Trump Bisa Memicu Pemberontakan di Tengah Wabah Virus Corona

Sabtu, 18 April 2020 14:48 WIB

Seorang pria membawa bendera Trump ketika ratusan pendukung Michigan Conservative Coalition memprotes perpanjangan masa lockdown, di gedung Capitol di Lansing, Michigan, AS, 15 April 2020. Kebijakan agar warga berdiam di rumah bertujuan untuk memperlambat penularan virus corona. REUTERS/Seth Herald

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Washington DC, Jay Inslee, mengkritik keputusan Trump mendukung warga Amerika yang meminta pembatasan sosial ataupun lockdown diangkat sesegera mungkin. Menurut Inslee, apa yang dilakukan Trump adalah langkah berbahaya karena bisa memicu pemberontakan di tengah pandemi virus Corona (COVID-19).

"Pernyataan Presiden Trump mendorong warga untuk melakukan tindakan illegal dan berbahaya. Ia membuat jutaan orang justru terancam tertular virus Corona," ujar Inslee sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Sabtu, 18 April 2020.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, berbagai demonstrasi terjadi di beberapa negara bagian Amerika. Demonstran turun ke jalan, menuntut pemerintah negara bagian untuk segera mengangkat pembatasan sosial dan memperbolehkan mereka kembali bekerja. Adapun demonstrasi itu terjadi diMichigan, Ohio, North Carolina, Minnesota, Utah, Virginia, dan Kentucky.

Trump mendukung demonstrasi itu. Lewat serangkaian tweet, ia menuliskan, "BEBASKAN MINNESOTA", "BEBASKAN MICHIGAN", dan "BEBASKAN VIRGINIA". Ia meminta pemerintah negara bagian tersebut untuk segera mengangkat pembatasan sosial dan memperbolehkan warganya bekerja. Menariknya, Trump hanya memilih nama-nama negara bagian di mana gubernurnya berasal dari Partai Demokrat.

Perihal pengangkatan pembatasan sosial dan lockdown, Trump sendiri sudah menyiapkan tahapan untuk melakukannya. Hal itu terbagi menjadi beberapa fase. Namun, hal tersebut malah menimbulkan konflik dengan pemerintah negara bagian. Mereka merasa lebih memiliki otoritas untuk menentukan kapan dan bagaimana pengangkatan pembatasan sosial akan dilakukan.

Inslee melanjutkan, kekhawatirannya bukan hal yang tidak berdasar. Menurutnya, Trump sudah terlalu sering memprovokasi pendukungnya untuk memprotes kebijakan pemerintah negara bagian. Selain itu, Trump juga kerap menyebarkan kebohongan. Itu lah kenapa, kata Inslee, dirinya khawatir Trump malah akan memicu pemberontakan domestik.

"Presiden Trump tengah mendorong pemberontakan domestik dan penyebaran kebohongan - bahkan ketika administrasinya sendiri menyatakan bahwa ancaman pandemi virus Corona itu nyata," ujar Inslee.

Sementara itu, gubernur-gubernur negara bagian lainnya konsisten akan tetap berhati-hati mengangkat pembatasan sosial. Di Texas, misalnya, Gubernur Greg Abbot mengatakan bahwa dirinya akan memulai pengangkatan pembatasan sosial dengan mengizinkan beberapa toko buka, operasi untuk penyakit non Corona, serta pembukaan taman.

Gubernur Virginia Barat, yang berasal dari Partai Republik, Jim Justice, menyatakan akan lebih mendengarkan masukan pakar kesehatan dibanding Trump. "Saya tidak akan melakukan hal yang menurut kata hati saya salah dan bisa mengancam keselamatan orang banyak," ujarnya.

Gubernur Virginia, Ralph Northam, menyatakan hal senada. Dirinya tidak akan merespon ucapan Trump dan fokus ke penanganan virus Corona saja. "Saya tidak punya banyak waktu untuk meladeni twit war," ujarnya.

Berbeda dengan gubernur lainnya, Gubernur New York Andrew Cuomo merespon pernyataan Trump. Namun, ia lebih spesifik ke pernyataan Trump bahwa negara bagian harus segera menambah jumlah test virus Corona. Cuomo mengatakan, hal itu juga tanggung jawab Trump. "Dia tidak bisa bilang, 'oh itu tanggung jawab negara bagian' dan pergi begitu saja," ujar Cuomo.

Per hari ini, Amerika memiliki 710 ribu kasus dan 37.158 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19).

ISTMAN MP | AL JAZEERA

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

7 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

8 jam lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

13 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

18 jam lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

19 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

20 jam lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

22 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

23 jam lalu

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

Sekitar 300 demonstran pro-Palestina di Universitas Colombia ditahan polisi setelah unjuk rasa mulai mengganggu proses belajar-mengajar.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

1 hari lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya