Usai Pertemuan Bilateral, Trump Malah Kembali Ancam Cina

Jumat, 19 Juni 2020 15:30 WIB

Presiden AS Donald Trump mengamati alat penyeka swab test disaksikan Wakil Presiden Eksekutif Hardwood Timothy Templet dan Sekretaris Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan (HHS) Alex Azar melihat selama tur fasilitas manufaktur Produk Medis Puritan, di Guilford, Maine, AS, Jumat, 5 Juni 2020. Pemusnahan ini dilakukan di tengah tingginya kebutuhan alat penyeka untuk swab test virus corona. REUTERS/Tom Brenner

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Donald Trump memperbarui ancamannya terhadap Cina terkait kesepakatan dagang mereka. Uniknya, hal itu dilakukan tak lama usai diplomat Amerika bertemu dengan perwakilan negeri tirai bambu tersebut di Hawai. Bahkan, di pertemuan tersebut, perwakilan Amerika menyebut Trump tak berniat memutus hubungan kerjasama dengan Cina karena sulit diwujudkan.

Dikutip dari Reuters, Trump mengklarifikasi pernyataan diplomat Amerika bahwa dirinya tak berniat memutus kerjasama dengan Cina. Trump berkata, opsi itu selalu ia pertimbangkan. Namun, untuk mewujudkan hal itu, kata Trump, ada banyak hal yang harus ia kaji.

"Ini bukan kesalahan duta besar Amerika. Mungkin saya saja yang kurang jelas menyampaikan. Amerika tetap menimbang opsi, dalam berbagai kondisi, membatalkan kesepakatan dagang seutuhnya dengan Cina," ujar Trump sebagaimana dikutip dari Reuters, Jumat, 19 Juni 2020.

Pada Rabu kemarin, ketika pertemuan Cina dan Amerika digelar, diplomat Amerika Robert Lighthizer mengatakan bahwa pemutusan hubungan kerjasama ekonomi Amerika - Cina sulit diwujudkan. Sebab, menurutnya, perekonomian kedua negara saling bergantungan satu sama lain. Apabila pemutusan hubungan dilakukan bertahun-tahun lalu, Lighthizer menganggap itu lebih masuk akal.

Lighthizer melanjutkan, Cina sendiri berniat menyelesaikan kesepakatan dagang tersebut. Problem yang dihadapi Cina, kata Lighthizer, adalah masalah pandemi virus Corona yang menyerang perekonomian mereka. Alhasil, belanja Cina terhadap produk-produk Amerika melamban.

Target utama Cina untuk fase pertama perjanjian dagang adalah membelanjakan US$200 miliar untuk produk-produk dari Amerika. Hal itu ditargetkan tercapai dalam dua tahun. Namun, melihat situasi pandemi, Cina ragu target bisa tercapai.

Menanggapi Trump, Kementerian Luar Negeri menyebut pertemuan antar diplomat mereka tergolong konstruktif untuk memperbaiki hubungan kedua negara. Namun, mereka meminta Amerika untuk menghormati posisi CIna untuk beberapa masalah internal mulai dari masalah Hong Kong hingga Taiwan.

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

3 jam lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

4 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

9 jam lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

13 jam lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

1 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

Kementerian Luar Negeri RI membenarkan telah terjadi perkelahian sesama kelompok WNI di Korea Selatan persisnya pada 28 April 2024

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

1 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

1 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

1 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

2 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

2 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya