Nicola Sturgeon, Perdana Menteri Skotlandia. Sumber: Reuters
TEMPO.CO, Jakarta - PM Skotlandia, Nicola Sturgeon, serius dengan rencananya mendorong referendum kemerdekaan. Dalam wawancara terbaru, ia mengaku menargetkan voting berlangsung tahun depan dan akan mengambil langkah hukum jika Inggris berusaha menghalangi referendum Skotlandia.
Dikutip dari kantor berita Reuters, Sturgeon berharap niatannya mendapat dukungan dari seluruh warga Skotlandia. Jika itu terjadi, kata ia, maka voting bisa dilakukan sesegera mungkin.
"Voting untuk referendum kemerdekaan akan (bisa) dilakukan pada awal masa kerja parlemen baru," ujar Sturgeon, Senin, 30 November 2020.
Pada tahun 2014, warga Skotlandia sempat menolak kemerdekaan dari Inggris. Namun, situasi Brexit serta buruknya kinerja Pemerintah Inggris dalam menangani COVID-19 menimbulkan niat untuk memisahkan diri. Beberapa hasil survei terbaru mendukung referendum Skotlandia.
Apabila mengacu pada pernyataan Sturgeon, maka voting referendum kemerdekaan Skotlandia bisa digelar pada kuartal kedua 2021. Pemilu legislatif Skotlandia akan digelar pada Mei pekan depan di mana partai yang mengusung Sturgeon, Partai Nasional Skotlandia (SNP), digadang-gadangkan menang.
Sturgeon sendiri optimistis hasil referendum di tahun 2014 tidak akan terulang. Ia berkaca pada kemenangan Joe Biden di Pilpres Amerika November lalu. Menurutnya, kemnenangan Joe Biden menunjukkan bahwa upaya apapun yang menghalangi demokrasi dan kemerdekaan pasti bisa dilawan.
"Kita sudah melihat di seberang Atlantik, apa yang terjadi jika gelombang demokrasi dilawan. Mereka yang melawan akan tersapu," ujar Sturgeon yang beranggapan bahwa secara prinsip Inggris tidak memiliki hak untuk memveto referendum Skotlandia.
Hingga berita ini ditulis, PM Inggris Boris Johnson belum memberikan tanggapan. Namun, jika ia ingin mempertahankan Skotlandia, maka kesempatan terbesar ada pada negosiasi Brexit antara Inggris dan Uni Eropa.
Jika negosiasi berakhir dengan kesepakatan mutual, maka akan berat bagi Skotlandia untuk meninggalkan Inggris. Sebaliknya, jika negosiasi berakhir No DealBrexit, makin besar alasan Skotlandia untuk memisahkan diri dan bergabung ke Uni Eropa. Sejauh ini, negosiasi Brexit masih buntu.