NATO Minta Azerbaijan-Armenia Redakan Konflik di Nagorno-Karabakh
Kamis, 22 Oktober 2020 18:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan Armenia dan Azerbaijan harus menahan diri agar tidak memperburuk konflik militer yang sedang terjadi di Nagorno-Karabakh.
Pasukan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh mengatakan 834 anggota pasukannya tewas dan 37 orang warga sipil meninggal.
Sedangkan otoritas Azerbaijan mengatakan 61 orang warga sipil tewas dan 291 orang terluka sejak konflik kembali bergolak pada 27 September 2020. Azeri tidak menyebutkan jumlah korban dari militernya.
“Kami sangat prihati dengan pelanggaran kesepakatan gencatan senjata dan korban jiwa yang jatuh,” kata Jens Stoltenberg kepada media seperti dilansir Reuters pada Rabu, 21 Oktober 2020.
Stoltenberg mengatakan kedua pihak harus menahan diri, mengikuti kesepakatan gencatan senjata dan bernegosiasi di meja perundingan.
Proses mediasi ini dipimpin oleh Rusia, Prancis, dan Amerika Serikat dengan payung Organisasi Kerja Sama dan Keamanan di Eropa atau OSCE.
Namun, otoritas Azerbaijan mengatakan proses mediasi telah berjalan tiga dekade dan tidak membawa hasil.
Pemerintah Turki mengatakan siap mengirim tentara dan senjata jika Azerbaijan meminta.
“Belum ada permintaan dari Azerbaijan,” kata Fuat Oktay, wakil Presiden Turki kepada CNN. Dia juga mengritik proses mediasi yang dilakukan OSCE dan tidak membawa hasil namun menguntungkan Armenia.
Rusia telah menjadi mediator gencatan senjata sejak 27 September 2020 sebanyak dua kali. Namun, gencatan senjata ini tidak berlangsung.
Sumber