Kondisi Alexei Navalny Kritis, Kejaksaan Rusia Ogah Investigasi Kasusnya

Jumat, 28 Agustus 2020 10:55 WIB

Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny di Moskow, Russia, 29 September 2019. Navalny juga dikenal aktif di sosial media. Mayoritas pengikutnya merupakan kalangan muda, yang meledek kelompok mapan dan setia kepada Putin. Dia memiliki cara untuk mendapatkan informasi soal perusahaan dan kinerja keuangan yaitu menjadi pemegang saham minoritas. REUTERS/Shamil Zhumatov

TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi Alexei Navalny, kritikus yang vokal menentang Kremlin, masih kritis. Menurut juru bicara keluarga Alexei Navalny, Kira Yarmysh, belum ada tanda-tanda kondisinya akan membaik. Adapun saat ini Alexei Navalny tengah menjalani perawatan di Rumah Sakti Charite, Berlin.

Di saat bersamaan, Kejaksaan Rusia menyatakan bahwa pihaknya tidak akan melakukan investigasi kriminal atas kasus Alexei Navalny. Walau diagnosis dokter di Jerman menyatakan ada indikasi dia diracun, kejaksaan menyatakan tidak ada cukup bukti untuk menyatakan ada tindak kriminal.

"Kami tidak melihat adanya keperluan untuk menginvestigasi hal ini," ujar pernyataan pers Kejaksaan Agung Rusia, dikutip dari kantor berita Reuters, Kamis, 27 Agustus 2020.

Diberitakan sebelumnya, Alexei Navalny adalah kritikus asal Rusia yang mendadak jatuh koma ketika melakukan perjalanan dari Siberia ke Moskow, Kamis pekan lalu.

Ia sempat dirawat di Rumah Sakti Omsk, Siberia setelah pesawat yang ia tumpangi mendarat darurat. Namun, karena dirasa tidak aman untuk membiarkannya dirawat di Siberia, keluarga Alexei Navalny memutuskan untuk memindahkannya ke Rumah Sakit Charite Berlin.

Di Berlin, diagnosis dokter menyatakan bahwa ditemukan indikasi Alexei Navalny benar diracun. Sebab, di dalam tubuhnya, ditemukan jejak Cholinesterase Inhibitors. Zat tersebut, apabila digunakan secara berlebihan, efeknya bisa berbahaya. Beberapa di antaranya mulai dari mengakibatkan kerusakan total pada syaraf pusat, gagal pernafasan, hingga lumpuh total.

Pernyataan dokter di Berlin tersebut bertentangan dengan pernyataan di Siberia. Di Siberia, dokter yang bertugas sempat mengatakan bahwa tidak ada jejak racun di tubuh Alexei Navalny. Belakangan, otoritas setempat menyatakan bahwa ada jejak senyawa berbahaya di tubuh Navalny.

Temuan awal itu mendorong Jerman untuk mendesak investigasi untuk perkara percobaan pembunuhan terhadap Alexei Navalny. Rusia, seperti dikatakan di atas, merasa investigasi belum diperlukan. Namun, jika ada bukti kuat dari Jerman, mereka terbuka untuk berubah pikiran.

"Kami sudah meminta Jerman untuk berbagi informasi soal kondisi Navalny dan kami berjanji akan memberikan balasan sebagai gantinya," ujar Kejaksaan Agung Rusia.

Sejauh ini, investigasi yang sudah dilakukan Rusia baru sebatas mengecek hotel, rute perjalanan Navalny, serta mengecek rekaman CCTV. Dari pemeriksaan itu, mereka mengklaim tidak ada cukup bukti untuk memulai investigasi.

ISTMAN MP | REUTERS

News link: https://www.reuters.com/article/us-russia-politics-navalny-probe/russian-prosecutors-say-no-need-for-criminal-investigation-in-navalny-affair-idUSKBN25N14R?il=0

Berita terkait

Profil Marco Reus yang akan Hengkang dari Borussia Dortmund

11 jam lalu

Profil Marco Reus yang akan Hengkang dari Borussia Dortmund

Borussia Dortmund mengumumkan, Marco Reus akan meninggalkan klub akhir musim ini dan berstatus bebas transfer

Baca Selengkapnya

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

11 jam lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

1 hari lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

2 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

2 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

3 hari lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Perusahaan Malaysia dan Jermat Minat Investasi di IKN, OIKN Sebut 3 LoI, Rencana Kantor Kedubes Pindah hingga..

3 hari lalu

Perusahaan Malaysia dan Jermat Minat Investasi di IKN, OIKN Sebut 3 LoI, Rencana Kantor Kedubes Pindah hingga..

Deputi Otorita IKN Agung Wicaksono menyatakan beberapa perusahaan dari Malaysia dan Jerman telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di IKN.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

4 hari lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Ujung Perang Dunia II Eropa: Eva Braun, Istri Adolf Hitler yang Tewas Sehari Setelah Pernikahan

4 hari lalu

Ujung Perang Dunia II Eropa: Eva Braun, Istri Adolf Hitler yang Tewas Sehari Setelah Pernikahan

Bernama lengkap Eva Anna Paula Braun, Braun adalah simpanan yang lalu menjadi istri Adolf Hitler, pemimpin Nazi Jerman di Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

Perang Dunia II: Kilas Balik Kematian Adolf Hitler 79 Tahun Silam

4 hari lalu

Perang Dunia II: Kilas Balik Kematian Adolf Hitler 79 Tahun Silam

Setelah kematian Adolf Hitler, Ibukota Jerman, Berlin, jatuh ke tangan Sekutu pada 7 Mei 1945. Itu menandai akhir dari Perang Dunia II di Eropa.

Baca Selengkapnya