Cina Minta Amerika Tarik Kapal Perangnya dari Laut Cina Selatan

Senin, 25 Januari 2021 18:45 WIB

Kapal tempur USS Ronald Reagan dan kapal pertahanan Jepang JS Izumo, sedang beroperasi di Laut Cina Selatan. Sumber: JMSDF/US Navy/Handout via Reuters/aljazeera.com

TEMPO.CO, Jakarta - Belum ada sepekan sejak Joe Biden dilantik sebagai presiden, Cina sudah mulai mengangkat isu Laut Cina Selatan ke Amerika. Dalam pernyataan terbarunya, Pemerintah Cina meminta Amerika untuk menarik kapal perangnya dari wilayah perairan yang mereka sebut Nine Dash Line itu.

Lewat Kementerian Luar Negerinya, Pemerintah Cina menganggap keberadaan armada Angkatan Laut Amerika di Laut Cina Selatan hanyalah ajang "petantang-petenteng". Tujuannya untuk menakut-nakuti Cina. Menurut Cina, hal itu tidak baik untuk menjaga perdamaian di Laut Cina Selatan.

"Amerika Serikat rutin mengirim kapal dan pesawatnya ke Laut Cina Selatan untuk memperlihatkan kekuatannya. Itu tidak kondusif untuk perdamaian dan stabilitas di sana," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian, Senin, 25 Januari 2021.

Sebagaimana diketahui, Laut Cina Selatan adalah salah satu wilayah perairan "terpanas" di Asia Tenggara. Perairan tersebut menjada pusat konflik sengketa wilayah kedaulatan yang melibatkan berbagai negara. Indonesia adalah salah satunya karena Natuna Utara berada di kawasan Laut Cina Selatan.


Laut China Selatan dan dan Sembilan Garis Putus-putus



Pemicu konflik itu adalah klaim negeri tirai bambu atau Laut Cina Selatan. Menurut Cina, Laut Cina Selatan adalah wilayah kedaulatan mereka. Tidak boleh ada yang masuk ke sana tanpa seizin Cina. Cina berdalih klaim mereka didukung hukum internasional.


Untuk memperkuat pengaruhnya di Laut Cina Selatan, Cina membentuk pulau buatan di sana. Pulau di Paracel dan Spratley itu juga dipersenjatai, disiapkan sebagai tandingan pangkalan Militer AS di Guam. Selain itu, regulasi baru untuk menembak kapal negara lain yang masuk ke Laut Cina Selatan juga disahkan pekan lalu.

Amerika bergeming. Sabtu kemarin, AL Amerika mengirimkan empat kapal perang, salah satunya USS Theodore Roosevelt, ke Laut Cina Selatan. Mereka menyebutnya sebagai kampanye "Laut Bebas".

Amerika, lewat Presence Operation, memang ingin Laut Cina Selatan menjadi wilayah perairan yang bebas dan terbuka. Nilai perdagangan di sana bisa mencapai trilyunan Dollar. Itu lah kenapa, beberapa tahun terakhir, mereka mencoba membangun sekutu dengan negara-negara Asia Tenggara.

Administrasi Joe Biden menegaskan bahwa komitmen mereka soal Laut Cina Selatan masih tetap sama, solid.

Baca juga: Cina Loloskan Regulasi Tembak Kapal Negara Lain di Laut Cina Selatan

ISTMAN MP | REUTERS

https://www.reuters.com/article/us-china-usa-security/china-says-u-s-military-in-south-china-sea-not-good-for-peace-idUSKBN29U0P0?il=0


Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

11 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

16 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

16 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

17 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

21 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

1 hari lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya