Twitter Sembunyikan Kicauan Trump karena Kobarkan Kekerasan

Jumat, 29 Mei 2020 17:00 WIB

Presiden AS Donald Trump berpartisipasi dalam program siaran langsung balai kota virtual Fox News Channel berjudul "America Together: Returning to Work" tentang respons terhadap pandemi penyakit virus corona (COVID-19) yang disiarkan dari dalam Lincoln Memorial di Washington, AS 3 Mei 2020.[REUTERS / Joshua Roberts]

TEMPO.CO, Jakarta - Kicauan Presiden AS Donald Trump terkait protes di Minnesota, yang diunggah ketika pengunjuk rasa membakar St. Paul dan Minneapolis, telah ditandai oleh Twitter karena melanggar aturan platform.

"Berandal-berandal ini tidak menghormati peringatan George Floyd, dan saya tidak akan membiarkan itu terjadi. Baru saja berbicara dengan Gubernur Tim Walz dan mengatakan kepadanya bahwa Militer mendukungnya setiap saat. Setiap kesulitan dan kita akan mengambil kendali tetapi, ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai. Terima kasih!" bunyi kicauan asli Trump sebelum ditandai Twitter, dikutip dari CNN, 29 Mei 2020.

Twitter menanggapi dengan pernyataan "tweet ini disembunyikan oleh pemberitahuan dari Twitter - tetapi (tweet) masih dapat dilihat di balik pemberitahuan tersebut".

"Tweet ini melanggar Aturan Twitter tentang mengobarkan kekerasan. Namun, Twitter telah menentukan bahwa mungkin kepentingan publik agar Tweet itu tetap dapat diakses," kata pemberitahuan Twitter.

Kicauan Donald Trump tentang demonstrasi di Minneapolis yang disembunyikan Twitter karena dituduh mengobarkan kekerasan.[CNN]

Advertising
Advertising

Kerusuhan pecah ketika para pengunjuk rasa di Minneapolis menyerukan agar tuntutan pidana diajukan terhadap empat petugas polisi yang terlibat dalam penangkapan George Floyd yang berusia 46 tahun pada Senin malam.

Dikutip dari The Independent, Floyd meninggal dalam tahanan setelah mengatakan kepada petugas "Saya tidak bisa bernafas", dengan video kejadian yang memperlihatkan seorang polisi menekan kepala Floyd dengan lututnya. Keempat petugas telah diberhentikan dari jabatannya.

Sebuah pernyataan terpisah dari akun resmi Twitter Communications menjelaskan bahwa tweet tersebut telah ditandai "berdasarkan konteks historis dari baris terakhir, hubungannya dengan kekerasan, dan risiko itu dapat menginspirasi tindakan serupa hari ini."

Menurut The Verge, Twitter tampaknya mempermasahkan kalimat Trump yang menyebut "ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai." Twitter menyebut hubungan historis kutipan itu dengan kekerasan sebagai alasan untuk tindakan hari ini.

Trump, entah sengaja atau tidak, telah mengutip kata-kata mantan Kepala Kepolisian Miami Walter Headley. Pada bulan Desember 1967, beberapa bulan sebelum kerusuhan meletus selama Konvensi Nasional Partai Republik (Nixon), Headley mengatakan "ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai" pada pengumuman kebijakan baru untuk menjaga ketertiban lingkungan penduduk kulit hitam AS.

Saat itu Headley mengancam untuk menggunakan senapan, anjing, dan taktik agresif dalam upaya mengurangi kejahatan. "Kami tidak keberatan dituduh melakukan kebrutalan polisi," katanya seperti dilaporkan New York Times saat itu.

Sebuah manekin tergeletak di dalam sebuah toko yang telah dijarah oleh para demonstran usai diketahui seorang pria berkulit hitam George Floyd tewas diinjak oleh polisi berkulit putih di Minneapolis, Minnesota, AS, 28 Mei 2020. REUTERS/Carlos Barria

Penandaan kicauan Trump ini semakin memperdalam perselisihan yang sedang berlangsung Trump dengan Twitter. Baru kemarin, Trump menandatangani perintah eksekutif yang menargetkan perusahaan media sosial, beberapa hari setelah Twitter menyebut dua tweet-nya "berpotensi menyesatkan."

Pada hari Selasa, Twitter menerapkan pemeriksaan fakta pada dua tweet Trump, termasuk yang mengklaim tanpa bukti bahwa surat suara akan menyebabkan kecurangan pemilu yang meluas. Trump segera membalas tindakan Twitter dengan menuduh raksasa media sosial menyensor suara kubu konservatif dan mengancam menggunakan kekuatan pemerintah federal untuk mengendalikannya, atau bahkan menutupnya.

Facebook dan Google mengatakan proposal perintah eksekutif Trump berisiko membahayakan internet dan ekonomi digital yang lebih luas.

Berita terkait

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

1 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

3 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

7 hari lalu

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

Jauh sebelum wacana kereta cepat Jakarta-Surabaya, ada komikus yang pernah sindir Indonesia lebih pilih Cina dari pada Jepang.

Baca Selengkapnya

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

11 hari lalu

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut Elon Musk sebagai miliarder sombong karena tak mau menghapus unggahan di media sosial X.

Baca Selengkapnya

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

14 hari lalu

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

Seorang pria membakar dirinya di luar gedung pengadilan New York tempat persidangan uang tutup mulut bersejarah Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Elon Musk Usulkan Biaya Langgan bagi Pengguna X Baru, Ini Alasannya

18 hari lalu

Elon Musk Usulkan Biaya Langgan bagi Pengguna X Baru, Ini Alasannya

Elon Musk, CEO platform media sosial X, pada Senin mengusulkan biaya langganan bagi pengguna baru

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

23 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

26 hari lalu

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

Trump telah mengaku tidak bersalah atas 34 dakwaan pemalsuan catatan bisnis dan menyangkal pernah bertemu dengan Stormy Daniels.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

30 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

30 hari lalu

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

Arab Saudi adalah tempat yang dikunjungi Trump setelah dilantik sebagai Presiden AS pada 2017.

Baca Selengkapnya