Usai UEA, Palestina Berharap Tak Ada Lagi Normalisasi dengan Israel

Rabu, 19 Agustus 2020 17:30 WIB

Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh saat menyampaikan pidato menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump mengenai rencana perdamaian Timur Tengah, di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki Israel, 28 Januari 2020. [REUTERS / Raneen Sawafta]

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengecam kesepakatan normalisasi antara Uni Emirat Arab dan Israel. Hal itu kembali ia nyatakan dalm rapat gabungan para pemimpin Palestina di mana ia mengimbau negara Arab lainnya tak mengikuti langkah UEA.

"Saya melihat kesepakatan tersebut sebagai pengkhianatan dan kami mengecamnya. Kami minta negara-negara Arab untuk tetap berkomitmen terhadap kesepakatan tahun 2002 perihal hubungan dengan Israel," ujar Mahmoud Abbas, dikutip dari The Times of Israel, Rabu, 19 Agustus 2020.

Diberitakan sebelumnya, Uni Emirat Arab tiba-tiba meneken kesepakatan normalisasi dengan Israel pada Kamis pekan lalu. Hal itu menjadikan Uni Emirat Arab sebagai negara Muslim atau Arab ketiga yang memiliki hubungan formil dengan Israel.

Kesepakatan tersebut tak ayal mengejutkan banyak negara di Timur Tengah, terutama mereka yang berada di pihak Palestina terkait sengketa wilayah dengan Israel. Sebab, dengan kesepakatan normalisasi tersebut, maka Uni Emirat Arab mengingkari komitmen pembelaan terhadap Palestina.

Uni Emirat Arab membela diri dengan mengatakan bahwa kesepakatan itu justru untuk melindungi Palestina. Hal itu mengacu pada isi kesepakatan bahwa aneksasi Tepi Barat ditunda pasca normalisasi. Namun, berbagai negara Muslim atau Arab menyakini ada kepentingan lain di balik keputusan UEA. Apalagi, keputusan diambil tanpa konsultasi ke Palestina.

"Mereka terus memposisikan kesepakatan tersebut sebagai langkah damai, mencegah aneksasi Tepi Barat. UEA tidak bisa mengklaim mewakili kami. Kami mewakili diri kami sendiri," ujar Mahmoud Abbas kesal.

Hal menarik dari rapat gabungan yang dipimpin Abbas, kelompok Jihad Palestina dan Hamas ikut bergabung di dalamnya. Hal itu menjadi pemandangan langka mengingat keduanya dipandang sebagai organisasi teror. Isu UEA dan Israel berhasil membujuk keduanya menepi ke Abbas.

"Saya menyambut saudara-saudara saya dari Hamas dan Palestinian Islamic Jihad. Hal ini menunjukkan bahwa meski kami berbeda, kami bisa bersatu untuk menanggapi konspirasi yang ada," ujar Abbas.

Abbas tidak menyatakan bahwa kehadiran Hamas dan kelompok jihad sebagai bentuk rekonsiliasi. Namun, rekonsiliasi Hamas-Fatah sudah terendus sejak isu aneksasi Tepi Barat menguat.

ISTMAN MP | THE TIMES OF ISRAEL

Berita terkait

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

2 jam lalu

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel

Baca Selengkapnya

Lagi, Warga Israel Unjuk Rasa Menuntut Sandera yang Ditahan Hamas Dibebaskan

3 jam lalu

Lagi, Warga Israel Unjuk Rasa Menuntut Sandera yang Ditahan Hamas Dibebaskan

Ribuan warga Israel berunjuk rasa di Tel Aviv menuntut Benjamin Netanyahu menerima proposal gencatan senjata Hamas demi dibebaskannya sandera

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Singgung Isu Palestina di KTT OKI

5 jam lalu

Retno Marsudi Singgung Isu Palestina di KTT OKI

Retno Marsudi mengingatkan seluruh negara anggota OKI berutang kemerdekaan kepada rakyat Palestina.

Baca Selengkapnya

Pembicaraan Damai Hamas dan Israel Dimulai Lagi

6 jam lalu

Pembicaraan Damai Hamas dan Israel Dimulai Lagi

Hamas tak berharap banyak pada pembicaraan damai kali ini karena Israel masih bersikukuh pada sikapnya yang tak mau mengakhiri perang Gaza.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

8 jam lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

9 jam lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

11 jam lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

19 jam lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

21 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

AJI Jakarta Ikut Tolak Project Cloud Google untuk Israel, Ini Alasannya

22 jam lalu

AJI Jakarta Ikut Tolak Project Cloud Google untuk Israel, Ini Alasannya

AJI Jakarta dengungkan boikot terhadap project cloud yang dikerjakan Google untuk Israel. Momentumnya diselarasakan dengan Hari Buruh 1 Mei.

Baca Selengkapnya