AS Siapkan Jadwal Baru Negosiasi Perdamaian Perang Afganistan

Sabtu, 16 Mei 2020 10:35 WIB

Mullah Abdul Ghani Baradar, pemimpin delegasi Taliban (kanan) bersama Zalmay Khalilzad, utusan A.S. untuk perdamaian di Afghanistan saat menandatangin perjanjian perdamaian di Doha, Qatar, 29 Februari 2020. REUTERS/Ibraheem al Omari

TEMPO.CO, Jakarta - Juru runding AS mengatakan sedang membahas jadwal baru negosiasi perdamaian Perang Afganistan dengan melibatkan Taliban dan pemerintah Afganistan.

Tanggal baru untuk pembicaraan damai intra-Afganistan sedang dibahas dan Amerika Serikat telah mendengar laporan positif tentang pembentukan pemerintah Afghanistan yang inklusif, kata juru runding Zalmay Khalilzad pada Jumat.

Dikutip dari Reuters, 16 Mei 2020, Khalilzad mengatakan akan lebih baik jika pembicaraan intra-Afganistan dimulai ketika masih ada kehadiran militer AS yang signifikan di Afganistan. Khalilzad mengatakan akan segera melakukan perjalanan untuk mendorong de-eskalasi dalam kekerasan dan pembebasan tahanan.

Pembebasan tahanan dan ketidaksepakatan mengenai komposisi pemerintah Afganistan telah membantu menunda pembicaraan intra-Afganistan, yang akan dimulai pada 10 Maret di bawah perjanjian Taliban-AS untuk penarikan pasukan AS pada 29 Februari kemarin.

Dua serangan di Afganistan pada hari Selasa telah menimbulkan pertanyaan tentang apakah upaya perdamaian AS sia-sia. Satu serangan, di bangsal klinik bersalin rumah sakit Kabul, menewaskan 24 orang, termasuk dua bayi yang baru lahir. Serangan lainnya terjadi di upacara pemakaman di Afganistan timur yang menewaskan 32 orang.

Advertising
Advertising

Petugas dibantu warga mengevakuasi korban terluka akibat serangan bom bunuh diri, di Jalalabad, Afganistan, 12 Mei 2020. Sedikitnya 15 orang tewas, 50 lainnya terluka dan dilarikan ke rumah sakit Kota Jalalabad. REUTERS/Parwiz

Khalilzad mengulangi penilaian AS bahwa afiliasi dari kelompok ISIS bertanggung jawab atas kedua serangan itu. Namun, para pejabat Afganistan menyalahkan Taliban atas serangan rumah sakit berdarah itu meskipun kelompok Taliban menyangkal.

"Ada kekuatan seperti ISIS yang tidak melihat perdamaian di Afganistan dalam kepentingannya dan berusaha meningkatkan kekerasan untuk merusak prospek perdamaian," kata Khalilzad. "Kami mendesak kedua belah pihak untuk tidak jatuh ke dalam perangkap itu tetapi memang untuk bekerja sama melawan teroris termasuk ISIS. Jadi, kami ingin ini terjadi sesegera mungkin ketika sekarang, kami masih di sana secara signifikan."

Ketentuan utama dari perjanjian 29 Februari yang tidak melibatkan pemerintah Afganistan, mencakup komitmen AS untuk mengurangi personel militernya di Afganistan menjadi 8.600 pada pertengahan Juli.

Pentagon mengatakan pada Jumat bahwa Amerika Serikat sedang melanjutkan penarikan pasukannya dari Afganistan dan diperkirakan akan memenuhi jadwal yang telah disepakati dengan Taliban.

"Itu masih berlanjut. Kami berharap untuk memenuhi hal itu dalam batas waktu yang ditetapkan berdasarkan perjanjian dengan Taliban," kata juru bicara Pentagon, Jonathan Hoffman.

Berita terkait

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

14 jam lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

14 jam lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

7 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

10 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

58 hari lalu

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

Lima anggota unit pasukan khusus elit SAS Inggris ditangkap karena dicurigai melakukan kejahatan perang di Suriah

Baca Selengkapnya

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

2 Maret 2024

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

Badai salju hebat di Afghanistan menyebabkan 15 orang tewas dan ribuan ternak mati.

Baca Selengkapnya

Recep Tayyip Erdogan Siap Mediasi Rusia dan Ukraina

29 Februari 2024

Recep Tayyip Erdogan Siap Mediasi Rusia dan Ukraina

Recep Tayyip Erdogan mengutarakan kesiapan menjadi penengah konflik Rusia-Ukraina.

Baca Selengkapnya

Arab Saudi Bantah Menterinya Bertemu Pejabat Israel di Abu Dhabi

27 Februari 2024

Arab Saudi Bantah Menterinya Bertemu Pejabat Israel di Abu Dhabi

Arab Saudi menegaskan posisi Riyadh terhadap masalah Palestina dan dukungan teguh Arab Saudi terhadap rakyat Palestina dalam menghadapi agresi Israel

Baca Selengkapnya

Taliban Bebaskan Ekstrimis Anti-Imigran Austria, Lansia 84 Tahun

26 Februari 2024

Taliban Bebaskan Ekstrimis Anti-Imigran Austria, Lansia 84 Tahun

Taliban membebaskan Herbert Fritz, seorang ekstrimis anti-imigran berusia 84 tahun. Ia sedang membuat artikel wisata di Afghanistan.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Angkat Isu Hak Perempuan di Konferensi PBB tentang Taliban

20 Februari 2024

Menlu Retno Angkat Isu Hak Perempuan di Konferensi PBB tentang Taliban

Menlu Retno Marsudi mengangkat isu hak-hak perempuan Afghanistan dalam konferensi PBB di Doha, Qatar yang membahas Taliban.

Baca Selengkapnya