Negara Miskin Bisa Tak Kebagian Vaksin Virus Corona Tahun Depan
Reporter
Non Koresponden
Editor
Suci Sekarwati
Kamis, 10 Desember 2020 11:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sembilan dari 10 orang yang berasal dari negara-negara miskin bakal tak mendapat vaksin virus corona pada tahun depan. Pasalnya, negara-negara kaya di dunia dilaporkan telah menimbun berdosis-dosis vaksin yang mereka butuhkan.
Kelompok People's Vaccine Alliance pada Rabu, 9 Desember 2020 melaporkan negara-negara kaya di dunia telah membeli 53 persen dari total vaksin virus corona paling menjanjikan pada bulan lalu.
Kelompok itu mengatakan perusahaan-perusahaan pembuat obat yang mengerjakan pembuatan vaksin anti-virus corona harusnya membagikan rahasia teknologi dan kekayaan intelektual mereka melalui WHO sehingga lebih banyak dosis vaksin virus corona yang diproduksi.
“Ini seharusnya bukan menjadi pertempuran negara-negara untuk mengamankan cukup dosis. Dalam kondisi pandemi dunia yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, nyawa orang dan kehidupan harus menjadi prioritas sebelum keuntungan perusahaan obat,” kata Mohga Kamal-Yanni, Penasehat People's Vaccine Alliance.
Inggris pada Selasa, 8 Desember 2020, telah menjadi negara pertama yang memberikan suntikan massal vaksin virus corona, yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech. People's Vaccine Alliance menyebut sebagian besar masyarakat di 67 negara berpenghasilan rendah, diantaranya Buthan, Ethiophia da Haiti, berisiko tidak kebagian vaksin virus corona.
Di antara tiga vaksin virus corona, ada vaksin yang memberikan hasil efektif dan sudah tersedia, yakni vaksin buatan Modena dan vaksin dari Pfizer/BioNTech. Vaksin-vaksin itu sudah diminta oleh negara-negara kaya di dunia.
Sedangkan AstraZeneca dan Universitas Oxford di Inggris sudah berjanji akan memberikan 64 persen dosis vaksin virus corona mereka ke negara-negara berkembang, namun itu baru akan digunakan oleh 18 persen dari populasi dunia pada tahun depan.
Vaksin lainnya yang menjadi kandidat vaksin virus corona adalah vaksin buatan Sinovac dari Cina dan Sputnik V vaksin buatan Rusia. Lembaga nirlaba Oxfam, mengatakan Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jepang, Swiss, Australia, Hong Kong, Macau, Selandia Baru, Israel dan Kuwait sudah membeli 53 persen vaksin-vaksin potensial untuk melawan virus corona. Kanada bahkan telah membeli cukup vaksin lima kali lipat untuk populasi masyarakat di negara itu.