Cina Gelar Latihan Militer di Laut Cina Selatan Januari Ini

Selasa, 26 Januari 2021 21:00 WIB

Misi bomber B 1B Lancer melintas Laut Cina Selatan adalah untuk menunjukan bahwa Amerika Serikat akan terus menggunakan hak kebebasan navigasi di mana pun, selama hukum internasional membolehkan. 2012. US Air Force photo/Senior Airman Ethan Morgan/Handout via REUTERSfrom Dyess Air Force Base, Texas, flies over the Atlantic Ocean before refueling from a KC-135 assigned to the 100th Air Refueling Wing, Royal Air Force Mildenhall, England, July 31, 2012. US Air Force photo/Senior Airman Ethan Morgan/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina menyatakan angkatan laut-nya akan menggelar latihan militer di Laut Cina Selatan pekan ini. Hal tersebut menyusul pemberitahuan Cina kepada Amerika untuk segera menarik mundur armadanya dari perairan yang mereka sebut Nine Dash Line itu.

Dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 26 Januari 2021, pemberitahuan itu dikeluarkan oleh Administrasi Keselamatan Maritim Cina. Mereka menyatakan bahwa jangan ada kapal masuk ke Teluk Tonkin di Semenanjung Leizhou, Barat Laut Cina, pada 27-30 Januari karena di sanalah akan digelar latihan militer.

Skala dari latihan militer tersebut belum diketahui hingga sekarang. Selain itu, tidak ada keterangan juga soal tepatnya di mana latihan militer akan digelar.

Beberapa hari terakhir, situasi di Laut Cina Selatan memang kembali memanas. Hal itu diawali dengan pernyataan Cina pada pekan lalu bahwa mereka telah meloloskan regulasi baru yang memperbolehkan kapal penjaga pantainya menembak kapal-kapal yang masuk ke perairan Cina secara ilegal.

Baca juga: Cina Loloskan Regulasi Tembak Kapal Negara Lain di Laut Cina Selatan

Kapal tempur USS Ronald Reagan dan kapal pertahanan Jepang JS Izumo, sedang beroperasi di Laut Cina Selatan. Sumber: JMSDF/US Navy/Handout via Reuters/aljazeera.com


Laut Cina Selatan, selama ini, diklaim Cina sebagai miliknya. Mereka berkali-kali mengganggu operasi negara-negara tetangga, termasuk Indonesia, yang digelar di sana. Dengan berlakunya regulasi baru tersebut, Cina berpotensi lebih keras dalam memperlakukan kapal-kapal negara ASEAN.

"Regulasi ini masih sesuai dangan hukum yang berlaku internasional," klaim juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying. Chunying berkata, regulasi itu penting untuk menjaga kedaulatan, keamanan, serta hak maritim Cina.

Setelah mengeluarkan regulasi tersebut, Cina kemudian mengeluarkan pernyataan diplomatik ke Amerika. Isinya, selain meminta Amerika untuk tidak ikut campur urusan Taiwan, adalah permintaan penarikan mundur pasukan di Laut Cina Selatan. Menurut Cina, keberadaan armada Amerika hanya akan memperburuk situasi di Laut Cina Selatan.

"Amerika Serikat rutin mengirim kapal dan pesawatnya ke Laut Cina Selatan untuk memperlihatkan kekuatannya. Itu tidak kondusif untuk perdamaian dan stabilitas di sana," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian, Senin kemarin.

Amerika, sejauh ini, tetap mempertahankan armada Angkatan Laut-nya di Laut Cina Selatan. Dipimpin oleh kapal perang USS Theodore Roosevelt, kapal itu dinyatakan Amerika untuk mempromosikan perairan yang bebas dan terbuka. Amerika sendiri tengah giat membangun sekutu di kawasan Indo Pasifik untuk menekan pengaruh Cina di Laut Cina Selatan.

Baca juga: Cina Minta Amerika Tarik Kapal Perangnya dari Laut Cina Selatan

ISTMAN MP | REUTERS

https://www.reuters.com/article/us-southchinasea-china-drills/china-to-conduct-military-drills-in-south-china-sea-amid-tensions-with-u-s-idUSKBN29V0E0

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

2 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

6 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

7 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

8 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

12 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

15 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya