Boris Johnson: Varian Baru COVID-19 di Inggris Mungkin Lebih Berbahaya

Sabtu, 23 Januari 2021 13:06 WIB

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara selama konferensi pers virtual, setelah memimpin pertemuan COBRA, yang diadakan sebagai tanggapan atas peningkatan pembatasan perjalanan di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19), di 10 Downing Street, di London, Inggris, 21 Desember 2020. [Tolga Akmen / Pool via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, memperbarui pernyataannya soal varian baru COVID-19 yang terdeteksi pada akhir 2020 lalu. Ia berkata, ada indikasi bahwa varian baru tersebut lebih berbahaya dibanding perkiraan sebelumnya.

"Kami telah diberitahu bahwa selain varian baru COVID-19 itu lebih cepat menyebar, ada sejumlah bukti tingkat kematian yang lebih tinggi," ujar Boris Johnson, dikutip dari CNN, 23 Januari 2021.

Walaupun ada indikasi varian baru COVID-19 di Inggris lebih berbahaya dibanding perkiraan, Johnson mengklaim vaksin yang ada masih bisa menanganinya. Oleh karenanya, kata ia, vaksin COVID-19 buatan Pfizer dan AstraZeneca akan tetap digunakan.

Kepala Penasehat Sains Pemerintah Inggris, Patrick Vallance, mengklarifikasi pernyataan Boris Johsnon. Ia berkata, walaupun ada indikasi varian baru COVID-19 memiliki resiko kematian lebih tinggi, bukti-buktinya belum kuat. Selain itu, angka resiko juga bisa berbeda-beda untuk kelompok usia tertentu.

Sebagai contoh, kata Vallance, pasien usia lansia jelas akan lebih rentan meninggal akibat varian baru COVID-19 dibanding ketika tertular varian lama. Dan, peningkatannya belum tentu besar, bisa saja hanya naik dari 10 per 1000 orang menjadi 13-14 per 1000 orang.

Lalu, soal keampuhan vaksin, Vallance membenarkan bahwa vaksin COVID-19 dari Pfizer dan AstraZeneca masih mampu menangani varian baru. Namun, ia menegaskan bahwa pernyataan tersebut hanya berlaku untuk varian baru COVID-19 yang terdeteksi di Inggris.

Situasinya, kata Vallance, bisa berubah untuk varian baru COVID-19 dari Afrika Selatan maupun Brasil. Ia mengatakan, varian baru COVID-19 dari kedua negera itu bisa saja lebih bebal terhadap vaksin.

"Kami khawatir varian baru COVID-19 mereka memiliki sejumlah karakteristik yang membuatnya kebih kuat dibanding vaksin. Kami membutuhkan lebih banyak informasi klinis soal itu," ujarnya.

Per berita ini ditulis, Inggris telah mencatatkan 3,5 juta kasus dan 95 ribu korban meninggal akibat COVID-19. Adapun dalam 24 jam terakhir, kasus COVID-19 di Inggris bertambah sebanyak 40.261. Belum diketahui secara spesifik berapa kasus yang disumbangkan varian baru COVID-19.

Baca juga: Virus Corona, Inggris Belum Tutup Perbatasan bagi Pelancong

ISTMAN MP | CNN

https://edition.cnn.com/2021/01/22/uk/uk-variant-scientists-johnson-intl/index.html

Berita terkait

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

4 jam lalu

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

Inggris membangun tugu peringatan perang untuk jutaan tentara Muslim yang bertugas bersama pasukan Inggris dan Persemakmuran selama dua perang dunia

Baca Selengkapnya

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

23 jam lalu

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

Dampak dari diloloskannya RUU Safety of Rwanda telah membuat Irlandia kebanjiran imigran yang ingin meminta suaka.

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

1 hari lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

2 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

2 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

2 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

3 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

4 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

5 hari lalu

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

The Black Dog, pub di London mendadak ramai dikunjungi Swifties, setelah Taylor Swift merilis album barunya

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

7 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya