Bank Dunia Minta Investor Ringankan Utang Negara Miskin

Selasa, 6 Oktober 2020 07:01 WIB

Sejumlah anak-anak duduk dalam lingkaran sebagai tanda jaga jarak saat mendengarkan pelajaran menggunakan speaker karena kurangnya fasilitas internet di desa Dandwal, India, 23 Juli 2020. Para siswa di kawasan ini harus belajar menggunakan pengeras suara dari rekaman, setelah sekolah ditutup karena pandemi Covid-19. REUTERS/Prashant Waydande

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Bank Dunia David Malpass, mengatakan pandemi Covid-19 dapat memicu krisis utang di beberapa negara, sehingga investor harus siap memberikan beberapa bentuk keringanan yang juga dapat mencakup pembatalan utang.

“Terbukti bahwa beberapa negara tidak dapat membayar kembali utang yang mereka tanggung. Oleh karena itu, kita juga harus mengurangi tingkat utang. Ini bisa disebut keringanan utang atau pembatalan, ” kata Malpass kepada Harian Bisnis Handelsblatt dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Minggu, 4 Oktober 2020. “Dan penting bahwa jumlah utang dikurangi dengan restrukturisasi atau penataan kembali."

Dia menunjuk langkah serupa dalam krisis keuangan sebelumnya, seperti di Amerika Latin dan apa yang disebut inisiatif negara-negara miskin berutang tinggi untuk negara-negara dengan utang yang tidak berkelanjutan pada tahun 1990-an.

Negara-negara kaya mendukung perpanjangan bulan lalu dari inisiatif penangguhan layanan utang G20, yang disetujui pada April 2020 lalu untuk membantu negara-negara berkembang selamat dari pandemi Covid-19, yang telah menyebabkan 43 dari 73 negara berpotensi memenuhi syarat menunda pembayaran utang sebesar US$ 5 miliar atau setara Rp 73,5 triliun.

Malpass memperingatkan pada Agustus 2020 lalu pandemi Covid-19 dapat mendorong 100 juta orang ke dalam kemiskinan yang ekstrem. Dalam komentar terbarunya, dia memperbarui seruannya agar bank swasta dan dana investasi juga terlibat memberikan bantuan mengatasi masalah ini.

Advertising
Advertising

“Para investor ini tidak melakukan yang cukup banyak dan saya kecewa dengan mereka. Juga, beberapa pemberi pinjaman besar Cina yang tidak cukup terlibat. Oleh karena itu, dampak dari langkah-langkah bantuan kurang dari yang seharusnya, ” kata Kepala Bank Dunia, sebagaimana dikutip dari Kantor Berita Al Jazeera pada Senin, 5 Oktober 2020.

Dia juga mengatakan pandemi Covid-19 dapat memicu krisis utang lainnya, karena beberapa negara berkembang telah memasuki spiral pertumbuhan yang lebih lemah dan masalah keuangan.

“Defisit anggaran yang sangat besar dan pembayaran utang membebani negara-negara ini. Apalagi, bank-bank di sana kesulitan karena kredit macet, ” ujar Malpass.


FARID NURHAKIM | AL JAZEERA


Sumber: https://www.aljazeera.com/economy/2020/10/5/world-bank-chief-reiterates-call-to-forgive-poor-countries-debts

Berita terkait

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

6 hari lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

8 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

8 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

9 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

9 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

9 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

10 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

11 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

11 hari lalu

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

PT PundiKas Indonesia, layanan pinjaman dana online atau pinjol, membantah institusinya telah menjebak nasabah dengan mentransfer tanpa persetujuan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

12 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya