Donald Trump dan Pengacaranya Diperkarakan Lagi Soal Kerusuhan US Capitol

Rabu, 17 Februari 2021 06:30 WIB

Presiden AS Donald Trump melambai ketika dia tiba di Bandara Internasional Palm Beach di West Palm Beach, Florida, AS, 20 Januari 2021. [REUTERS / Carlos Barria]

TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrat belum selesai dengan Donald Trump soal kerusuhan US Capitol. Selain mendorong pembentukan komite khusus, salah satu anggotanya juga memperkarakan Trump dan mantan pengacaranya, Rudy Giuliani, dengan tuduhan memicu kerusuhan yang menewaskan enam orang itu.

Anggota Parlemen Amerika Bennie Thompson terdaftar sebagai pihak yang memperkarakan Trump dan Giuliani. Ia juga menggugat dua kelompok sayap kanan Proud Boys dan Oath Keeper. Dalam gugatannya, Thompson menuduh mereka telah melanggar hukum Ku Klux Klan tahun 1871 karena merencanakan serangan ke US Capitol.

"Kerusuhan US Capitol adalah hasil dari orkestrasi Trump, Giuliani, dan kelompok ekstrimis seperti Oath Keepers dan Proud Boys. Mereka memiliki pandangan sama soal menggunakan intimidasi, kekerasan, dan ancaman untuk menghentikan pengesahan hasil pemilu elektoral," ujar pernyataan pers atas gugatan terkait, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 17 Februari 2021.

Ini bakal menjadi proses hukum kedua yang akan dijalani Donald Trump jika permohonan gugatan itu diterima. Belum lama ini, Donald Trump lolos dari upaya pemakzulan keduanya yang juga berkaitan dengan kerusuhan US Capitol. Adapun pemakzulan diajukan oleh Parlemen Amerika di mana didominasi oleh Demokrat.

Dalam sidang tersebut, Trump lolos dari pemakzulan karena pemohon gagal mendapatkan dukungan suara yang dibutuhkan. Mereka harus mengumpulkan dua per tiga suara Senat Amerika untuk bisa memakzulkan Trump, 67 suara. Jumlah suara yang berhasil dikumpulkan 57, kurang 10 lagi.

Meski Trump tidak dimakzulkan, mayoritas Senat sepakat bahwa Trump memang bertanggungjawab atas kerusuhan US Capitol dalam berbagai kapasitas. Hal itu salah satunya dinyatakan Kepala Senat Minoritas dari Republikan, Mitch McConnell, usai melihat bukti-bukti yang ada selama persidangan.

Mantan Wali Kota New York City Rudy Giuliani, pengacara pribadi untuk Presiden AS Donald Trump, memegang apa yang dia identifikasi sebagai replika surat suara saat dia berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 selama konferensi pers di Washington, AS, 19 November 2020 [REUTERS / Jonathan Ernst]


Gugatan terbaru ini tidak mendesak Donald Trump untuk dimakzulkan lagi. Seperti gugatan pada umumnya, penggugat menuntut ganti rugi materil dan imateril. Nilai hukuman yang diinginkan tidak disebut, namun gugatan tersebut dengan jelas meminta Donald Trump dan sekutunya untuk jangan dibiarkan melanggar aturan Ku Klux Klan lagi.

Penasehat hukum Trump, Jason Miller, membantah gugatan itu. Ia mengutip hasil sidang pemakzulan Trump yang menurutnya sudah menegaskan ketidakterlibatan kliennya.

"Presiden Trump tidak merencanakan, memproduksi, apalagi mengorganisir unjuk rasa pada 6 Januari di US Capitol," ujar Miller.

Giuliani tidak memberikan komentar sejauh ini. Sebagaimana diketahui, ia tidak lagi mewakili Donald Trump setelah dianggap gagal memenangkannya dalam gugatan hasil Pilpres Amerika.

Pakar hukum dari Universitas Indiana, Gerard Magliocca, menyakini Trump bakal lolos dari gugatan itu. Sebab, kata ada, Mahkamah Agung Amerika menetapkan di tahun 1982 untuk melindungi presiden dari gugatan apapun yang berkaitan dengan sikap resmi pemerintah.

"Saya tidak melihat gugatan ini akan lanjut. Menurut saya, pidato Trump sebelum kerusuhan US Capitol masih bisa dipandang sebagai bagian dari tugasnya sebagai Presiden Amerika," ujarnya mengakhiri.

Baca juga: Parlemen Amerika Akan Buat Komisi Penyelidikan Kerusuhan US Capitol

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

16 jam lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

AHY Buka Suara Soal Diskusi Pembagian Kursi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

19 jam lalu

AHY Buka Suara Soal Diskusi Pembagian Kursi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Ketua Umum Partai Demokrat AHY buka suara soal diskusi mengenai kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran. Namun ia tak merinci kapan diskusi itu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

1 hari lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Emil Dardak Disebut Berpeluang Dampingi Khofifah di Pilkada Jawa Timur 2024, Berikut Profilnya

2 hari lalu

Emil Dardak Disebut Berpeluang Dampingi Khofifah di Pilkada Jawa Timur 2024, Berikut Profilnya

Emil Dardak berpeluang kuat kembali menjadi pendamping Khofifah di Pilkada Jawa Timur. Berikut rekam jejaknya.

Baca Selengkapnya

Kata Politikus PAN, Demokrat, dan PDIP soal Cawagub Pendamping Khofifah

2 hari lalu

Kata Politikus PAN, Demokrat, dan PDIP soal Cawagub Pendamping Khofifah

Politikus sejumlah partai politik angkat bicara soal cawagub pendamping Khofifah di Pilkada Jawa Timur. Siapa orangnya?

Baca Selengkapnya

Demokrat Siapkan Tiga Nama Kader Senior Maju di Pilkada Jakarta

2 hari lalu

Demokrat Siapkan Tiga Nama Kader Senior Maju di Pilkada Jakarta

Demokrat siapkan tiga nama kader senionya maju di Pilkada Jakarta.

Baca Selengkapnya

Jajaki Koalisi dengan Partai Lain, Demokrat Incar Kursi Calon Wakil di Pilkada Jakarta

2 hari lalu

Jajaki Koalisi dengan Partai Lain, Demokrat Incar Kursi Calon Wakil di Pilkada Jakarta

Partai Demokrat bakal mengusung sejumlah kader muda di Pilkada Jakarta. Mengincar kursi Wakil Gubernur

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

3 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

4 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

4 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya