Trump Dinilai Gegabah Meminum Obat Malaria untuk Gejala Corona

Selasa, 19 Mei 2020 17:01 WIB

Ekspresi Presiden AS Donald Trump saat berbincang dengan Wakil Presiden Rantai Pasokan Terpadu Honeywell, Tony Stallings ketika mengunjungi pabrik masker di Phoenix, Arizona, AS, 5 Mei 2020. Pabrik masker Honeywell ini memproduksi respirator N95 untuk pekerja kesehatan. REUTERS/Tom Brenner

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika, Donald Trump, dinilai gegabah telah menyampaikan kepada masyarakat bahwa dirinya mengkonsumsi obat malaria, hydroxychloroquine, untuk mengobati gejala Corona (COVID-19). Sejumlah pihak, dari oposisi hingga pakar medis, khawatir apa yang dilakukan Trump tidak hanya akan membahayakan warga, namun juga dirinya sendiri.

Salah satu yang menganggap Trump gegabah adalah Ketua Parlemen Nancy Pelosi. Menurut Pelosi, Trump seharusnya memberikan contoh baik dengan tidak mengkonsumsi hydroxychloroquine yang tidak dianjurkan oleh ahli. Dengan begitu, publik tidak terdorong untuk menirunya.

"Dia adalah presiden kita. Saya tidak akan menyarankan dia untuk mengkonsumsi sesuatu yang sudah dilarang oleh ahli medis, terutama untuk golongan usianya dan kelompok berat badannya yang tergolong berlebih (kegemukan)," ujar Pelosi sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 19 Mei 2020.

Diberitakan sebelumnya, Trump mengaku telah mengkonsumsi hydroxychloroquine selama satu setengah pekan terakhir. Kepada media, Trump mengklaim mengkonsumsinya karena diperbolehkan dokter Gedung Putih dan manfaatnya lebih banyak dibanding potensi resikonya.

Apa yang dilakukan Trump bertentangan dengan anjuran Badan Administrasi Obat-obatan dan Makanan Amerika (FDA). Oleh FDA, hydorxychloroquine tidak dianjurkan karena beberapa alasan. Selain karena tidak efektif mengobati virus Corona, obat itu berpotensi menimbulkan gagal jantung.

Selain Pelosi, figur yang mengkritik Trump adalah Senator Demokrat, Chuck Schumer. Ia mengatakan, apa yang dilakukan Trump memberikan harapan palsu kepada publik. Sebab, hydroxychloroquine sudah terbukti tidak bisa menyembuhkan Corona.

Hal senada disampaikan oleh Direktur Pengobatan dari St. Jospeh University Hospital, Bob Lahita. Lahita menyarankan warga Amerika untuk tidak meniru langkah Trump. Sebab, dirinya sudah mencoba obat tersebut kepada sejumlah pasien virus Corona dan tak ada hasilnya.

Hingga berita ini ditulis, obat yang diyakini bisa menyembuhkan Corona (COVID-19) hanyalah Remdesivir buatan Gilead. Gilead tengah memproduksi stok baru Remdesivir untuk negara bagian terdampak virus Corona di Amerika.

Sementara itu, untuk vaksin, laporan Reuters menyampaikan bahwa perusahaan farmasi Moderna telah berhasil menciptakan antibodi protektif. Hal itu didapat saat perusahaan yang berbasis di Massachusetts tersebut melakukan uji sample vaksin terhadap sejumlah sukarelawan.

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

18 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

19 jam lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

2 hari lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

3 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya