PM Armenia Khawatir Bakal Dikudeta Terkait Isu Nagorno-Karabakh

Kamis, 25 Februari 2021 21:00 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Armenia berpotensi menjadi negara berikutnya yang dikudeta oleh militer tahun ini. Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, mengaku mendapat peringatan bakal dikudeta terkait bagaimana cara ia menangani sengketa Nagorno-Karabakah tahun lalu.

Menanggapi ancaman itu, Pashinyan menyatakan telah memecat Panglima Militernya, Onik Gasparyan. Selain itu, ia kembali memperingatkan satuan militernya untuk mendengarkan perintahnya sebagai komando tertinggi di Armenia.

"Masalah utama sekarang adalah memastikan kontrol tetap berada di tangan rakyat karena saya yakin apa yang bakal terjadi selanjutnya adalah kudeta," ujar Pashinyan, dikutip dari kantor berita Al Jazeera, Kamis, 25 Februari 2021.

Tahun lalu, Nagorno-Karabakh adalah salah satu isu terbesar di dataran Eurasia. Armenia dan Azerbaijan berperang, memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh yang sudah menjadi langganan konflik sejak bubarnya Uni Soviet. Secara geografis, Nagorno-Karabakh merupakan bagian dari Azerbaijan, namun etnis Armenia yang menghuninya.

Berbagai perundingan dilakukan untuk meredakan perang tahun lalu karena korban sudah menumpuk. Namun, setiap kali gencatan senjata diteken, dalam hitungan jam langsung dilanggar lagi dengan kedua negara saling tuding. Damai akhirnya benar-benar tercapai di percobaan keempat dengan "kemenangan" berada di pihak Azerbaijan.

Tim pencari dan penyelamat bekerja di lokasi ledakan dari roket Armenia selama pertempuran memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh di kota Ganja, Azerbaijan, 17 Oktober 2020. Azerbaijan juga melaporkan tentara Armenia juga melancarkan serangan rudal ke Mingachevir. REUTERS/Umit Bektas


Dalam kesepakatan damai keempat, Azerbaijan diuntungkan dengan klausul bahwa mereka akan menguasai wilayah-wilayah yang sudah diduduki selama perang. Salah satunya adalah wilayah strategis yang bernama Shusha. Menurut warga Armenia, kesepakatan itu terlalu berat sebalah dan menuding Nikol Pashinyan kurang tegas terhadap Azerbaijan. Pashinyan membela diri bahwa kesepakatan itu terpaksa dia ambil demi keamanan warga karena militer Armenia kian terdesak.

Masalah itu bertahan hingga sekarang. Nikol Pashinyan dianggap pengkhianat oleh kelompok oposisi. Demonstrasi berlangsung di mana-mana, mendesaknya untuk mundur.

"Nikol, pengkhianat kau! Mundurlah!" teriak demonstran di Armenia hari ini, Kamis, 25 Februari 2021. Begitu musim dingin mencair, demonstrasi di Armenia untuk mendesak Pashinyan mundur kembali muncul.

Pashinyan khawatir militer berada di balik demonstrasi-demonstrasi itu. Hal itu diperkuat pernyataan Militer Armenia pada Kamis ini yang menyatakan bahwa Pashinyan telah menunjukkan kepemimpinan yang buruk.

"Keputusan yang salah dalam kebijakan luar negerinya membuat negeri ini di ambang kehancuran," ujar Gasparyan dalam pernyataannya.

Rusia, yang menjadi mediator dalam penyelesaian sengketa Nagorno-Karabakh, mengaku khawatir akan situasi di Armenia. Sebagai sekutunya, Rusia meminta Pashinyan dan Militer Armenia menyelesaikan perbedaan di antara mereka dengan jalan baik-baik.

Baca juga: Mengapa kawasan Nagorno-Karabakh diperebutkan Armenia dan Azerbaijan hingga tewaskan ribuan orang?

ISTMAN MP | AL JAZEERA







Berita terkait

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

1 jam lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

22 jam lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

1 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

2 hari lalu

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS merupakan pesawat luar angkasa raksasa yang mengorbit mengelilingi bumi demi tujuan-tujuan ilmiah.

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

2 hari lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

2 hari lalu

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

Panglima Militer Ukraina mengakui pihaknya menghadapi kesulitan dalam memerangi Rusia.

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

3 hari lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

4 hari lalu

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

Sukhoi Su-35 merupakan pesawat tempur generasi 4++ yang dilengkapi dengan teknologi canggih

Baca Selengkapnya

Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

5 hari lalu

Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

Pemerintah Rusia menyambut presiden baru Indonesia. Siap lanjutkan kerja sama.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Rusia Tawarkan Sukhoi ke RI, AS Minta Cina Buka Pintu

5 hari lalu

Top 3 Dunia: Rusia Tawarkan Sukhoi ke RI, AS Minta Cina Buka Pintu

Top 3 dunia adalah Rusia menawarkan Sukhoi ke RI, AS minta Cina buka pintu untuk pengusahanya hingga persiapan senjata Rusia lawan Ukraina.

Baca Selengkapnya