54 Orang Terbunuh dan 1700 Tertangkap Selama Kudeta Myanmar

Jumat, 5 Maret 2021 08:35 WIB

Suasana pemakaman demonstran bernama Angel atau dikenal Kyal Sin, yang tewas usai ditembak militer Myanmar saat aksi anti kudeta di Mandalay, Myanmar, 4 Maret 2021. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Situasi di Myanmar kian ganas. Kantor HAM PBB mengungkapkan, jumlah korban jiwa selama kudeta Myanmar telah bertambah empat orang menjadi 54. Melihat perlawanan keras yang dilakukan Militer Myanmar, terutama pada demonstran penentang kudeta, Kantor HAM PBB memprediksi angka tersebut akan terus naik.

"Angka ril dari jumlah korban jiwa juga kemungkinan lebih besar. Angka yang ada sekarang berasal dari laporan yang sudah diverifikasi saja," ujar Kantor HAM PBB dalam pernyataan persnya, Jumat, 5 Maret 2021.

Kantor HAM PBB melanjutkan, angka kematian yang berhasil mereka verifikasi baru dari lima lokasi saja. Kelimanya adalah Yangon, Mandalay, Sagaing, Magway, dan Mon. Padahal, sebagaimana diberitakan sebelumnya, demonstrasi menentang kudeta Myanmar berlangsung hampir di seluruh kota Myanmar.

Angka orang yang ditangkap sepanjang kudeta berlangsung tak kalah besar. Kantor HAM PBB mengatakan, sudah lebih dari 1700 orang yang ditangkap sejak kudeta dimulai pada 1 Februari lalu.

Penangkapan-penangkapan itu, kata Kantor HAM PBB, menyasar figur-figur yang terlibat dalam Gerakan Pemberontakan Sipil atau berasal dari pemerintahan yang digulingkan Militer Myanmar. Beberapa di antaranya adalah Penasehat Negara Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan masih banyak lagi.

Petugas polisi membawa mayat saat unjuk rasa menentang kudeta militer di Monywa, Myanmar, Rabu, 3 Maret 2021. Utusan PBB mengatakan 38 tewas dalam kekerasan saat aksi demo pada hari kemarin. REUTERS.


Salah satu penangkapan terbesar terjadi pada Rabu lalu. Kantor HAM PBB mengatakan, kurang lebih ada 700 orang yang ditangkap di hari itu. Adapun penangkapan dilakukan di tengah demonstrasi atau lewat penjemputan paksa ke rumah target.

"Mereka ditangkap secara sewenang-wenang dan ditahan karena keterlibatannya dalam protes (menentang kudeta Myanmar) atau aktivitas politiknya. Mereka terdiri dari anggota politisi, aktivis hak asasi manusia, panitia pemilu, guru, pekerja medis, jurnalis, dan biksu."

"Penangkapan dan penahanan sewenang-wenang itu dilakukan sejak 1 Februari 2021. Tidak tertutup kemungkinan beberapa di antaranya adalah penghilangan paksa juga," ujar Kantor HAM PBB.

Secara terpisah, Kepala HAM PBB, Michelle Bachelet, mendesak Militer Myanmar untuk segera menghentikan aktivitas "jahat"-nya. Menurut dia, tidak manusiawi Militer Myanmar menggunakan timah panas untuk menembaki warga-warganya yang berusaha memulihkan demokrasi.

"Kami juga terheran-heran dengan langkah mereka menyerang pekerja medis serta ambulans yang mencoba melakukan pertolongan terhadap mereka yang cedera," ujar Bachelet. Bachelet menambahkan, 29 jurnalis juga telah ditangkap Militer Myanmar dengan tuduhan mengikuti demonstrasi ilegal serta menyebar informasi yang menyesatkan dan menimbulkan kebencian.

Baca juga: Unjuk Rasa di Myanmar, KBRI Memberlakukan Status Siaga II

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

1 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

6 jam lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

14 jam lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

15 jam lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

16 jam lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

2 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

2 hari lalu

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

Meksiko sebelumnya telah mengajukan banding ke ICJ untuk memberikan sanksi kepada Ekuador karena menyerbu kedutaan besarnya di Quito.

Baca Selengkapnya

HAM PBB Prihatin Penangkapan Mahasiswa Pro-Palestina

3 hari lalu

HAM PBB Prihatin Penangkapan Mahasiswa Pro-Palestina

Komisaris Tinggi HAM PBB prihatin atas tindakan hukum membubarkan aksi pro-Palestina di sejumlah universitas di Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya