4 Peristiwa Peretasan Data Pembuatan Vaksin COVID-19

Kamis, 14 Mei 2020 11:14 WIB

Ilustrasi proses peretasan di era teknologi digital. (Shutterstock)

TEMPO.CO, Jakarta - Di saat berbagai negara sibuk melakukan penelitian untuk mendapatkan vaksin COVID-19, pelaku peretasan berusaha membobol dan mencuri data vaksin itu. Sejauh ini belum ada yang mengidentifikasi peretas ini.

Berikut 4 peristiwa peretasan yang dialami sejumlah negara terkait dengan virus corona dan penelitian untuk membuat vaksin COVID-19.

1. Kasus peretasan terbaru terjadi di AS.
FBI dan Kementerian keamanan Dalam Negeri AS membuat pernyataan bersama Rabu kemarin yang mengatakan jaringan peretas Cina berusaha mencuri data penelitian vaksin COVID-19, pengobatan, dan pengujian terkait dengan virus itu.

Aktor peretas ini berusaha mengidentifikasi dan secara ilegal mengambil kekayaan intelektual berharga dan data kesehatan masyarakat terkait dengan vaksin, pengobatan, dan pengujian dari jaringan dan personil yang berafiliasi dengan penelitian COVID-19.

Kedutaan Cina di Washington mengecam pernyataan yang disebut sebagai kebohongan.

Advertising
Advertising

"FBI mengeluarkan peringatan didasarkan pada prasangka bersalah dan tanpa bukti," kata Kedutaan Cina dalam pernyataan tertulisnya.

2. Pekan lalu, Reuters melaporkan intelijen cyber Iran menarget staf di perusahaan produsen obat Gilead Sciences Inc yang membuat obat remdesivir antivirus yang menjadi satu-satunya pengobatan yang terbukti dapat membantu pasien COVID-19.

3. Pada Maret lalu, terjadi serangan para peretas untuk membobol WHO saat wabah COVID-19 terjadi di seluruh dunia. Serangan siber menggunakan nama virus corona.

Upaya pembobolan di WHO pertama kali diketahui oleh Alexander Urbelis, pakar keamanan siber dan pengacara dari Blackstone Law Group yang berbasis di New York, yang melacak aktivitas pendaftaran domain internet yang mencurigakan.

Dia menjelaskan, telah menerima aktivitas sekitar 13 Maret, ketika sekelompok peretas yang dia ikuti mengaktifkan situs jahat yang meniru sistem email internal WHO.

"Saya menyadari dengan cepat bahwa ini adalah serangan langsung terhadap Organisasi Kesehatan Dunia di tengah pandemi," katanya.

4. Perusahaan keamanan siber Amerika Serikat FireEye melaporkan bahwa pelaku peretasan yang didukung pemerintah Vietnam berusaha menyerang lembaga penanganan virus corona di Beijing, Cina. Aktivitas kelompok peretas yang dijuluki APT32 itu mencerminkan upaya yang didukung negara untuk mencari informasi COVID-19 dan cara pemberantasan.

Menurut FireEye, APT32 juga telah mencoba untuk meretas akun email pribadi dan profesional staf di Kementerian Manajemen Darurat Cina dan pemerintah Wuhan, pusat pandemi virus corona global di Cina.

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

4 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Vietnam Didatangi 6,2 Juta Turis Asing pada Januari - April 2024, Lebih Tinggi dari Sebelum Pandemi

7 jam lalu

Vietnam Didatangi 6,2 Juta Turis Asing pada Januari - April 2024, Lebih Tinggi dari Sebelum Pandemi

Korea Selatan tercatat sebagai negara penyumbang wisatawan asing terbesar di Vietnam dengan jumlah 1,6 juta orang.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

16 jam lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

17 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

21 jam lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

22 jam lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

1 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Trenggono Akui Ekosistem Budi Daya Lobster Belum Terbentuk

2 hari lalu

Trenggono Akui Ekosistem Budi Daya Lobster Belum Terbentuk

Trenggono menjelaskan alasannya menggandeng negara tetangga, Vietnam untuk budi daya benih lobster. Trenggono telah membuka keran ekspor benur.

Baca Selengkapnya

Sebut Lobster Komoditas Unggul Indonesia, Trenggono Terimakasih ke Vietnam

2 hari lalu

Sebut Lobster Komoditas Unggul Indonesia, Trenggono Terimakasih ke Vietnam

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa setidaknya ada lima komoditas di sektor perikanan dan kelautan Tanah Air yang unggul. Ia menyebut lima komoditas itu di antaranya udang, rumput laut, tilapia, lobster, dan kepiting.

Baca Selengkapnya