TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump membantah isi dakwaan pemakzulan dirinya yang akan dibacakan di Senat pada hari Selasa esok, 21 Januari 2020. Dalam dokumen tersebut, Trump dinyatakan telah menyalahgunakan jabatannya untuk memata-matai rival dari Partai Demokrat, Joe Biden.
"(Dokumen) itu adalah sebuah upaya yang tidak masuk akal dan melanggar hukum demi menyangkal hasil Pemilu AS 2016 dan mempengaruhi Pemilu AS 2020 yang akan berlangsung beberapa bulan lagi," ujar tim hukum Trump dalam dokumen sepanjang 6 halaman sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin, 20 Januari 2020.
Upaya anggota parlemen AS dari Demokrat untuk menjungkirkan Trump berawal dari penemuan upaya Trump membujuk Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, untuk memata-matai Joe Biden serta anaknya, Hunter Biden. Upaya Trump tersebut terjadi tahun lalu dan melibatkan pengacara Trump, Rudy Giuliani, yang mengontak pemerintahan Ukraina.
Belakangan, penemuan itu berkembang lebih besar. Trump tidak hanya berupaya memata-mati Biden, tetapi juga menahan dana bantuan yang disiapkan konggres untuk Ukraina. Trump diketahui menahan dana senilai 391 juta Dollar AS (Rp5,3 triliun) untuk menekan Ukraina agar membantunya memata-matai Biden demi unggul di Pemilu 2020.
Dalam sidang di Senat AS esok, dakwaan Trump yang tebalnya 111 akan dikaji untuk menentukan apakah Trump layak dimakzulkan atau tidak. Anggota Parlemen AS, dalam keterangan persnya, mengatakan bahwa Senat AS harus berani memakzulkan Trump.
"Senat harus berani menghukum dan melengserkan Trump untuk menghindari kerusakan yang lebih parah terhadap nilai-nilai demokrasi dan keamanan Amerika," ujar Parlemen AS dari Demokrat yang pertama kalinya meminta Senat untuk berani menjungkirkan Trump.
Sidang di Senat esok diprediksi berbagai analis akan sulit berujung pada pemakzulan Trump. Hal itu dikarenakan keanggotaan Senat didominasi oleh Republikan yang mayoritas adalah pendukung Trump. Dan, sejauh ini, belum ada tanda-tanda mereka akan mendukung upaya menjatuhkan Trump. Untuk bisa menjatuhkan Trump, dua pertiga senat harus mendukung pengajuan yang ada.
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
30 hari lalu
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.