Dituduh Lakukan Kejahatan Perang di Gaza, Israel Akan Lawan ICC

Senin, 23 Desember 2019 08:00 WIB

Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa jika terpilih kembali, ia akan memperluas tanah jajahan Israel atas Lembah Yordan, 10 September 2019. [Avshalom Sassoni / Jerusalem Post]

TEMPO.CO, Jakarta - Israel berencana melawan keputusan Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) yang mengatakan Israel diduga melakukan kejahatan perang di Gaza.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan kepada kabinet dalam pertemuan Ahad, bahwa keputusan itu sama saja membandingkan hak tinggal Israel di Alkitab dengan kejahatan perang.

Netanyahu juga menyebut pengadilan mengabaikan pelanggaran hak asasi manusia dari negara-negara seperti Iran, Suriah dan Turki,

"ICC akhirnya menjadi senjata dalam perang politik melawan Negara Israel," kata Netanyahu, dikutip dari Jerusalem Post.

Dia berbicara hanya dua hari setelah jaksa ICC Fatou Bensouda mengatakan bahwa dia percaya kejahatan perang telah terjadi di Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Advertising
Advertising

Dia berencana untuk membuka penyelidikan pelanggaran HAM oleh Israel dan Palestina di wilayah tersebut.

Tetapi pertama-tama, dia telah meminta majelis pra-persidangan untuk memutuskan apakah ICC dapat mempertimbangkan Palestina sebagai tujuan untuk mengadili masalah ini, dan jika demikian, apakah pengadilan memiliki yurisdiksi atas semua wilayah yang dipersoalkan.'

Jaksa Mahkamah Kejahatan Internasional, ICC, Fatou Bensouda [File photo]

Netanyahu mengatakan kepada menterinya bahwa ada tiga hal yang absurd dengan keputusan tersebut.

"ICC didirikan setelah kengerian Perang Dunia II, terutama kengerian yang ditimbulkan pada rakyat kita, dan dirancang untuk menangani masalah yang akan diangkat oleh negara terkait kejahatan perang, seperti genosida atau deportasi skala besar," kata Netanyahu.

"Keputusan itu dirancang untuk negara-negara yang tidak memiliki sistem hukum yang benar," tambahnya.

"Sebaliknya, apa yang terjadi di sini adalah bahwa ICC telah menerima klaim Palestina, yang tidak memiliki negara, dan menuduh satu-satunya demokrasi di Timur Tengah, yang beroperasi sesuai dengan standar hukum tertinggi demokrasi Barat, di mana pengadilan ICC tidak memiliki yurisdiksi," kata Netanyahu.

Kedua, dia mengatakan bahwa keputusan jaksa penuntut bertentangan dengan kebenaran sejarah. Keputusan itu menentang hak orang-orang Yahudi untuk menetap di tanah air orang-orang Yahudi. "Mengubah fakta bahwa orang-orang Yahudi tinggal di tanah mereka menjadi kejahatan perang adalah absurd," katanya.

Terakhir, dia bertanya, "Siapa yang mereka bawa ke sini? Siapa yang mereka tuduh di sini? Iran? Turki? Syria? Tidak - Israel, satu-satunya demokrasi di Timur Tengah. Ini kemunafikan yang mengerikan," lanjut Netanyahu.

Benjamin Netanyahu menegaskan Israel akan memperjuangkan haknya dan kebenaran historisnya dengan semua alat yang dimilikinya.

Berita terkait

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

37 menit lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

2 jam lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

10 jam lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

12 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

AJI Jakarta Ikut Tolak Project Cloud Google untuk Israel, Ini Alasannya

13 jam lalu

AJI Jakarta Ikut Tolak Project Cloud Google untuk Israel, Ini Alasannya

AJI Jakarta dengungkan boikot terhadap project cloud yang dikerjakan Google untuk Israel. Momentumnya diselarasakan dengan Hari Buruh 1 Mei.

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

18 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

19 jam lalu

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

Empat perusahaan Israel diduga memasok spyware dan surveillance ke Indonesia sepanjang 2017-2023. Polri jadi salah satu sasaran target pengguna.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

20 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

20 jam lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

21 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya