PM Selandia Baru Jacinda Ardern dan Kerabatnya Jadi Target Zhenhua Data

Rabu, 16 September 2020 08:00 WIB

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern selama konferensi pers peringatan setahun teror penembakan di masjid Christchurch, Selandia Baru, 13 Maret 2020.[REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Jacinda Ardern dan tokoh penting Selandia Baru lainnya menjadi target perusahaan teknologi Zhenhua Data yang berafiliasi dengan militer Cina.

Politisi dan keluarganya, diplomat, akademisi, eksekutif bisnis, hakim, dan atlet termasuk di antara warga Selandia Baru yang diprofilkan dalam database intelijen Cina yang sangat besar.

Bocoran dari perusahaan, Zhenhua Data, mengungkapkan perusahaan Cina memanen data pribadi politisi Selandia Baru dan kerabat mereka, seperti putra mantan Perdana Menteri John Key, serta orang tua dan saudara perempuan Perdana Menteri Jacinda Ardern, menurut laporan Stuff.co.nz, 15 September 2020.

Stuff telah memperoleh akses ke "Overseas Key Individuals Database", yang diklaim menyertakan detail pribadi lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia, dan disusun oleh perusahaan intelijen data Cina yang telah ditautkan dengan aparat intelijen negara di Beijing.

Pengumpulan data menyeluruh mencakup lebih dari 730 warga Selandia Baru dan merupakan bagian dari upaya yang lebih luas yang digambarkan oleh seorang pejabat intelijen sebagai sistem pengawasan massal global dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang dapat digunakan untuk kampanye pengaruh politik.

Advertising
Advertising

Sebelumnya The Indian Express melaporkan Zhenhua Data telah memanen data 1.350 politisi India mulai dari menteri, wali kota, legislator, hingga anggota partai. Secara keseluruhan perusahaan teknologi yang berbasis di Shenzhen itu mengawasi 10.000 lebih individu dan organisasi India dalam database target asingnya, kata The Indian Express, yang menginvestigasi kebocoran data ini selama dua bulan.

Sementara The Washington Post melaporkan Zhenhua Data juga memanen data biografi dan catatan dari kapten kapal induk dan calon perwira Angkatan Laut AS. Zhenhua Data juga mengumpulkan profil dan peta keluarga para pemimpin asing beserta kerabat dan anak-anak mereka, termasuk rekaman obrolan media sosial di kalangan pengamat Cina di Washington.

ABC melaporkan sektor luar angkasa Australia menjadi target utama pengintaian Cina dengan melacak pergerakan peralatan rahasia dari stasiun pelacakan di luar Canberra ke NASA di Amerika Serikat.

Entri Zhenhua Data yang diperoleh ABC memiliki lebih dari 70 catatan yang merujuk pada staf Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) dan operasi rahasia.

Satu entri menunjukkan Zhenhua Data memantau transfer "peralatan ilmiah" pada Maret 2019 dari Kompleks Komunikasi Antariksa Dalam Canberra di Tidbinbilla hingga menyeberangi Samudra Pasifik ke Laboratorium Propulsi Jet NASA di Pasadena, California.

Jacinda Ardern mengatakan kepada Stuff selama kampanye pada Selasa, bahwa dia tidak akan mengomentari masalah keamanan atau menjawab pertanyaan tentang anggota keluarganya yang ada dalam daftar.

"Saya tidak terbiasa mengomentari masalah seputar masalah keamanan...Kami perlu memastikan bahwa apakah itu masalah keamanan siber, masalah campur tangan asing, kami perlu memastikan bahwa kami selalu waspada," kata Ardern.

Mereka yang ada dalam daftar diberi label "Politically Exposed Person (PEP)" atau orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk terlibat dalam kasus penyuapan dan korupsi pengaruh yang mereka miliki. Sementara yang lain dilabeli "kerabat atau rekan dekat".

Baik Zhenhua Data atau Kedutaan Besar Cina di Selandia Baru belum berkomentar terkait panen data ini.

Zhenhua Data menggambarkan dirinya sebagai intelijen data sumber terbuka dan beroperasi sejak September 2017.

Artikel dari situs web perusahaan, yang sekarang sudah dihapus dari internet, berbicara tentang "perang hibrida" dan menggunakan media sosial untuk menyebarkan rumor dan mempengaruhi opini publik.

Database yang dilihat oleh Stuff setara dengan kira-kira 10 persen dari total database yang telah disusun perusahaan. Data itu dibocorkan kepada Associate Professor Chris Balding, seorang akademisi Amerika, seorang ahli tentang Cina, yang kemudian meneruskan materi tersebut ke perusahaan keamanan siber Internet 2.0 yang berbasis di Canberra.

Tokoh berpengaruh di seluruh dunia yang ditargetkan dalam database Zhenhua Data menjadi berita utama internasional pada Senin, berkat konsorsium jurnalis, termasuk reporter dari Australian Financial Review, Washington Post, Indian Express, Globe and Mail di Kanada, dan Il Foglio di Italia.


Sumber:

https://www.stuff.co.nz/national/politics/122773268/new-zealand-politicians-diplomats-judges-and-fraudsters-found-on-massive-chinese-intelligence-database

https://www.abc.net.au/news/2020-09-15/chinese-database-zhenhua-interest-australia-space-science-sector/12662996

https://indianexpress.com/article/express-exclusive/china-watching-big-data-president-kovind-pm-narendra-modi-opposition-leaders-chief-justice-of-india-zhenhua-data-information-technology-6594861/

https://www.washingtonpost.com/world/asia_pacific/chinese-firm-harvests-social-media-posts-data-of-prominent-americans-and-military/2020/09/14/b1f697ce-f311-11ea-8025-5d3489768ac8_story.html

Berita terkait

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

4 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

20 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya