdogan melanjutkan dengan menyebut segala deklarasi yang dilakukan Joe Biden tidak berdasar, tidak benar, dan menyedihkan. Sebagai tindak lanjutnya, kata Erdogan, dirinya akan membentuk lagi komite investigasi akan peristiwa pembantaian itu dengan isi sejarawan dari Armenia dan Turki.

"Saya berharap Presiden Amerika mau balik kanan atas langkah salah ini"

"Kita harus mengesampingkan perbedaan dan mulai melihat apa langkah yang bisa diambil untuk memperbaiki (hubungan bilateral). Jika tidak, kami tidak memiliki pilihan selain mengambil langkah atas hubungan yang rusak," ujar Erdogan yang bakal membahas keretakan Turki - Amerika dalam KTT NATO Juni ini.

Selama ini, Erdogan menganggap Armenia melebih-lebihkan perihal peristiwa pembantaian oleh Kekaisaran Ottoman itu. Menurutnya, korban jiwa tidak mencapai 1,5 juta seperti yang diklaim Armenia, hanya 150 ribu orang. Ia juga membantah pembunuhan itu direncanakan secara sistemik, tetapi lebih ke konflik antar budaya.

Sebagai tambahan, dalam konflik Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan tahun lalu, Turki berada di pihak Azerbaijan. Ketika Amerika mengeluarkan deklarasi soal pembantaian oleh Kekaisaran Ottoman, Armenia mendukung deklarasi itu sementara Azerbaijan mengecamnya.

Baca juga: Dinyatakan Joe Biden Sebagai Genosida, Ini 5 Fakta Pembantaian Armenia 1915

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

17 jam lalu

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

Puluhan kampus di Amerika Serikat gelar aksi pro-Palestina. Apa saja tindakan represif aparat terhadap demonstran?

Baca Selengkapnya

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

20 jam lalu

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

DPR Amerika Serikat mengesahkan rancangan undang-undang yang akan melarang penggunaan TikTok

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

1 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

2 hari lalu

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS Larang TikTok: Perlawanan ByteDance sampai Daftar Negara yang Mencoret Aplikasi Top Itu

3 hari lalu

AS Larang TikTok: Perlawanan ByteDance sampai Daftar Negara yang Mencoret Aplikasi Top Itu

Amerika Serikat resmi melarang TikTok karena alasan keamanan jika ByteDance tidak melakukan divestasi sahamnya. Perusahaan Cina itu melawan.

Baca Selengkapnya

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

3 hari lalu

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

Tim kampanye Joe Biden berkata mereka tidak akan berhenti menggunakan TikTok, meski DPR AS baru mengesahkan RUU yang mungkin melarang penggunaan media sosial itu.

Baca Selengkapnya

Menhan AS Sampaikan Ucapan Selamat dari Joe Biden ke Prabowo

3 hari lalu

Menhan AS Sampaikan Ucapan Selamat dari Joe Biden ke Prabowo

Presiden terpilih Prabowo menegaskan kembali komitmen Indonesia dalam membina kemitraan yang erat dengan AS.

Baca Selengkapnya

Turki Tuduh Standar Ganda AS terhadap Gaza dalam Laporan HAM

3 hari lalu

Turki Tuduh Standar Ganda AS terhadap Gaza dalam Laporan HAM

Turki mengatakan bahwa laporan HAM tahunan Washington gagal mencerminkan serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

4 hari lalu

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

Kisah cinta dengan kalangan chaebol juga dialami sejumlah aktris Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Qatar: Tidak Ada Pembenaran untuk Akhiri Kehadiran Hamas di Doha

5 hari lalu

Qatar: Tidak Ada Pembenaran untuk Akhiri Kehadiran Hamas di Doha

Qatar menyatakan tetap berkomitmen dalam upaya memediasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

Baca Selengkapnya