TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok etnis Armenia di Nagorno-Karabakh mengatakan pasukan militer Azerbaijan menyerang Stepanakert dengan sejumlah rudal pada Senin, 5 Oktober 2020.
Stepanakert dianggap sebagai ibu kota bagi kelompok Armenia di Nagorno-Karabakh, yang mencoba memisahkan diri dari Azerbaijan sejak 1990an.
Sedangkan Azerbaijan mengatakan Armenia menembakkan rudal ke sejumlah kota di luar wilayah konlik Nagorno-Karabakh.
Pejabat di Nagorno-Karabakh mengatakan 21 tentara tewas akibat serangan militer Azerbaijan sehingga total korban jiwa menjadi 223 orang selama sepekan terakhir. Sebanyak 19 warga sipil meninggal.
“Pertempuran sengit berlangsung di sepanjang garis kontak antara Nagorno-Karabakh dan Azerbaijan,” kata Artsrun Hovhannisyan, yang merupakan pejabat kementerian Pertahanan Armenia.
Sedangkan pemerintah Azerbaijan mengatakan 25 warga sipil tewas dan 127 orang terluka. Azerbaijan tidak menjelaskan berapa korban tewas dari pasukannya.
Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, mengatakan pasukannya telah menguasai sejumlah desa dan wilayah tinggi seperti Jabrail di Nagorno Karabakh.
Soal ini, kelompok Armenia di Nagorno-Karabakh mengatakan pasukannya mundur sebagai taktik untuk menambah kerugian pasukan Azerbaijan. Sedangkan Hovhannisyan mengatakan gerakan pasukan Azerbaijan telah ditahan.
Ini merupakan konflik terbesar antara Armenia dan Azerbaijan terkait Nagorno-Karabakh sejak 1990. Saat itu, sekitar 30 ribu orang dari sipil dan militer tewas.
Menurut pengamat militer Alexander Stonell dan Yohann Michel dari Institut Internasional untuk Kajian Strategis di London, pertempuran yang sedang berlangsung ini melemahkan prospek resolusi jangka pendek terkait konflik Nagorno-Karabakh.
Sumber
https://www.reuters.com/article/us-armenia-azerbaijan/death-toll-rises-as-azeris-armenians-say-civilian-areas-are-under-fire-idUSKBN26Q0Y6