Recep Tayyip Erdogan Mau Perbaiki Hubungan Turki dengan Israel

Sabtu, 26 Desember 2020 14:00 WIB

Presiden Turki Tayyip Erdogan berbicara dalam upacara peringatan kematian pendiri Turki modern Ataturk, di Ankara, Turki 10 November 2020. [Kantor Pers Kepresidenan / Selebaran via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Jumat mengatakan Turki ingin memiliki hubungan yang lebih baik dengan Israel tetapi tetap menolak kebijakan Israel atas Palestina

Turki dan Israel, yang pernah menjadi sekutu, mengalami perselisihan pahit dalam beberapa tahun terakhir. Ankara berulang kali mengutuk pendudukan Israel di Tepi Barat dan perlakuannya terhadap warga Palestina. Dia juga mengkritik normalisasi hubungan Israel yang ditengahi AS baru-baru ini dengan empat negara Muslim.

"Kebijakan Palestina adalah garis merah kami. Tidak mungkin bagi kami untuk menerima kebijakan Israel Palestina. Tindakan tanpa ampun mereka di sana tidak bisa diterima," kata Erdogan kepada wartawan setelah salat Jumat di Istanbul, dilaporkan Reuters, 26 Desember 2020.

"Jika tidak ada masalah di tingkat atas (di Israel), hubungan kami bisa sangat berbeda," katanya, menambahkan bahwa kedua negara terus berbagi intelijen. "Kami ingin membawa hubungan kami ke titik yang lebih baik."

Kementerian Luar Negeri Israel menolak mengomentari pernyataan Erdogan.

Advertising
Advertising

Turki dan Israel saling mengusir duta besar pada 2018 setelah pasukan Israel menewaskan puluhan warga Palestina dalam bentrokan di perbatasan Gaza.

Pada Agustus tahun ini, Israel menuduh Turki memberikan paspor kepada belasan anggota Hamas di Istanbul.

Hamas merebut Gaza dari pasukan yang setia kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada 2007, dan kelompok itu telah berperang tiga kali dengan Israel sejak itu. Turki mengatakan Hamas adalah gerakan politik sah yang memenangkan kekuasaan melalui pemilihan demokratis.

Tahun ini Israel telah meresmikan hubungan dengan empat negara Muslim: Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko. Pada hari Rabu Israel mengatakan sedang mengupayakan normalisasi hubungan Israel dengan negara Muslim kelima, mungkin di Asia.

Ankara telah mengecam kesepakatan yang ditengahi AS, dengan Erdogan sebelumnya mengancam akan menangguhkan hubungan diplomatik dengan UEA dan menarik utusannya. Turki juga mengecam keputusan Bahrain untuk meresmikan hubungan dengan Israel sebagai pukulan bagi upaya membela perjuangan Palestina.

Warga Palestina melihat kesepakatan yang ditengahi AS sebagai pengkhianatan terhadap tuntutan lama negara-negara Arab, yang menuntut Israel harus mengakui kedaulatan Palestina lebih dulu sebelum membuka hubungan diplomatik. Saat itu hanya dua negara Arab yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, Mesir dan Israel menjalin hubungan penuh pada 1979 dan Yordania pada 1994.


Sumber:

https://uk.reuters.com/article/uk-turkey-israel-erdogan/erdogan-says-turkey-would-like-better-ties-with-israel-palestinian-policy-still-red-line-idUKKBN28Z0M6

Berita terkait

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

5 jam lalu

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

Seorang dokter bedah Palestina terkemuka dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza meninggal di penjara Israel setelah lebih dari empat bulan ditahan.

Baca Selengkapnya

Iran Bebaskan Awak Kapal Terafiliasi Israel yang Sempat Disita di Selat Hormuz

5 jam lalu

Iran Bebaskan Awak Kapal Terafiliasi Israel yang Sempat Disita di Selat Hormuz

Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian mengatakan Iran telah membebaskan awak kapal MSC Aries yang terafiliasi dengan Israel, setelah sempat disita di dekat Selat Hormuz.

Baca Selengkapnya

Kelompok Milisi Irak Lancarkan Serangan Rudal terhadap Israel

6 jam lalu

Kelompok Milisi Irak Lancarkan Serangan Rudal terhadap Israel

Kelompok bersenjata Perlawanan Islam di Irak mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal terhadap kota Tel Aviv dan Be'er Sheva di Israel.

Baca Selengkapnya

Jurnalis Palestina Peliput Perang Gaza Menangkan Penghargaan Kebebasan Pers UNESCO

6 jam lalu

Jurnalis Palestina Peliput Perang Gaza Menangkan Penghargaan Kebebasan Pers UNESCO

Kepala UNESCO menyerukan penghargaan atas keberanian jurnalis Palestina menghadapi kondisi 'sulit dan berbahaya' di Gaza.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

7 jam lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

7 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

7 jam lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

7 jam lalu

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

Suriah mengatakan delapan personel militernya terluka akibat serangan Israel di sekitar ibu kota Damaskus.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

8 jam lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

8 jam lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya