Penggalangan Dana Corona Capai US$6,9 Miliar, Untuk Apa Saja?

Senin, 29 Juni 2020 11:23 WIB

Ursula von der Leyen, Menteri Pertahanan Jerman yang dinominasikan menjadi Presiden Komisi Eropa. Sumber: BrexitCentral

TEMPO.CO, Jakarta - Penggalangan dana pengendalian virus Corona (COVID-19) oleh berbagai negara menyentuh angka US$6,9 Miliar ketika ditutup pada Sabtu lalu. Dikutip dari Reuters, uang miliaran tersebut akan dikhususkan untuk pengembangan vaksin, tes, dan perawatan untuk negara-negara berkembang.

"Saya mencoba menyakinkan negara-negara kaya agar cadangan vaksin mereka, nantinya, tidak hanya ditujukan untuk diri mereka sendiri. Negara-negara miskin juga membutuhkan bantuan," ujar Presiden Komisi Eropa, Ursula Von Der Leyen, pada Ahad kemarin, 28 Juni 2020.

Pemimpin-pemimpin negara besar sepakat mendukung inisiatif yang digaungkan Von Der Leyen. Perdana Menteri Boris Johnson, misalnya, berkata bahwa dirinya akan memastikan ada cukup vaksin dari Inggris untuk negara-negara berkembang.

"Ketika vaksin (virus Corona) yang efektif ditemukan, sudah menjadi tanggung jawab para pemimpin dunia untuk memastikan hal itu tersedia bagi semua orang," ujar Boris Johnson.

Hal senada disampaikan oleh Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Ia meminta negara-negara besar untuk tidak egois terkait vaksin karena banyak negara yang kesulitan menghadapi pandemi Corona.

"Buang sikap egosi, mari bergerak bersama menangani pandemi Corna," ujar Macron.

Sebagai catatan, uang yang terkumpul berasa dari Uni Eropa, Amerika, Jerman, dan Qatar. Sumbangan terbesar datang dari Uni Eropa, senilai US$5,5 miliar.

Untuk pengembangan vaksin sendiri, masih berjalan hingga sekarang. Ada 120 jenis vaksin virus Corona yang sudah dalam pengembangan. Tes terhadap manusia pun sudah mulai dilakukan. Mayoritas menargetkan Desember sebagai target produksi vaksin virus Corona paling cepat.

Berbagai pemerintah memberikan kucuran dana untuk mempercepat prosesnya. Amerika, misalnya, membuat Operasi Warp Speed untuk membantu pengembangan vaksin Corona (COVID-19). Kurang lebih US$ 2 miliar dikucurkan untuk operasi itu. Beberapa perusahaan farmasi yang disokong adalah Pfizer, Johnson & Johnson, Merck, dan AstraZeneca.

"Harapannya, semoga ada pemahaman dari masyarakat bahwa membuat vaksin yang efektif dan aman membutuhkan proses yang panjang. Seperti Polio, di mana pengembangannya berkelanjutan walaupun ada banyak korban," ujar Paul Offit, anggota National Institutes of Health di Amerika.

ISTMAN MP | REUTERS | CBS

Berita terkait

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

21 jam lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

1 hari lalu

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Kongres AS dilaporkan memperingatkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas surat perintah penangkapan bagi pejabat Israel

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

2 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

2 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

2 hari lalu

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

Imunisasi atau vaksinasi tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

2 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

5 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

5 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

5 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

6 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya