Otoritas Cina Hancurkan Ratusan Pemakaman Uighur

Jumat, 3 Januari 2020 09:00 WIB

Cina menghancurkan kuburan Uighur menurut citra satelit.[AFP/The Telegraph]

TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Cina diduga menghancurkan ratusan pemakaman Uighur di Xinjiang setelah penyair Uighur tak mendapati makam ayahnya di Google Earth.

Penyair Uighur Aziz Isa Elkun melarikan diri dari wilayah Xinjiang barat sekitar 20 tahun yang lalu.

Setelahnya dia bahkan tidak bisa menelepon ibunya. Dia mengatakan lebih baik jika dia tidak melakukannya, karena setiap kali dia melakukannya, polisi akan mendatangi rumahnya.

Ketika ayah Elkun meninggal pada tahun 2017, dia tidak mungkin bisa kembali ke Cina untuk upacara pemakaman. Untuk lebih dekat dengan keluarganya, ia hanya bisa melihat kuburan ayahnya di Google Earth.

"Saya tahu persis di mana makamnya," kata Elkun di rumahnya di London utara, seperti dikutip dari CNN, 3 Januari 2020. "Ketika saya masih kecil kita akan pergi ke sana, salat di masjid, mengunjungi kerabat kita. Seluruh komunitas terhubung ke kuburan itu."

Advertising
Advertising

Dia mengunjungi makam ayahnya via Google Earth selama hampir dua tahun. Tetapi pada bulan Juni foto satelit di Google Earth telah diperbarui dan kuburan yang dulu ada sekarang tidak lebih dari lahan kosong yang rata.

"Saya tidak tahu apa yang terjadi," kata Elkun. "Saya benar-benar kaget."

Cina tampaknya telah menghancurkan kuburan tradisional Uighur selama beberapa tahun sebagai bagian kampanye terkoordinasi untuk mengendalikan kepercayaan Islam dan kelompok minoritas Muslim di sana.

Berdasarkan sumber-sumber di komunitas Uighur dan analisis ratusan citra satelit, ditemukan 100 lebih kuburan yang telah dihancurkan, sebagian besar hanya dalam dua tahun terakhir. Pelaporan ini didukung oleh lusinan pemberitahuan resmi pemerintah Cina yang mengumumkan relokasi kuburan.

Penghancuran kuburan Uighur pertama kali dilaporkan pada Oktober oleh kantor berita Prancis AFP dan analisis citra satelit Earthrise Alliance. Mereka menemukan setidaknya 45 kuburan telah dihancurkan sejak 2014.

Jurnalis AFP mengunjungi beberapa situs pemakaman yang hancur. Mereka menemukan beberapa tulang yang kemudian dikonfirmasi oleh para ilmuwan dari foto adalah sisa-sisa kerangka manusia.

Sementara penjelasan resmi terkait penghancuran makam adalah untuk pembangunan kota atau standardisasi kuburan-kuburan tua. Namun, orang-orang Uighur di luar negeri mengatakan perusakan itu adalah bagian dari upaya untuk menghapus identitas etnis mereka dan mengendalikan setiap aspek kehidupan mereka.

"Ini semua adalah bagian dari kampanye Cina untuk secara efektif menghapuskan bukti siapa kita, untuk secara efektif menjadikan kita seperti orang Cina Han," kata Salih Hudayar, yang mengatakan kuburan tempat kakek nenek buyutnya dikuburkan telah dihancurkan, menurut laporan The Telegraph pada 9 Oktober 2019.

"Itulah sebabnya mereka menghancurkan semua situs bersejarah ini, pemakaman ini, untuk memutuskan hubungan kita dari sejarah kita, dari ayah kita dan leluhur kita," katanya.

Pemerintah Cina tidak menyangkal atas perusakan makam.

"Pemerintah...di Xinjiang sepenuhnya menghormati dan menjamin kebebasan semua kelompok etnis... untuk memilih kuburan, dan metode pemakaman dan penguburan," kata seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina.

Satu pemberitahuan resmi yang mengumumkan "relokasi" pemakaman di barat kota Aksu mengatakan perlu dipindahkan untuk memenuhi permintaan perencanaan kota dan mempromosikan pembangunan.

Seorang sejarawan bernama Rian Thum menggunakan citra satelit sebagai bagian dari penelitiannya tentang Islam di Cina.

Thum mengkonfirmasi bahwa sebagian besar gambar satelit yang dibagikan kepadanya tidak diragukan lagi adalah kuburan yang sudah dihancurkan. Keempat ahli lainnya memverifikasi sisa situs.

"Ini adalah fenomena yang membentang tepat di seluruh wilayah Xinjiang," kata Thum.

Pada konferensi pers pada 16 Desember, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Geng Shuang mengatakan bahwa kebebasan berkeyakinan warga negara sangat dilindungi di Xinjiang, dan bahwa masyarakat setempat mendukung langkah pemerintah Cina untuk memerangi terorisme dan menjaga stabilitas.

Berita terkait

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

6 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

15 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

19 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

19 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

20 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

4 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya