Distribusi Vaksin COVID-19 yang Tak Rata Jadi Fokus KTT G7

Sabtu, 20 Februari 2021 09:00 WIB

Petugas medis menunjukan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech COVID-19. Badan Obat Norwegia (NMA) mengatakan hasil otopsi terhadap 13 jenazah menunjukkan bahwa efek samping umum vaksin covid-19 REUTERS/Andreas Gebert

TEMPO.CO, Jakarta - Masih berlangsungnya pandemi COVID-19, setahun lebih sejak wabahnya meledak, menjadi fokus pertemuan KTT G7 pekan ini. Negara-negara anggotanya menggarisbawahi soal distribusi vaksin COVID-19 yang masih belum mulus dan merata, terutama ke negara-negara miskin.

PM Inggris Boris Johnson, yang menjadi kepala pertemuan G7 tahun ini, menyarankan perlu ada skema khusus untuk menyisihkan surplus vaksin COVID-19. Dengan begitu, walaupun distribusi vaksin COVID-19 masih didominiasi negara kaya, tetap ada suplai yang bisa dibawa ke negara miskin.

"Kita harus menjamin seluruh dunia tervaksinasi karena ini pandemi global, bukan lokal. Percuma jika satu negara tervaksinasi tetapi yang lain tidak. Kita harus maju bersama," ujar Boris Johnson dalam pembukaan G7, Jumat 19 Februari 2021.

Presiden Amerika Joe Biden, dalam debutnya di G7, setuju dengan Johnson. Menurutnya, perlu ada perhatian ke distribusi vaksin COVID-19 yang belum merata.

Menurut keterangan Gedung Putih, Joe Biden siap menganggarkan bantuan US$4 miliar untuk pengadaan vaksin COVID-19 bagi negara miskin. Adapun bantuan itu akan disalurkan lewat COVAX, program vaksin COVID-19 WHO. Belum lama ini, WHO mengeluh COVAX dikesampingkan negara anggotanya yang lebih memilih menyalurkan bantuan vaksin sendiri-sendiri.

Seorang wanita hamil menerima vaksin Covid-19 di Schwenksville, Pennsylvania, AS, 11 Februari 2021. Para wanita hamil tersebut disuntik vaksin Covid-19 produksi Pfizer-BioNTech. REUTERS/Hannah Beier


Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menginginkan langkah yang besar. Pada pernyataan pra pertemuan G7, ia meminta semua negara besar menyisihkan 5 persen dari suplai vaksinnya. Nah, vaksin yang disisihkan itu yang kemudian dikirim ke negara-negara miskin.

Menurut laporan PBB, 75 persen suplai vaksin COVID-19 di dunia dikuasai 10 negara. Sementara itu, jumlah negara yang belum memiliki satupun vaksin COVID-19 ada 130.

"Tidak meratanya distribusi vaksin COVID-19 adalah percepatan terhadap kesenjangan global. Secara politis juga tidak sehat karena membuka jalan menuju perang pengaruh via vaksin," ujar Macron, menyinggung langkah agresif Cina dan Rusia memberikan vaksin COVID-19 ke berbagai negara.

Selain soal distribusi vaksin COVID-19 yang belum merata, pengembangan varian baru vaksin juga jadi materi pertemuan G7. Negara anggota ingin mendorong WHO dan para peneliti untuk mempercepat pengembangan varian baru vaksin untuk merespon varian baru COVID-19. Targetnya, dari estimasi 300 hari menjadi 100 hari.

Menurut anggota G7, vaksin COVID-19 menjadi kunci penting untuk pemulihan ekonomi yang lumpuh akibat lockdown di berbagai negara.

"Presiden Joe Biden mendiskusikan pentingnya investasi untuk meningkatkan daya saing kolektif serta pembaharuan regulasi global untuk menghadapi tantangan ekonomi yang salah satunya dari Cina," ujar keterangan pers soal KTT G7.

Baca juga: WHO Imbau Negara Anggota Sumbangkan Vaksin COVID-19 via COVAX

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

16 jam lalu

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

Dampak dari diloloskannya RUU Safety of Rwanda telah membuat Irlandia kebanjiran imigran yang ingin meminta suaka.

Baca Selengkapnya

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

22 jam lalu

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

Puluhan kampus di Amerika Serikat gelar aksi pro-Palestina. Apa saja tindakan represif aparat terhadap demonstran?

Baca Selengkapnya

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

1 hari lalu

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

DPR Amerika Serikat mengesahkan rancangan undang-undang yang akan melarang penggunaan TikTok

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

1 hari lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

1 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

1 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

1 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

2 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

2 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

2 hari lalu

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.

Baca Selengkapnya