Markas Partai NLD Aung San Suu Kyi Dilempar Bom Molotov oleh Orang Tidak Dikenal

Sabtu, 27 Maret 2021 05:00 WIB

Pengunjuk rasa turun ke jalan saat memprotes aksi kudeta militer di Yangon, Myanmar, 19 Februari 2021. Kudeta Myanmar dilakukan militer 1 Februari lalu. Militer yang dipimpin Jenderal Min Aung Hlaing, menahan pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi dan sejumlah pejabat. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Penyerang tidak dikenal melemparkan bom molotov ke markas Partai NLD Aung San Suu Kyi di Yangon pada Jumat pagi, portal berita Myanmar Now melaporkan.

Tidak ada korban jiwa dan beberapa furnitur rusak, Myanmar Now melaporkan.

Penduduk mengatakan bahwa setelah gelap pada hari Kamis, tentara menggerebek distrik Mingalar Taungnyunt Yangon dan menangkap orang-orang di jalan setelah jam malam, dikutip dari Reuters, 26 Maret 2021. Warga mendengar ledakan yang kemungkinan bisa berupa granat kejut atau tembakan, kata mereka.

Seorang penduduk mengatakan tentara menembak gedungnya setiap malam minggu ini dan memeriksa rumah yang mereka anggap mencurigakan.

"Bahkan jika mereka tidak menemukan apa-apa, mereka mengambil semua yang mereka inginkan," katanya kepada Reuters.

Advertising
Advertising

Sementara itu pasukan keamanan Myanmar menembak dan membunuh tiga pengunjuk rasa anti-junta pada hari Jumat, kata saksi mata, Reuters melaporkan.

"Dua orang tewas akibat tembakan di kepala," kata seorang saksi mata yang melihat pasukan keamanan melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa yang mengibarkan bendera hitam di kota selatan Myeik.

"Kami tidak dapat mengambil mayat (ketiga) karena banyak pasukan keamanan berada di sana," kata saksi itu kepada Reuters, menambahkan bahwa beberapa orang lainnya terluka. Saksi tidak mau disebutkan namanya karena takut akan pembalasan.

Pengunjuk rasa anti-kudeta militer membuat barikade saat mereka terlibat bentrok dengan pasukan keamanan di Jembatan Bayint Naung di Mayangone, Yangon, Myanmar, 16 Maret 2021. Hingga kini sudah sekitar 200 demonstran yang tewas akibat kekerasan dari militer Myanmar. REUTERS/Stringer

Setidaknya 320 orang telah tewas dalam tindakan keras terhadap perbedaan pendapat sejak kudeta 1 Februari, termasuk sembilan kematian yang tercatat dalam semalam, menurut angka yang dikumpulkan oleh kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).

Datanya menunjukkan bahwa setidaknya 25 persen dari mereka yang tewas tewas akibat tembakan di kepala, menimbulkan kecurigaan bahwa mereka sengaja menjadi sasaran pembunuhan.

Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen jumlah korban tewas.

Seorang juru bicara junta militer tidak menanggapi panggilan meminta komentar.

Protes terjadi di seluruh negeri semalam dan pada hari Jumat, termasuk di wilayah Mandalay dan Sagaing, serta di negara bagian Karen dan Chin, kata laporan media Myanmar.

Kelompok massa yang berjumlah sekitar 100 orang menabuh genderang mengadakan protes di pusat kota Sule daerah Yangon sebelum diusir oleh pasukan keamanan, kata saksi mata.

"Perang ini belum berakhir sampai kami menang," salah satu pengunjuk rasa, Phone Naing, mengatakan kepada Reuters. "Saya akan melawan mereka sebanyak yang kita bisa."

Baca juga: Militer Myanmar Diduga Tembak Anak 7 Tahun Hingga Tewas

Penyelenggara unjuk rasa telah menyerukan protes luas pada hari Sabtu, yang diperingati sebagai Hari Angkatan Bersenjata, memperingati dimulainya perlawanan militer terhadap pendudukan Jepang pada tahun 1945.

"Kita harus menghidupkan kembali sejarah itu pada 27 Maret 2021 dalam revolusi musim semi ini," tulis Ei Thinzar Maung, seorang pemimpin protes, dalam sebuah unggahan media sosial. "Hari bagi orang-orang untuk memberontak melawan Tatmadaw (militer), yang telah menindas orang selama berabad-abad ... telah datang lagi."

Dalam upaya untuk meningkatkan tekanan pada junta, Amerika Serikat dan Inggris menjatuhkan sanksi pada konglomerat yang dikendalikan oleh militer, dengan Washington menyebutnya sebagai tanggapan atas "represi brutal" militer.

Myanmar diguncang oleh protes hampir setiap hari sejak tentara menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dan melantik junta.

Aung San Suu Kyi, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991 atas kampanyenya untuk membawa pemerintahan sipil yang demokratis ke Myanmar, dan anggota Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) lainnya ditahan sejak kudeta militer 1 Februari ketika tentara menangkap mereka dalam penggerebekan dini hari.

REUTERS

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

7 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

9 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

10 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

12 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

12 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

13 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

15 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

16 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya