TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin oposisi Belarus, Svetlana Tikhanouskaya, menanggapi kabar rekannya, Maria Kolesnikova, diculik pria bertopeng. Menurutnya, hal tersebut seperti upaya untuk membungkam upaya oposisi melengserkan Presiden Belarus Alexander Lukashenko lewat pemilu ulang.
"Kabar penculikan itu terdengar seperti upaya otoritas untuk menggagalkan upaya Dewan Koordinasi (oposisi) dan mengintimidasi anggotanya," ujar Svetlana Tikhanouskaya, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin 7 September 2020.
Diberitakan sebelumnya, Maria Kolesnikova dikabarkan diculik di Belarus ketika tengah berjalan di Minsk pagi tadi waktu setempat. Menurut keterangan saksi, ia didorong masuk ke dalam van hitam oleh seorang pria bertopeng dan langsung dibawa pergi ke lokasi yang belum diketahui hingga sekarang.
Rekan-rekan Maria Kolesnikova mengaku tengah mencoba melacak keberadaan dirinya. Di saat bersamaan, kata mereka, beberapa orang terdekat Maria Kolesnikova juga tidak bisa dihubungi yang membuat mereka khawatir.
Hingga berita ini ditulis, belum diketahui siapa yang menculiknya. Kepolisian Minsk, dalam media Rusia Interfax, membantah menangkap dan menahan Maria Kolesnikova.
Dugaan mengerucut ke skenario ia diculik oleh aparat Pemerintah Belarus. Hal itu mengingat Maria Kolesnikova adalah salah satu sosok oposisi ternama dan politisi perempuan yang masih bertahan di Belarus. Kompatriot Maria Kolesnikova, Svetlana Tikhanouskaya dan Veronika Tsepkalo, telah kabur ke Lithuania dan Polandia untuk berlindung karena diancam Pemerintah Belarus.
Situasi di Belarus sendiri memang memanas sejak Presiden Alexander Lukashenko memenangkan pilpres untuk keenam kalinya. Ia dianggap bermain curang demi mempertahankan kekuasaannya. Warga dan oposisi mendesaknya untuk menggelar pemilu ulang yang ia respon dengan penangakapan demonstran serta tawaran power sharing.
Uni Eropa dikabarkan sudah menyiapkan sanksi untuk pejabat-pejabat di Belarus yang menangkapi oposisi dan demonstran. Kabar terakhir, ada 31 pejabat, kecuali Alexander Lukashenko, yang menjadi target sanksi.