Paus Fransiskus Sebut Proposal Trump Solusi Tidak Adil?

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Minggu, 23 Februari 2020 18:09 WIB

Paus Fransiskus memberkati umat saat memimpin prosesi misa Minggu Palma di Saint Peter's Square, Vatikan, 25 Maret 2018. Misa Minggu Palma merupakan pembuka rangkaian pekan suci memperingati wafat dan bangkitnya Isa Almasih. REUTERS/Tony Gentile

TEMPO.CO, BariPaus Fransiskus memperingatkan soal solusi tidak atau atau “inequitable solution” untuk menyelesaikan konflik Israel – Palestina.

Paus menilai solusi seperti ini menjadi awal masalah baru.

Pernyataan Paus Fransiskus ini tampaknya mengacu kepada proposal damai Timur Tengah, yang digagas Presiden Amerika Serikat.

Paus menyampaikan ini saat berada di Kota Bari, Italia bagian selatan, seusai menghadiri pertemuan uskup dari berbagai negara.

“Wilayah Mediterania saat ini terancam oleh merebaknya instabilitas dan konflik, baik di Timur Tengah dan berbagai negara di Afrika Utara, juga antara berbagai etnis, agama dan jamaah,” kata Fransiskus seperti dilansir Reuters pada Ahad, 23 Februari 2020.

Advertising
Advertising

Paus Fransiskus melanjutkan,”Apakah kita bisa mengabaikan konflik yang belum selesai antara Israel dan Palestina, dengan bahaya solusi tidak adil, dan itu menjadi awal munculnya krisis baru.”

Pertemuan dengan para uskup agung ini dihadiri Uskup Agung Pierbattista Pizzaballa, yang menjadi kepala Latin Patriarchate di Yerusalem. Ini meliputi wilayah Israel, Palestina, dan Yordania.

Ini merupakan pertama kalinya Paus Fransiskus berbicara soal proposal damai Israel – Palestina sejak Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana itu pada 28 Januari 2020.

Selama ini, Paus Fransiskus sering membela hak-hak bangsa Palestina dan hak keamanan Israel.

Proposal Trump itu akan mengakui otoritas Israel atas wilayah pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan meminta Palestina memenuhi sejumlah persyaratan untuk menjadi sebuah negara, dengan ibu kota di Yerusalem Timur.

Namun, proposal Trump ini dianggap menguntungkan Israel sehingga pihak Palestina tidak datang ke Gedung Putih.

Forum Menteri Luar Negeri Liga Arab dan Palestina telah menolak proposal itu. Otoritas Palestina juga telah memutus semua hubungan diplomasi dengan AS dan Israel.

Palestina, yang mendapat dukungan luas dunia internasional, menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan dari sebuah negara merdeka. Sedangkan Israel memandang kota itu sebagai satu kesatuan dan tidak terpisahkan sebagai ibu kota.

Paus Fransiskus telah mengekspresikan kekhawatiran pada 2018 saat AS mengumumkan rencana memindahkan kantor kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem. Saat itu, Fransiskus mengatakan status quo Kota Yerusalem harus dihormati. Paus juga telah meminta semua pihak menghormati resolusi PBB mengenai status Kota Yerusalem ini.

“Tidak ada alternatif masuk akal untuk perdamaian karena setiap upaya untuk mengeksploitasi dan supremasi melemahkan penggagas dan targetnya. Itu menunjukkan ketimpangan dalam memahami realita karena itu tidak menawarkan masa depan bagi keduanya,” kata Paus Fransiskus.

Berita terkait

Presiden Mahmoud Abbas Khawatir Israel Usir Warga Tepi Barat usai Perang

7 jam lalu

Presiden Mahmoud Abbas Khawatir Israel Usir Warga Tepi Barat usai Perang

Presiden Palestina Mahmoud Abbas khawatir, setelah menghancurkan Gaza, Israel mungkin mengusir warga Palestina di Tepi Barat ke Yordania.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Kunjungi Arab Saudi, Bahas Gaza dan Normalisasi Hubungan dengan Israel

10 jam lalu

Menlu AS Kunjungi Arab Saudi, Bahas Gaza dan Normalisasi Hubungan dengan Israel

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berkunjung ke Arab Saudi untuk membahas situasi di Gaza dan normalisasi hubungan Israel-Saudi.

Baca Selengkapnya

Kandidat Presiden AS Ditangkap karena Ikut Demo Bela Palestina

11 jam lalu

Kandidat Presiden AS Ditangkap karena Ikut Demo Bela Palestina

Demo bela Palestina terus bergolak di sejumlah kampus di AS. Terbaru adalah kandidat presiden AS Jill Stein termasuk di antara yang ditangkap.

Baca Selengkapnya

Israel Ketar-ketir ICC Bakal Terbitkan Surat Penangkapan Netanyahu

14 jam lalu

Israel Ketar-ketir ICC Bakal Terbitkan Surat Penangkapan Netanyahu

Israel sedang menyiapkan skenario ihwal ICC yang dikabarkan berencana menangkap Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Berkukuh Serang Rafah, Dua Menteri Israel Tolak Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

14 jam lalu

Berkukuh Serang Rafah, Dua Menteri Israel Tolak Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Dua menteri Israel secara terbuka menentang kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan berkukuh akan menyrang Rafah

Baca Selengkapnya

Israel Gempur Rafah Menjelang Pembahasan Gencatan Senjata, 13 Tewas

15 jam lalu

Israel Gempur Rafah Menjelang Pembahasan Gencatan Senjata, 13 Tewas

Sebanyak 13 warga Palestina tewas dalam serangan Israel ke Rafah.

Baca Selengkapnya

Dipenjara Israel 20 Tahun, Penulis Palestina Menangkan Hadiah Arab Bergengsi

15 jam lalu

Dipenjara Israel 20 Tahun, Penulis Palestina Menangkan Hadiah Arab Bergengsi

Penulis Palestina Basim Khandaqji, yang dipenjara 20 tahun lalu di Israel, memenangkan hadiah bergengsi fiksi Arab pada Ahad

Baca Selengkapnya

Pengunjuk Rasa Pro-Israel Provokasi Kubu Pro-Palestina, Bentrok Pecah di Universitas California Los Angeles

16 jam lalu

Pengunjuk Rasa Pro-Israel Provokasi Kubu Pro-Palestina, Bentrok Pecah di Universitas California Los Angeles

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan pro-Israel saling bentrok di kampus Universitas California Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Hamas Soal Proposal Gencatan Senjata dari Israel: Tak Masalah

16 jam lalu

Hamas Soal Proposal Gencatan Senjata dari Israel: Tak Masalah

Sumber di Hamas mengatakan tak ada masalah dalam proposal gencatan senjata yang diajukan Israel.

Baca Selengkapnya

Protes Pro-Palestina Meluas di Kampus Amerika Serikat, Hampir 900 Orang Ditangkap Sejak 18 April

16 jam lalu

Protes Pro-Palestina Meluas di Kampus Amerika Serikat, Hampir 900 Orang Ditangkap Sejak 18 April

Hampir 900 orang telah ditangkap di kampus-kampus Amerika Serikat karena demo pro-Palestina

Baca Selengkapnya