Mikhail Gorbachev Ungkap Dalang di Balik Runtuhnya Uni Soviet

Selasa, 12 November 2019 09:00 WIB

Mikhail Gorbachev, Mantan Presiden Uni Soviet. Sumber: Reuters/Sergei Karpukhin/rt.com

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, mengungkapkan siapa yang bertanggung jawab atas runtuhnya Uni Soviet pada 1991.

Kepada majalah Jerman Der Spiegel, Mikhail Gorbachev mengungkapkan bahwa anggota pemerintah yang berusaha untuk mengatur kudeta terhadapnya dan pemimpin republik Rusia saat itu, Boris Yeltsin, adalah biang keladi di balik runtuhnya Uni Soviet.

"Mereka yang mengorganisir kudeta pada Agustus 1991, dan yang mengambil keuntungan dari posisi Presiden Uni Soviet yang lemah, bertanggung jawab atas berakhirnya perestroika dan runtuhnya Uni Soviet," Gorbachev menjelaskan, berbicara kepada majalah Jerman tentang peringatan 30 tahun jatuhnya Tembok Berlin, seperti dikutip dari Sputnik, 11 November 2019.

Dia menambahkan bahwa meskipun dia memahami kemungkinan risiko perestroika (gerakan politik untuk mereformasi negara yang dia mulai pada pertengahan 1980-an), dia dan para pemimpin negara lainnya memahami reformasi diperlukan.

"Mustahil untuk hidup seperti sebelumnya. Dan elemen penting dari perestroika adalah pemikiran baru dalam kebijakan luar negeri, yang mencakup nilai-nilai universal perlucutan nuklir, serta kebebasan memilih" kata Gorbachev.

Advertising
Advertising

Gorbachev menekankan bahwa dia tidak menyesali perestroika, tetapi menyadari bahwa beberapa kesalahan dibuat dalam jalur reformasi. Bagaimanapun, dia yakin Rusia tidak akan pernah kembali ke sistem totaliter pemerintahan.

Warga Berlin Barat melanjutkan unjuk rasa di atas Tembok Berlin di depan Gerbang Brandenburg, 10 November 1989.[REUTERS / David Brauchli]

Minggu ini, Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier berterima kasih kepada Gorbachev atas perannya dalam membantu menyatukan kembali Jerman, dengan mengatakan keberanian pribadi Gorbachev adalah unsur utama dalam membantu mengakhiri perpecahan antara rakyat Jerman dan Eropa secara keseluruhan. Steinmeier berharap mantan pemimpin Uni Soviet itu memiliki kesehatan, optimisme, dan kesejahteraan yang baik.

Mikhail Gorbachev menjadi pemimpin Uni Soviet pada Maret 1985, memulai kampanye luas untuk mengusir komunis konservatif dari posisi kepemimpinan, dan mulai tahun 1987-1988, memulai reformasi pasar terbatas yang mengarah pada pembentukan koperasi dan meningkatkan kebebasan untuk perusahaan industri.

Antara tahun 1989 dan 1990, ia mengawasi reformasi politik yang luas yang mengarah pada pemilihan langsung dan diakhirinya monopoli Partai Komunis terhadap kekuasaan politik, dan secara tidak sengaja, munculnya sentimen nasionalis dan separatis di republik-republik Uni Soviet, termasuk di Republik Rusia yang dipimpin oleh Boris Yeltsin.

Pada Agustus 1991, anggota lingkaran dalam Gorbachev memprakarsai upaya kudeta terhadapnya dalam upaya untuk menghentikan reformasinya yang berkelanjutan. Reformasi ini termasuk Perjanjian Uni Baru yang ingin memberikan dua puluh lebih wilayah otonom tambahan dari kekuatan tingkat Uni Soviet dekat republik yang, jika diimplementasikan, bisa menyebabkan Uni Soviet terpecah menjadi puluhan negara baru, daripada 15 wilayah yang pecah. Upaya kudeta gagal, Partai Komunis dilarang, dan Gorbachev kembali ke Moskow, kekuatannya secara signifikan melemah.

Pada 8 Desember 1991, para pemimpin Republik Rusia, Ukraina, dan Belarusia bertemu di sebuah cagar alam Belarusia dan menandatangani sebuah perjanjian yang menyatakan bahwa USSR sudah tidak ada lagi. Pada 25 Desember, Michael Gorbachev muncul di televisi dan mengundurkan diri, menandai keruntuhan formal Uni Soviet.

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

12 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

20 jam lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

1 hari lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

2 hari lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

3 hari lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

3 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

4 hari lalu

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS merupakan pesawat luar angkasa raksasa yang mengorbit mengelilingi bumi demi tujuan-tujuan ilmiah.

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

5 hari lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

5 hari lalu

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

Panglima Militer Ukraina mengakui pihaknya menghadapi kesulitan dalam memerangi Rusia.

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

6 hari lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya