Jelang Mediasi, Pertempuran Baru di Nagorno-Karabakh Malah Terjadi

Kamis, 8 Oktober 2020 21:54 WIB

Sisa-sisa roket pertempuran Armenia dan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh di Stepanakert 5 Oktober 2020. Pertempuran sengit berlangsung terus berlangsung di semua front antara Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh. David Ghahramanyan/NKR InfoCenter/PAN Photo/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta – Azerbaijan dan etnis Armenia melakukan pertempuran baru. Hal itu berlangsung sebelum pembicaraan dengan Amerika Serikat, Prancis, dan Rusia soal bagaimana mengamankan gencatan senjata dan mencegah perang yang lebih luas di Nagorno-Karabakh, Kaukasus Selatan

Dilansir dari Reuters, Menteri Luar Negeri Azerbaijan, Jeyhun Bayramov, diagendakan akan tetap bertemu dengan utusan AS, Rusia, dan Prancis di Jenewa, Swiss, pada hari ini, 8 Oktober 2020. Selanjutnya, Menteri Luar Negeri Armenia, Zohrab Mnatsakanyan, diharapkan untuk bertemu dengan pejabat dari tiga negara di Rusia pada hari Senin, 10 Oktober 2020.

“Posisi Amerika Serikat sudah jelas dan tidak berubah, kedua belah pihak harus segera menghentikan permusuhan dan bekerja dengan OSCE untuk kembali ke negosiasi substantif secepat mungkin, “kata juru bicara AS, di Jenewa, Swiss.


Pembicaraan itu menandai dimulainya upaya bersama oleh tiga negara untuk menghentikan pertempuran yang berkobar sejak 27 September 2020 lalu, dan meningkatkan kekhawatiran tentang keamanan jaringan pipa di Azerbaijan. Pipa itu membawa gas alam dan minyak ke Eropa.

Amerika Serikat, Prancis, dan Rusia adalah Ketua Bersama Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Grup Minsk Eropa (OSCE). Mereka telah memimpin mediasi dalam konflik atas daerah pegunungan Nagorno-Karabakh yang sudah berlangsung puluhan tahun.

Ada kekhawatiran dari OSCE bahwa jika gencatan senjata tak kunjung tercapai, eskalasi akan terjadi dengan melibatkan sekutu Armenida dan Azerbaijan. Hal tersebut menyusul sikap Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang mendesak etnis Armenia untuk keluar dari Nagornono-Karabakh. Turki diketahui memiliki kesepakatan militer dengan Azerbaijan.


Di bawah hukum internasional, Nagorno-Karabakh adalah milik Azerbaijan. Namun, di kenyataan, wilayah itu dihuni dan diperintah oleh etnis Armenia, yang memisahkan diri dalam perang 1991-1994 silam di mana menewaskan sekitar 30.000 orang.

Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, telah mendesak Armenia untuk segera menentukan kapan mereka akan menarik diri dari Nagorno-Karabakah dan wilayah Azeri lainnya. Selain itu, Aliyev juga berkeinginan Turki dilibatkan dalam negosiasi gencatatan.

"Kehadiran Bayramov di Jenewa untuk menunjukkan siapa yang mau bernegosiasi," ujar Aliyev, dikutip dari kantor berita Reuters.

Menanggapi pernyataan Aliyev, PM Armenia Nikol Pashinyan mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menarik diri dari Nagorno-Karabakh. Namun, ia mendukung penyelesaian isu di sana tanpa jalur kekerasan.

Per berita ini ditulis, otoritas Azerbaijan mengatakan 30 warga sipil telah tewas dan 143 luka-luka, sejak 27 September 2020 lalu. Namun, mereka belum mengungkapkan informasi tentang korban militer.

Sementara itu, Nagorno-Karabakh mengatakan pusat administrasi utamanya, Stepanakert, telah dibom dan menewaskan 30 prajurit. Hal tersebut menjadikan jumlah korban tewas militernya 350. Dikatakan juga ada 19 warga sipil yang tewas.

Menyusul laporan pertempuran terbaru, Armenia mengatakan telah memberhentikan Kepala Badan Keamanan Nasionalnya dengan Keputusan Presiden. Tidak ada alasan dalam keputusan itu. Selain itu, Nagorno-Karabakh juga membantah akan ada gencatan senjata menjelang mediasi dengan OSCE.

FARID NURHAKIM | REUTERS

Sumber: https://www.reuters.com/article/us-armenia-azerbaijan/azeris-and-ethnic-armenians-fight-new-clashes-before-geneva-talks-idUSKBN26T16H?il=0

Berita terkait

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

15 jam lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

1 hari lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

2 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

2 hari lalu

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

Nama Beyonce akan masuk ke dalam Kamus Prancis Le Petit Larousse edisi terbaru tahun ini dengan definisi sebagai penyanyi R&B dan pop Amerika.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

2 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

2 hari lalu

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

3 hari lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

3 hari lalu

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

4 hari lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

5 hari lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya