Bank Dunia Prediksi Ekonomi Myanmar Bisa Merosot 10 Persen karena Kudeta Militer

Sabtu, 27 Maret 2021 06:00 WIB

Pengunjuk rasa anti-kudeta militer membuat barikade saat mereka terlibat bentrok dengan pasukan keamanan di Jembatan Bayint Naung di Mayangone, Yangon, Myanmar, 16 Maret 2021. Hingga kini sudah sekitar 200 demonstran yang tewas akibat kekerasan dari militer Myanmar. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia memperingatkan ekonomi Myanmar bisa merosot sampai 10 persen tahun ini karena kekacauan sejak kudeta militer bulan lalu.

Bank Dunia (World Bank) pada Jumat memangkas perkiraannya untuk ekonomi Myanmar menjadi kontraksi 10% pada tahun 2021 dari pertumbuhan yang diharapkan sebelumnya, menurut laporan Reuters, 26 Maret 2021.

"Myanmar sangat terpengaruh oleh protes, pemogokan pekerja, dan tindakan militer; pengurangan mobilitas; dan gangguan yang sedang berlangsung terhadap layanan publik penting selain perbankan, logistik, dan layanan internet," kata Bank Dunia.

Departemen Keuangan AS telah mengumumkan sanksi baru yang menargetkan Myanma Economic Holdings Public Company Limited dan Myanmar Economic Corporation Limited.

Keduanya adalah bagian dari jaringan konglomerasi yang dikendalikan militer Myanmar yang mencakup sektor-sektor mulai dari pertambangan hingga pariwisata dan telah memperkaya para jenderal. Perwakilan dari kedua entitas tersebut belum memberikan komentar.

Advertising
Advertising

Para pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan petugas keamanan di tengah aksi protes anti-kudeta di Hlaing Township di Yangon, Myanmar, 17 Maret 2021. REUTERS/Stringer

Dalam langkah yang dikoordinasikan dengan Amerika Serikat, mantan kolonial Myanmar, Inggris, mengatakan akan menargetkan Myanmar Economic Holdings Ltd, dengan alasan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga sipil dan hubungannya dengan tokoh militer senior.

Baca juga: Inggris Jatuhkan Sanksi Terhadap Konglomerat Milik Militer Myanmar

Sekelompok mantan legislator NLD menyambut baik langkah tersebut. Dr Sasa, seorang dokter medis dan telah menjadi juru bicara legislator NLD, mengatakan di Facebook bahwa semua pemerintah lain harus mengikuti langkah Inggris dan Amerika Serikat untuk bekerja sama dan memberlakukan sanksi yang ditargetkan, lebih kuat dan lebih keras terhadap rezim militer tidak sah.

Uni Eropa mengumumkan sanksi pada 11 individu Myanmar pada hari Senin dan diharapkan menargetkan konglomerat segera.

Tetapi meskipun banyak pemerintah asing mengutuk tindakan junta militer, Thomas Andrews, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar, mengatakan tanggapan diplomatik lambat dan menyerukan KTT darurat untuk krisis di Myanmar.

REUTERS

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

3 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

4 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

7 hari lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

9 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

11 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

11 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

13 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

14 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

14 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

15 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya