Kisruh UU Keamanan, Taiwan Bisa Cabut Status Spesial Hong Kong

Senin, 25 Mei 2020 16:05 WIB

Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen. REUTERS/Ann Wang

TEMPO.CO, Jakarta - Meski Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, sudah menyatakan akan membantu warga Hong Kong melawan legislasi UU Keamanan Nasional, Ia mengaku tengah menimbang pencabutan perlakuan spesial untuk negara tersebut. Pencabutan itu akan diterapkan apabila UU Keamanan Nasional Hong Kong jadi diberlakukan.

Adapun perlakuan spesial yang dimaksud adalah kemudahan investasi dan imigrasi. Saat ini, Tsai Ing-wen memberlakukan aturan investasi yang lebih ringan untuk Macau dan Hong Kong agar mereka lebih tertarik berinvestasi di Taiwan dibandingkan di Cina. Selain itu, apabila warga keduanya ingin bekerja di Taiwan, imigrasinya juga akan dipermudah.

"Jika ada perubahan situasi di Hong Kong, maka status spesial itu kami cabut. Kami sendiri berharap Hong Kong tidak sampai ke titik tersebut (UU Keamanan Nasional diberlakukan)," ujar Ing-wen sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 25 Mei 2020.

Diberitakan sebelumnya, Cina tengah menyusun UU Keamanan Nasional Hong Kong untuk merespon makin kuatnya gerakan anti-pemerintah di sana. Adapun UU Keamanan Nasional Hong Kong akan mengatur berbagai hal mulai dari hasutan, ujaran kebencian, pengkhianatan, subversi, kudeta, intervensi asing, dan masih banyak lagi.

Pemerintah Hong Kong telah menyatakan komitmennya untuk mendukung aturan baru tersebut, namun banyak pihak menolak. Penggiat demokrasi dan hak asasi manusia, misalnya, khawatir UU tersebut akan membuat Cina memiliki kendali penuh atas Hong Kong. Dan, ketika Cina memegang kendali penuh, mereka dianggap bisa membungkam kebebasan berpendapat.

Demonstran anti-pemerintah berlarian saat melakukan aksi unjuk rasa di Hong Kong, 24 Mei 2020. REUTERS/Tyrone Siu

Di luar Hong Kong, protes datang dari berbagai negara, mulai dari Amerika hingga Taiwan. Beberapa dari negara tersebut mengancam akan memberlakukan sanksi dagang atau mencabut status spesial Hong Kong seperti yang tengah ditimbang oleh Taiwan.

Salah seorang pejabat di Pemerintah Taiwan, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa Ing-wen benar-benar menimbang pencabutan status spesial tersebut. Dan, kata ia, Ing-wen sadar betul bahwa langkah yang ditimbang berpotensi memperkeruh konflik dengan Cina yang berupaya melakukan reunifikasi terhadap Taiwan.

"Ing-wen memberikan pesan yang jelas kepada Cina bahwa Taiwan akan mengintepretasi ulang hubunganya dengan Hong Kong. Ini bisa menjadi perubahan yang fundamental. Kami jujur tak senang melihat itu terjadi," ujar pejabat tersebut.

Langkah yang ditimbang Taiwan serupa dengan yang ditimbang oleh Amerika. Amerika juga berpikir untuk mencabut perlakukan khusus kepada Hong Kong. Sebab, di mata mereka, UU Keamanan Nasional sama saja dengan membuat Hong Kong dipimpin Cina. Amerika tidak ingin memberikan perlakuan spesial kepada Cina.

Menanggapi rencana sanksi dari negara-negara tetangga, Pemerintah Cina menyatakan tidak akan tinggal diam. Mereka berjanji akan membalas jika negara tetangga berusaha menjatuhkan minat investasi ke Hong Kong seiring dengan dibahasnya UU Keamanan Nasional.

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

31 menit lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

10 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

19 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

23 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

23 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

2 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

3 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya